Dira

18 5 0
                                    

2 Tahun kemudian...

Sudah dua tahun sejak kepergian Fira. Dimas menjalani hari-harinya seperti mayat hidup, tanpa semangat. Seperi zombie yang jika diganggu maka dia akan memakan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Tapi apa yang dipesankan Fira padanya tidak ada satupun yang dilawan Dimas. Dimas fokus pada kuliahnya, bahkan dia bertekad untuk selesai lebih cepat. Dimas juga menjaga kesehatannya dengan baik.

Katakan saja Dimas bucin, dia tidak akan marah. Karena itu memang kenyataanya. Fira sudah membuat Dimas jatuh sejatuh jatuhnya pada pesona Fira.

Tapi, keadaan Dimas dalam mode awas. Senggol dikit, bacok. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya, kecuali sahabat laknatnya itu.

Nadin juga sudah berangkat melanjutkan kuliah satu tahun yang lalu. Meskipun dia berpamitan, dia tidak mengatakan dimana dia akan mengenyam pendidikan. Yang pasti, kata Nadin, seharusnya Fira dan Nadin berangkat di waktu yang sama. Tapi karena ada masalah, Fira mempercepat keberangkatannya dan Nadin terpaksa menunda sampai tahun berikutnya, dikarenakan ada urusan yang harus dia selesaikan.

Hari ini hari wisudanya Dimas. Hari yang seharusnya adalah hari kebahagiaan para mahasiswa maupun mahasiswi. Tapi tidak untuk Dimas, sejak dimulainya acara sampai berakhir seperti sekarang, Dimas hanya menampilkan senyumnya saat dibutuhkan saja, misalnya saat berfoto dengan teman-temannya maupun bundanya, saat berbicara dengan bundanya.

Bahkan saat ada yang memberinya selamat, Dimas hanya mengucapkan terima kasih tanpa senyuman. Orang yang memang sudah mengenal Dimas hanya dapat memakluminya saja.

Rio menghampiri Dimas di kantin, duduk disebelahnya dan mencomot gorengan yang Dimas beli. Dimas melirik sinis Rio, tapi tidak mengucapkan apapun, terlalu malas untuk berdebat dengan Rio.

"Heran gue sama lo. Ini hari wisuda lo, bukannya seneng-seneng sama teman-teman malah nangkring di kantin, sendiri lagi" ucap Rio sambil mengunyah makanannya. "Banyak cewek cantik loh, gak mau lo gebet?" Sambungnya disertai nada bercanda.

"Gak ada yang lebih cantik dari Fira" jawab Dimas santai.

"Aiss, Fira lagi. Ini udah dua tahun loh Dim, dan dia gak ada ngabarin Lo sama sekali. Mungkin dia udah move on dari lo? Sekarang tinggal lo nya aja yang move on"

"Gue gak akan pernah bisa move on kalau masalah ini belum selesai yo, ini harus selesai. Setidaknya gue harus jelasin apa yang sebenarnya terjadi. Kalaupun dia udah move on dari gue dan udah ada yang lain" Dimas menghentikan kalimatnya, terlalu sulit untuknya mengucapkan kalimat terkahir itu "setidaknya gue tau dan gak ngerasa digantungi. Secara teknis aja bahkan kita berdua belum putus. Baik Fira maupun gue gak ada yang ngucapin kata putus" sambung Dimas.

"Terus rencana lo sekarang gimana?" Tanya Rio yang sudah jengah dengan keras kepala Dimas, kali ini dia akan membiarkan apapun sesuka hatinya.

"Sesuai apa yang diminta Fira dua tahun yang lalu. Gue akan kejar bahagia gue"

Rio menatap Dimas cengo. Matanya membola sempurna menandakan keterkejutannya.

"Lo tau sekarang dia ada dimana?" Tanya Rio.

"Yang pastinya dia keluar negeri. Dan ada 3 negara yang jadi negara Favorit Fira" ucap Dimas, dia menghela nafasnya lalu melanjutkan "yang pertama Korea, lo bakal kaget saat gue bilang Fira itu kpopers garis keras"

Sesuai dugaan, Rio kaget bukan kepalang. Seorang Fira yang hari-harinya dipenuhi buku menyukai hal-hal seperti itu?

"Serius lo?" Dimas mengangguk.

"Tapi dia gak mungkin kesana. Karena itu hanya ada dalam daftar list negara yang menjadi destinasi liburannya Fira.

"Yang kedua Jerman. Lo tau sendiri gimana kualitas pendidikan di Jerman. Termasuk salah satu negara dengan pendidikan terbaik. Tapi kembali lagi, itu hanya tempat yang akan jadi destinasi liburannya aja. Fira bilang dia tidak pernah ada niat untuk lanjut kuliah ke Jerman"

Please Comeback To Me [End/Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang