Makasih yang sudah membaca dan menunggu updatenya cerita ini... Terimakasih sudah mampir..
And.. Selamat membaca semua..😘...
Setelah 2 hari, Aisha membuka matanya perlahan. Terlihat cahaya putih lampu rumah sakit setia menyapanya. Suasana hening menyelimutinya saat ini. Aisha bangkit dari tidur nya berusaha bangun. Pandangannya terhenti ketika melihat orang yang tidak ia kenal duduk tertidur diruangannya.Siapa dia ? Kenapa dia bisa ada disini ? Untuk apa tujuannya ? . Tanya Aisha pada dirinya sendiri.
Ya Allah.. Hamba takut ya Allah ... Astagfirullahal Adzim.. Ada apa ini ya Allah.. Hamba harus apa ini ya Allah.. Apa hamba harus kabur ? Atau membiarkan orang tersebut bangun dan memberikan penjelasan ?.. Ya Allah.. Bantu hamba-Mu ini yang lemah ini..
Tes
Tes
Tes
Air mata Aisha jatuh begitu saja karena ketakutan. Aisha memeluk lututnya dengan rasa ketakutan.Aisha baru sadar, kini ia tidak memakai cadarnya. Aisha turun dari ranjangnya untuk mencari cadarnya. Ia melepas peralatan kedokteran yang menyulitkannya untuk bergerak kecuali perban dibalik kerudungnnya.
Gubrakk
Suara sendok makan jatuh dari meja yang sedang dipegangnya.
Suara itu membuat orang yang tertidur itu membuka matanya.
"Engh.." ia menggeliat. "Eh, Aisha, kamu udah bangun ?" tambahnya.
"Ha u shapza ?"
*kamu siapa ?""Tenang Aisha . aku tidak akan menyakitimu !" ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
"Hahzu pza hah hu ?"
*mau apa kamu ?"Tep
Tep
Tep
Aisha berusaha menjauh dari orang tersebut.Tapi tetap saja orang tersebut menghampirinya dan kini Aisha sudah tak dapat kemana mana lagi. Orang itu mengambil sesuatu di saku celananya. Aisha hanya menunduk dan menangis. Ia takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
Lelaki itu mengeluarkan kain yang warnanya selaras dengan warna kerudung Aisha. Lelaki itu memakaikan cadar itu pada wajah Aisha tanpa menyentuh kulitnya dengan hati-hati. Tekad Aisha, walaupun memakai alat pembantu pernafasan tau apapun itu, Aisha tidak ingin membuka cadarnya sekalipun sangat darurat.
"Kamu tak perlu takut, aku adalah adik tiri dari ayahmu yang tak pernah datang ke rumahmu. Karena aku dulu kuliah diluar negeri !" ucapnya sambil berjalan ke arah tempat ia tertidur.
Aisha kembali ke tempat dimana awalnya ia tidur dan kini ia duduk disana.
"Panggil aku om atau paman !"
"Oh,iya. Kenapa kamu dilepas peralatan kedokterannya ? " tambah nya.
Aisha hanya diam tak berkutik tak bisa berkata apa-apa.
"Aku tau, kamu pasti cari cadar'kan ? Maaf, ya.. Tadinya mau dipakaikan setelah kamu dapat perawatan. Tapi, cadarmu basah jadi, ibumu bawa kerumah dan mencucinya lalu memberikan nya padaku." ucapnya sambil bangkit menghampiri Aisha.
"Ini" sambil memberikan buku dan pensil.
"Itu pasti bakal terpakai olehmu untuk menulis !"
Aisha membuka buku itu. Dilembar pertama ia menulis kan kata 'makasih,om' kemudian ditunjukkannya pada seseorang disebut 'om' itu.
"Iya, sama-sama. Kamu kalo butuh apa-apa, nih !" sambil memberikan ponsel pada Aisha.
'Untuk apa ?' tulisnya lagi.
"Untuk menelpon. Jika kamu butuh bantuan om, kamu tinggal telpon." Aisha mengerutkan kening tak mengerti.
" Gak usah khawatir tentang om, om udah ada dirumah" ucapnya seakan menjawab apa yang Aisha ingin tanyakan.
'Nama om siapa ?' tulisnya kembali dihalaman berikutnya.
"Oh,iya. Belum kenalan ya ?" Aisha mengangguk.
"Nama om, Ardi setiawan. Sering disapa dengan Ardi !"
Aisha hanya menjawabnya dengan senyuman walau tertutup oleh cadar nya, itu terlihat dari guratan di dekat matanya. Ditambah dengan anggukan tanda mengerti.
"Yaudah, sana tiduran. Biar om yang pasangin alat kedokteran yang kamu copot. Untung saja om mu ini dokter !"
"Ohm, hok her ?"
*om dokter ?"Iya. Emang kenapa ? Gegara baju om kaya preman ? Gak berwibawa ? Itu semua Karena om gak mau mencirikan dokter, jadi om pake baju itu.!"
Aisha kembali mangut-mangut tanda mengerti. Sambil kembali menidurkan tubuhnya.
"Aisha, maaf nih ! Om harus megang tangan kamu, untuk memasang infusan ini. Boleh ? Kalo nunggu suster gak mungkin ! Mungkin sekarang sedang pada tidur semua !" Aisha memikirkannya sekejap lalu memiringkan kepalanya pada pundak kanannya ditambah sedikt angkatan dari bahunya. Sebagai tanda 'mau gimana lagi ?'.
Ardi memasang infusan yang dilepas oleh Aisha dengan suntikan yang tiap hari ia bawa untuk keselamatannya. Kemudian, memasang yang mencapit jari tangannya kemudian dilanjut memasang alat bantu pernafasan dan alat pendeteksi detak jantung.
.
.
.
.
.
Makasih banyak sudah membaca. 💕💕 jangan bosan2 untuk baca cerita amatiran dariku.Ah... Maaf Sudah dulu ya partnya.. Aku lanjut kembali ke update an yang selanjutnya.. Jangan lupa vote and coment. Gak usah sungkan bila ada typo atau apapun itu, kalian boleh komen sepuasnya kok.
👣👣
Salam manis dari author untuk pembaca
Jangan lupa baca القران juga ya..Lopp yuu...😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Speak (Selesai)
Genç KurguWanita itu benama Siti Aisha Marwah. Seorang wanita yang tidak bisa berbicara sejak kecil. Namun, kekurangan yang ia punya membuat banyak orang membulinya bahkan beberapa anggota keluarganya. Aisha bertekad bahwa kesabaran ini akan membuahkan hasil...