23

178 14 0
                                    

"Fahri, hati-hati. Jangan sampai ada yang hilang !" teriak ibunya sambil melambaikan tangan pada Fahri.

"Hati-hati dijalan !" teriak Fajri dan Ardi.

Fahri melihat ke belakang lalu tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka.

Tapi, tunggu dulu. Fahri merasa ada yang membuat nya mengganjal.

Fahri kembali menoleh, benar saja ia melihat seorang wanita bercadar.Fahri memprediksi jika gadis itu barusaja datang entahlah mungkin macet. Gadis itu melambaikan tangannya dan di balas dengan lambaian juga senyuman manis Fahri. Ingin Fahri berlari dan mengucap perpisahan padanya. Tapi, pesawat yang siap membawanya akan segera diterbangkan. Fahri berlari secepat mungkin agar tidak terlambat.

Fahri duduk di pesawat itu. Ia melihat keluar jendela, suasana dari luar jendela nya yang sangat indah. Semakin lama semakin tinggi  dan pesawat ini melaju dengan cepat.

Ingin rasa nya ia berlari dari kenyataan yang menyakitkan. Ingin rasanya ia tak meninggalkan orang-orang yang di cintai nya. Namun nasib nya berkata lain, maka bersyukur adalah hal satu-satunya untuk bisa meringkankan rasa sakit yang dideritanya saat meninggalkan mereka, orang yang dicintainya.

Fahri mengambil headset untuk menutupi telinganya dan mulai memutar lagu melow yang bisa membuat nya tertidur lelap.

Disisi lain, Aisha sedang duduk manis di depan monitor laptop nya seusai mengantar Fahri di bandara walaupun memang sedikit terlambat.

Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu tersebut. Aisha membuka nya perlahan, hingga tampak sosok lelaki yang biasa mengantarnya kemana-mana.

"Nyonya, cepatlah berganti baju. Kita akan makan bersama di resto yang baru buka itu !" Aisha tersenyum lalu mengambil sebuah buku mini dengan pulpen mini juga, dan mulai menulis.

"Aku kan pake cadar, pak !"

"Gak usah khawatir. Ini kita pake nya ruang privat kok !"

Aisha terlihat sedang berfikir. Kemudian, tak begitu lama, Aisha menganggukan kepalanya sebagai tanda mengiyakan apa yang dikatakan pak Warman tersebut.

"Baiklah, saya pamit dulu. !" Aisha mengangguk lalu menutup pintu tersebut agar tidak ada orang yang masuk ke kamarnya tanpa dapat ijin dari dirinya.

Aisha berganti baju dengan gamis dan cadar yang berwarna senada dengan sendal nya. Yakni warna peech.

Memang, gamis yang dimiliki nya bukan hanya warna hitam saja. Pamannya membelikan banyak baju dan cadar dengan berbagai warna yang indah.

Aisha masuk ke mobil besar milik pamannya itu kemudian makan bersama di resto yang terdekat.

Mereka masuk ke tempat privasi yang sudah di sediakan. Mereka duduk dan mulai membuka menu yang sudah ada di meja.

Seusai memesan makanan dan minuman, Ardi mengungkapkan alasannya makan bersama.

"Sebenarnya, saya dengan Aisha akan pergi umrah bersama. Kalianpun akan kami ajak sebagai sebuah tanda terimakasih saya karena kalian mau bekerja di rumah saya dengan ikhlas "

"Alhamdulillah !" ucap mereka serempak dan ada beberapa yang sujud syukur atas rizki yang Allah berikan pada mereka.

.
.
.

Hello guys..
terima kasih sudah mampir di ceritaku.. penasaran kan apa kelanjutan ceritanya ? tetap jadi pembaca setia ICS ya..

aku senang banget kalian bisa mampir di ceritaku.. semoga kalian juga mempromosikan cerita ini pada teman-teman ya.. biar semakin viral and trending. pokoknya is the best lah hehehe.. #pengennya ya aku😋😁
jangan lupa vote dan komennya ya dan pokoknya kasih kami jejak ya.. karena jejak itu gratis..gratis..

Hehe, maaf ya.. Becanda..
Gak maksa kok..
Se ikhlasnya saja..










By:SitiRahmawati😍😘😊

I Can't Speak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang