34

120 9 0
                                    

Setelah menemui Sharma, Shidiq meminjam uang untuk pengobatan ibunya. Ia tak tega melihat ibunya terbujur kaku. Ibunya lemas dan tak mampu melakukan hal yang berat.

Walau ibunya bersikeras untuk pulang. Tapi, tetap saja Shidiq tal memberi ibunya ijin. Ia sadar jika ibunya butuh perawatan intensif.

Tak terasa, sudah seminggu ibunya dirawat, sudah banyak kemajuan dari kesehatannya. Tentu saja ini membuat Shidiq bahagia.

Namun, kesehatan yang semakin membaik ini, malah dua hari sesudahnya mempunyai kabar buruk nan menyakitkan. Tepat saat itu, perkiaraan dokter boleh di bawa pulang, ibunya di panggil oleh sang Khalik. Betapa sedihnya Shidiq saat itu, saat kesembuhan ibunya yang di nanti malah kematian ibunya yang menghampiri.

"Umi... Umi kenapa ninggalin Shidiq ? Umi'kan belum melihat Shidiq sukses.. Kata nya umi mau liat Shidiq sukses ? Umi.. Shidiq belum siap ditinggal umi.. Umi belum ngenalin calon Shidiq ke umi.. " ujarnya sambil tetesan air matanya yang berderai dipipinya.

Sharma yang berada diaitu merasa iba dan mencoba menenangkan Shidiq dengan sedikit kata yang bisa menghilangkan rasa sedihnya.

Setelah pemakaman, Shidiq kembali ke rumahnya dengan gontai. Ia merasa, hatinya remuk seketika mendengar kematia ibunya yang tidak disangka-sangka.

Satu bulan setelah kejadian itu, Shidiq bekerja lebih keras lagi untuk membuat ibunya bangga dialam sana. Hingga dalam waktu sebulan, karena kerja kerasnya, perusahaan ini mengalami kenaikan yang sangat pesat membuat banyak orang mengagumi sikap kerja kerasnya.

Pada bulan kedua berikutnya, Shidiq ditunuj Shina untuk menjadi manager perusahaan. Gajinya pun lumayan besar.

Saat itulah, Shidiq dan Sharma semakin dekat bahkan mereka saling jatuh cinta.

Setahun sesudah nya, Shidiq mencoba menemui Shina untuk meminta restu karena ia berniat untuk melamar dan menikahi anaknya. Bukannya membuat persetujuan, malah mendapat ejekan bahkan penolakan yang sangat jelas.

"Kamu baru jadi manager saja mau lamar anak saya ? Lihat dirimu,nak.. Kamu'kan pegawai diperusahaan saya, kenapa harus mencintai anak saya ?" ucapnya sambil meninggalkan mereka berdua.

Putrinya tak terima, ia meminta maaf pada Shidiq atas perkataan ayahnya yang menyakitkan.

"Maafin aku ya.. Aku kira ayahku bakal menerima pernikahan ini, tapi nyatanya apa ? Malah nggak !" ujar Sharma lirih.

"Udah, tak apa-apa. Mungkin saat ini belum, tapi seminggu lagi aku akan melamarmu lagi.." bujuknya.

"Iya,deh !"

Shidiq pun pamit pada Sharma.

Seminggu kemudian.

"Untuk apa lagi kau kesini ? Saya sudah bilang, saya tidak akan merestui kalian. Mengapa bersikeras seperti ini sih !" ujarnya agak kesal.

"Tolong ijinkan saya untuk meminang anak pak Shina, saya dan Sharma saling mencintai. Apa saya salah meminang seorang yang saya cintai ? Tidak'kan ? Saya mohon, restui kami berdua".

Kali ini, diterimanya penolakan dari ayah Sharma yang ledua lalonya. Shidiq bersikeras untuk mendapat restu dari ayahnya. Namun, sulitnya minta ampun.

Saat seminggu setelah Shidiq mendapat penolakan, Sharma datang membawa sekoper baju dan uang yang tidak direncanakan sama sekali.

"Apa ? Kawin lari ?" tanya Shidiq pada Sharma tak percaya.
Sharma mengangguk pasti.

"Aku tak terima keputusan yang membuat kita berdua berada dalam lembah dosa".

"Kalau mau mu itu, aku akan bersiap-siap untuk pergi ke tempat yang jauh dan hidup bahagia disana." ujarnya pasrah.

Akhirnya mereka menikah di tempat yang jauh. Shina tidak mencari putrinya sama sekali, karena ia tau bahwa putrinya sangat nekat. Ia sudah berprasangka bahwa putrinya pasti akan seperti ini.

Pernikahan mereka berdua sederhana. Hingga tak terasa, setelah satu bulan Sharma merasakan mual-mual. Shidiq yang panikpun, langsung membawa Sharma ke rumah sakit terdekat.

Betapa senang nya jika mereka berdua dipercaya Sang Khalik untuk memberikan amanah seorang anak. Awalnya Sharma ingin memberi tau ayahnya, namun, ia mengurunglan niatnya karena ia tau bahwa ayahnya tak peduli akan berita ini.

Kehidupan mereka tercukupi dengan berjualan makanan kecil. Namun, kebahagiaan selalu mengiringi mereka berdua. Apalagi setelah kehadiran anak pertamanya, suasana rumah terkadang penuh dengan suara tangis bayi.

Saat bayi itu lahir, bayi itu di beri nama Syamsi ash-Shidiq. Nama yang indah, Syamsi sebutan kecil yang mudah diingat semua orang. Ia tumbuh dengan bimbingan agama. Ia sering di bacakan surat yusuf dan muhammad agar tampan dan berakhlak mulia.

Saat umurnya satu tahun, rasanya Sharma rindu ayahnya. Ia dan Shidiq berniat untuk mengunjungi ayahnya yang sudah lama tak di temuinya.

Saat sampai, bukannya mendapat sambutan, malah ayahnya mengambil Syamsi secara kasar sehingga menimbulkan tangis dari sang bayi. Sharma yang tak terima marah, mengapa mengambil anaknya secara kasar.  Ia berterus terang bahwa ia kesal bahkan kecewa pada putrinya. Karena putrinya lebih memilih Shidiq dibanding dirinya. Ia benar-benar tak menyukai itu.

"Kalau kamu mau bayi ini tetap hidup, ada syarat nya dan ada 2 pilihan !"

"Apa ?"

"Satu, cerai dari Shidiq. Dua, buang anak ini pada orang yang membutuhkan !"

"Tapi... Memang nya tidak ada syarat lain ? Mengapa harus itu ?"

"Kalau tidak, ya..  Terpaksa " ujarnya meledek.

"Udah, ceraikan saja, Aku. Agar kau bisa besarkan Syamsi." bujuknya selaku suami nya yang tak tega melihat itu.

"Aku tak mau.. Aku akan ambil keputusan bahwa Syamsi akan aku berikan pada yang membutuhkan !"

Sharma mengambil Syamsi dan pergi dari rumah nya untuk memberikan bayi tersebut pada seorang wanita tkw yang sedang membersihkan halaman rumah majikan nya. Ia menitipkan Syamsi padanya dan menyuruhnya pergi ke tempat asalnya yang kebetulan ia tinggal di Indonesia dan berjanji akan mengirim segala kebutuhan Syamsi dan keluarganya.

Akhirnya, ibu tersebut menerima persetujuan itu. Ia langsung memesan pasword untuk balik ke asal kelahirannya. Dan Sharma lupa untuk memberikan nama Syamsi pada bayi itu. Sehingga ia tidak tau bahwa orang tersebut memberikan nama yang berbeda.

Wanita itu membesarkan Syamsi dengan nama Fahri. Ia juga menyuruh Fazri, anaknya. Untuk merahasiakan peristiwa ini. Fazri hanya mengangguk paham dan mengunci mulutnya rapat-rapat.

Fahri dan Fazri tumbuh dengan cepat. Mereka berdua seperti tikus dan kucing. Kesehariannya hanya bercanda dan berantem. Tentu saja ini membuat nya yang mengasuh tertawa saat melihat kejadian itu. Hingga saat ini, Shina tidak pernah tau dimana keberadaan cucunya yang ia benci itu.

Saat usia Fahri 3 tahun, ia merayakan hari ulamg tahunnya bersamaan dengan Fazri. Karena tanggal mereka dan bulannya hanya 10 hari namun dibulan yang sama tapi berbeda tahun.

Dan setelah kejadian Syamsi di titipkan, Shina sedikit baik pada anak dan menantunya. Karena ia merasa menang atas semua ini. Hubungan Sharma dan Shidiq juga seperti semula. Awal-awal kehilangan Syamsi, Sharma sering menangis sambil memeluk Shidiq erat. Shidiq hanya memberikan beberapa patah kata untuk memberikan rasa tenang pada hatinya. Dan kini, rasa kehilangan itu tidak pernah pergi apalagi ketika rindu. Ia benar-benar tak bisa menahan tangis nya atas rindunya tersebut.

....

Next ya.. ICS akan tetap update dan jgn lupa untuk votement nya  ya..  Apalagi komennya.. Unchh.. Ditunggu

I Can't Speak (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang