Dira

35 5 0
                                    

Dimas berkali-kali menelepon Fira untuk memastikan keadaannya. Sebenarnya Dimas tidak ingin langsung pulang tadinya, tapi bunda selalu menelepon untuk memintanya segera pulang.

Kecemasan Dimas semakin menjadi saat Fira tidak mengangkat satu pun panggilan darinya.

***

Fira tersenyum kecut memandangi telepon genggam miliknya, handphonenya yang selalu berbunyi disertai nama kontak Dimas disana.

Fira yang sebelumnya berbaring di kasurnya mengganti posisinya menjadi duduk, dia menyeka air matanya dan mengatur suaranya. Setelah dirasa pas, Fira memutuskan mengangkat panggilan dari Dimas yang selalu berbunyi dari tadi.

Dia tidak boleh egois, harus bersikap dewasa. Dimas pasti mengkhawatirkannya.

"Halo Fir? Kok lama banget jawabnya? Kamu gak papa kan? Kamu nangis ya? Aku minta maaf kalau ucapan aku tadi lancang buat kamu" baru diangkat tapi Dimas sudah memberondonginya dengan beberapa kalimat kekhawatiran dan penyesalannya.

Fira tersenyum, "gak papa kok bang. Aku pikir aku yang terlalu childish"

"Aku minta maaf banget Fir. Aku sayang sama kamu, aku hanya mau yang terbaik buat kamu"

"Aku ngerti kok. Udah larut banget ini bang, aku tidur dulu ya, udah ngantuk banget"

"Kamu bener mau tidur kan? Jangan nangis lagi, please"

"Siapa yang nangis? Aku gak nangis kok" Fira menyangkalnya, tapi tetap saja tidak akan berhasil, suara bekas dia menangis tentu terdengar jelas.

"Jangan bohong. Aku gak suka"

"Haha iya-iya"

"Yaudah kamu tidur sana. Besok aku mau ngajak kamu keluar"

"Kemana?"

"Ada deh, yaudah tidur sana"

"Siap bos" Dimas tertawa dan memutuskan panggilannya.

Fira menatap handphonenya yang sudah gelap. Dia menghidupkan kembali telepon genggamnya dan menelepon Dimas.

"Ada apa Fir? Kok nelepon lagi?"

"Kok langsung dimatiin?" Tanya Fira yang membuat Dimas mengerutkan keningnya bingung.

"Lah? Jadi?"

"Biasanya kalau orang yang pacaran gitu berebut nyuruh pacarnya untuk matiin duluan"

Dimas tertawa terbahak-bahak. "Kamu gemes banget ya, hahaha" Dimas masih belum menghentikan tawanya.

"Aku bukan anak alay kayak mereka Fir, kamu tau itu"

"Yaudah kalau gitu aku aja yang matiin" Fira langsung memutus teleponnya, disatu sisi dia merasa malu, disisi lain dia senang mendengar Dimas tertawa seperti itu.

Fira mengerutkan keningnya saat handphonenya kembali berdering, nama Dimas kembali tertera disana.

"Apa lagi!!" Fira berujar ketus saat panggilan itu sudah dijawab.

"Haha galak banget sih kamu. Aku cuma mau bilang satu hal aja"

"Apa?" Jawab Fira tidak meninggalkan ujaran ketusnya.

Please Comeback To Me [End/Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang