Aisha menitihkan air matanya. Mengingat kejadian itu. Ia saja sudah hampir lupa akan kejadian tersebut, ia tak menyangka Fahri melihat dan mengingat kejadian itu dengan jelas.
Ibunya memukulnya hanya karena gak sengaja nyengol ibunya yang sedang membawa gelas untuk adiknya. Disitu, tetangga muncul dan memarahi ibunya. Tapi Aisha sebisa mungkin mengatakan bahwa ini salah dirinya. Karena itu, ibu-ibu pun pergi dan esoknya ibu-ibu itu menyuruh Aisha kabur atau balas dendam pada ibunya. Aisha hanya tersenyum dan tak mendengarkan mereka malah berterima kasih. Ibu-ibu itu hanya membicarakan Aisha saat telah jauh dan ucapannya masih terdengar olehnya. Ibu-ibu itu mengolok-olok ibu Aisha dan memuji Aisha karena ketaatanya pada ibu nya yang jahat itu.Hingga kini, ibunya belum ia kabari. Aisha mengambil ponselnya. Tangannya menelusur mencari nomor ibunya. Ia rindu padanya.
"Assalamualaikum, bu ! Ini Aisha !"
"Aisha ? Aisha.. Maafin ibu sama Dita ya.. !"
"Ada apa bu ? Kok ibu meminta maaf ? Bukankah ibu tak salah ?"
"Ibu sudah jahat sama kamu. Semenjak kamu pergi ke Inggris, Ardi bilang, aku akan menghentikan kontrak ini bu. Karena Aisha sudah tak lagi ada di Indonesia ! Lalu, sejak itu, ibu tinggal sama Romi. Ibu dan Dita menyesal, ternyata nyari uang tuh capek banget. Panas, ngerjain cucian sendiri, makan masak sendiri. Sekarang ibu di vonis sakit kangker hati !"
"Astagfirullah,bu ! Aku ikut sedih. Ibu harus kuat ya.. Ibu pengen banget ketemu kamu !"
"Tapi, aku gak bisa bu ! Jarak pun jauh sekali. Maaf ya, bu !"
"Ibu ngerti. A a a... "
"Ibu, ibu kenapa ?"
Tut
Mati.
Ponselnya dimatikan oleh ibunya."Astagfirullah, aku harus bagaimana. ? Telpon Laila!"
Tututut
"Halo, assalamualaikum !"
"Waalaikum salam ! Bagaimana kabar ibu La ?"
"Aku barusaja dapat kabar dari Dita, ibumu meninggal sha !"
"Apa ? Inna lilahi wa inna ilaihi roji'un !" Aisha terduduk tak percaya. Ia menangis dan membiarkan telpon nya masih menyambung. Suara Laila tetap terdengar dengan kecemasannya.
"Aku harus pulang !" ujarnya.
"Jangan kak !" ujar Dita.
"Kenapa dit ?"
"Ibu berpesan, kakak gak boleh pulang.. Nanti ibu sedih !"
"Terus kakak harus gimana... Hiks hiks !"
"Kakak boleh pulang, tapi tidak hari ini atau pun besok. Kakak harus kuliah dapatkan nilai terbaik. Lagian, minggu ini bukannya banyak ujian harian ?"
"Kamu benar,dit. Kakak akan menuruti permintaan ibu. Tapi, secepatnya kakak akan kesana jika ujian kakak selesai."
"Iya, itu harus !" ujarnya Dita dan menutup telponnya.
Aisha menangis. Besok akan ada ujian lisan yang wajib dan harus seluruh mahasiswa untuk mengikutinya.
Ia tak pernah menyangka, ibunya secepat ini meninggalkan nya. Ia tak percaya, ia berada dalam posisi serba salah. Ia tak tau, harus apa ? Jika menuruti permintaan ibu nya, ia tak tega. Jika tidak, ibunya pasti akan kecewa. Ia benar-benar dilema di buatnya.
"Ya Allah, bantu hamba.. Harus bagaimana ini ya Allah ? Apa harus hamba pergi ? Atau tidak ya Allah ! Hamba benar-benar membutuhkan jawaban-Mu ya Allah !"
Aisha berniat secepatnya akan ke Indonesia. Dan Aisha pikir, ia tidak akan memberi tau Fahri tentang hal ini. Dan malam ini juga Aisha sholat gaib untuk ibunya yang berada di Indonesia. Ia berdoa agar ibunya di jauhkan dari siksa kubur dan api neraka.
Dan tak lupa ia shalat istikharah untuk mendapat jawabannya.
..
Pagi tiba, ia ingat. Ia bermimpi ibu nya memakai kain seba putih tersenyum padanya dan berkata "tak perlu risau. Ibu baik-baik saja ! Kau tak perlu ke Indonesia, ibu sayang kamu !"
Saat itu, Aisha lega. Karena Allah menjawab kebimbangannya. Secepatnya ia mandi, sholat subuh lalu bersiap untuk kebandara. Karena hari ini, jadwal gurunta agak siang, jadi ia bisa berpamitan dulu bersama Fahri.
Ia bersiap-siap dan ia mengambil syal birunya. Yang masih dibungkus plastik dan masih baru untuk di berikannya pada Fahri Hari ini dibandara. Ia tak sabar bertemu. Semoga saja tidak telat sedikit pun. Itu harapannya. Tapi ternyata, seperti nya ia akan telat untuk beberapa menit, karena bus tak kunjung datang
🐣🐣🐣
"Alhamdulillah, Marwah yang kusuka itu adalah Aisha. Awalnya aku ragu, karena wanita itu bisa bicara, sedangkan Aisha itu gadis bisu. Tapi, cinta itu tidak akan berbohong, hatiku berdebar seperti dulu melihat Aisha, begitupun dengan sekarang saat melihat Marwah !" ujarnya penuh syukur karena bisa dipertemukan dengan cintanya yang dulu.
Syamsi memasukkan semua peralatan yang ia bawa dari Dubai. Ia akan kembali ke Dubai, dan 4 tahun ke depan ia berniat melamar Aisha secepatnya, setelah mendapat pekerjaan.
Hari sudah semakin malam, Syamsi tidur di kasur hotel untuk hari terakhir menetapnya. Hari ini jadwal penerbangan pun sudah disiapkan di sisi ponselnya agar ia tak lupa dan tak tertinggal jadwal penerbangan esok hari. Ia tertidur dengan lelap untuk esok yang melelahkan.
Pagi tiba, Fahri sudah ada di bandara beserta perabotan nya juga koper yang dibawanya dari Dubai.
Sebelumnya berangkat, Fahri menunggu seseorang terlebih dahulu.
Seseorang muncul di bandara. Ia berlari sekuat tenaga untuk perpisahannya pada calon suaminya. Benar saja 10 menit menuju penerbangan Aisha datang. Ia menghampiri Fahri dan menyangkutkan syal berwarna biru muda yang ia beli dulu juga belum sempat ia pakai.
"Hati-hati ! Aku harap Allah selalu bersama mu !" harapnya.
"Boleh aku meluk ?" tanya Fahri.
"No ! Kita belum muhrim. Kalo udah muhrim baru boleh !"
"Ah, ingin segera menghalalkanmu, deh !"
"Sabar. Kita jalani bareng-bareng ya !"
"Iyaaa.. Yaudah, aku pergi dulu ya.. Jangan kangen ! Assalamualaikum !" pamitnya.
"Iya. Waalaikum salam !"
Fahri berjalan meninggalkan Aisha. Terasa berat sekali langkah Fahri untuk meninggalkan calon istrinya. Ia tak sabar menunggu 4 tahun kedepan. Walau sangatlah lama, bagi mereka berdua itu adalah perjuangan cinta mereka yang akan diceritakan di masa nanti pada anak dan cucunya.
Aisha tersenyum dan melambaikan tangan sebagai perpisahan.
Berat yang terasa. Saat dua insan saling mencintai ini, harus menunggu hingga sukses masing-masing pasangannya.
Fahri menaiki pesawat terbang dan tersenyum pada Aisha
Untuk meninggalkan orang yang tersayang, pastilah sempat terjatuh satu tetes air mata di antara mereka. Sungguh, perpisahan yang sementara ini, seakan ini adalah perpisahan untuk selamanya, berat sekali.
Kali ini benar-benar menyesakkan jiwa. Keduanya dipisahkan oleh jarak. Hanya doa yang menyampaikannya. Aisha dan Fahri hanya berharap semoga ia bisa disatukan kembali secepatnya.
"Aku akan merindukanmu !" ujarnya kecil dengan penuh harap.
Diperjalanan, Fahri mengeluarkan ponsel nya untuk mendengarkan Al-Qur'an melalui mp3 nya. Suara merdu nan indah dari lantunan Al-Qur'an, membuatnya terlelap.
.
.
.Next ya...
Smpe akhir..
Pantengin terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Speak (Selesai)
Teen FictionWanita itu benama Siti Aisha Marwah. Seorang wanita yang tidak bisa berbicara sejak kecil. Namun, kekurangan yang ia punya membuat banyak orang membulinya bahkan beberapa anggota keluarganya. Aisha bertekad bahwa kesabaran ini akan membuahkan hasil...