Gak bisa ngontrol emosi gini nih

832 88 21
                                    

*warning : bahasa kasar lagi :)*

Sejak Amatsuki membantuku dan selalu melindungiku setiap kali aku dibuli, anak-anak di kelasku itu (dia gak suka kalau aku terus memanggil mereka dengan sebutan "iblis-iblis brengsek") malah ikut membulinya. Hal itu membuat darahku seakan-akan mendidih.

Amatsuki tetap tertawa seperti biasa, berkata bahwa tidak apa-apa dia dibuli juga, dan kukutip darinya, "Dari pada kau tersiksa sendiri kan?"

Amatsuki, kau terlalu baik dan polos.

Mereka tak berhak membulimu.

Maka pada suatu hari, aku kelewat esmosi.

Kami sedang berjalan pulang bersama, dan kami dihadang oleh mereka di dekat gerbang sekolah. Mereka mengejek Amatsuki, berkata bahwa dia sebaiknya jauh-jauh dariku sebelum dia nanti rugi sendiri. Amatsuki tetap kokoh di pendiriannya. Lagi-lagi dia berdiri di depanku untuk melindungiku.

Mataku membelak saat salah satu dari mereka menonjok perutnya.

Dengan penuh kebencian aku mendelik pada yang telah melakukannya, dan melakukan apa yang harusnya kulakukan sejak mereka membuli Amatsuki.

Kuhunus pisauku dari balik seragamku, dan menusuk perutnya.

"Mafu-kun?!?! Apa yang kau lakukan?!" Amatsuki berteriak tak percaya saat kakak kelas itu terkejut bukan main melihat ada pisau menancap di perutnya.

"Tak boleh ada yang menyakiti Ama-chan!!!" bentakku pada mereka. Dengan kasar aku menarik pisauku dari perutnya dan menginjak tubuhnya yang tersungkur, tepat di lukanya.

Mendengarnya berteriak kesakitan membawa senyum ke wajahku.

Melihat mereka ketakutan membuat senyumku semakin lebar.

"Sakiti aku, silakan! Aku sudah biasa! Tapi jika kalian berani membuat Ama-chan terluka, apalagi sampai tak sadarkan diri, maka bersiaplah..." aku mengarahkan pisau berdarahku pada mereka, "Akan kubuat kalian nginap di rumah sakit selama seminggu penuh!!"

Pemimpin mereka, yang paling bongsor dan sanggar, menghampiriku dan mendengus merendah, "Memangnya kau berani hah, dasar aneh--"

Kutebas lengannya sebelum dia selesai. Jeritannya bagaikan musik di telingaku.

"Aku tak akan mengulangi ucapanku sendiri, bajingan" cengirku. Dalam hati aku mulai siap-siap untuk menerima ceramah Mamatsukijah saat pulang nanti karena ngomong kasar.

Mereka mulai panik dan meneriakan kata-kata kasar padaku sambil membawa pemimpin mereka yang terluka pergi. Aku tertawa lagi dan membersihkan pisauku dengan lengan seragamku. Aku menyelipkannya ke sarungnya yang ada di balik seragamku dan mengulurkan tanganku yang memiliki bercak darah mereka pada Amatsuki.

"Kau baik-baik saja, Ama-chan?" tanyaku lembut.

Bentar, kok berasa deja vu gini.

Amatsuki berkedip beberapa kali, tapi menerima uluran tanganku, "Mafu-kun..." dia memulai dengan suara lirih, "Apa kau sadar akan perbuatanmu sendiri?" 

Aku menunduk. Demi apa aku bakal diceramahin sekarang...

"Kan sudah kubilang padamu untuk nggak ngomong kasar!! Kok masih aja?!"

Hah? Aku tau dia pasti akan memarahiku soal itu, tapi kukira dia akan memarahiku karena baru saja menusuk dan menebas mereka...

"Ya tetap saja aku marah padamu karena perbuatan sadismu itu tauk! Kita bisa dikeluarkan dari sekolah! Tapi mulutmu itu loh!" aku merengek saat dia mulai menarik-narik pipiku.

"Mulut tuh harus dijaga! Ngerti?!"

"Huweehh... I- Iya, Ama-chwaann..."

Gak salah sih, kita memang dikeluarkan dari sekolah keesokan harinya, tapi setidaknya Amatsuki baik-baik saja. Itu yang terpenting bagiku.

~~~

A/N : Cihuy, Yandere Mafu eyyy.

Disini, kita juga bisa melihat contoh Amatsuki sebagai emak yang baik--//langsung diceramahin Mamat.

*diem-diem noleh ke kamera* tuh kan, dia emak banget heheh.

Amatsuki : "Kalo lagi dinasihatin tuh dengerin! Jangan malah asik sendiri!" 

Author : "Iya, mak. Maap..."

See you next time!

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang