Balik lagi ke rumah sakit

453 69 5
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Amatsuki, Kain, dan Sou turun dari mobil ayahnya Naruse, sementara Naruse sendiri bilang dia akan balik lagi ke sekolah dan lapor ke wali kelasnya dan Kain. Dia mungkin pendek, tapi rupanya dia sudah modifikasi sepatunya sendiri biar nyampe ke pedal gas dan remnya. Tau deh pake apaan, yang penting bisa pokoknya.

Mafu segera dilarikan ke ICU, dan Kuwahara, yang sudah dikabari oleh Sou di tengah perjalanan, segera mengambil alih Mafu dan menyuruh tiga lelaki itu untuk kembali ke sekolah karena waktu istirahat dikit lagi abis, tapi Amatsuki menolak tegas.

"Aku tak mau, Kuwahara-sensei! Aku mau menunggu disini sampai aku mendapat kabar lebih lanjut mengenai Mafu-kun!" raung Amatsuki marah, Kain dan Sou sampai harus menahan sang surai coklat bermata merah cerah tersebut.

Kuwahara menatap Amatsuki dengan kasihan, "Tapi nanti kalian ketinggalan pelajaran. Serahkan Mafu-san padaku, Amatsuki-san"

Amatsuki menggeleng cepat, dan sebelum dia dapat berkata apapun, dia mendengar suara rendah seseorang di belakangnya.

"Biarkan mereka disini"

Mereka berempat menoleh kepada Soraru yang berjalan tegap menghampiri mereka, seakan-akan luka tusuknya tak berasa untuknya, "Jika pihak sekolah protes, suruh mereka bicara pada ibuku selaku pemilik rumah sakit ini. Amatsuki-san punya surat hak asuh yang sah terhadap Mafu-san, sementara Kain-kun dan Sou-san punya ikatan dengan Kashitarou-kun yang ibunya merupakan ketua dewan rumah sakit ini. Kupersilahkan mereka tetap disini"

Kuwahara termangu oleh keputusan sang surai biru gelap, namun hanya bisa mengangguk, "Aku mengerti, Soraru-san. Kalau begitu, kalian bertiga silakan menunggu disini, aku akan memberitau keadaan Mafu-san setelah kami mengeceknya"

"Kalian ke kamarku saja untuk menunggu. Disana lebih nyaman dan tenang dari pada ruang tunggu ICU yang suram" sela Soraru seraya berbalik pergi.

.

Soraru tiduran di ranjangnya. Amatsuki duduk di sofa dengan gelisah. Kain dan Sou duduk di samping Amatsuki, sama-sama mengunci mulut mereka. Lebih tepatnya karena tak satu pun dari mereka yang tau ingin bicara apa pada situasi ini.

"Nii-san, menurut nii-san apakah kita akan dimarahi otou-san dan okaa-san karena telah madol dari sekolah?" Sou bertanya pada Kain.

"Yah... Jika kita memberitau keadaannya pada mereka, Nii-san rasa mereka akan mengerti. Lagipula ini menyangkut Mafu-san yang memiliki koneksi dengan Soraru-san, Kashitarou-kun, dan Luz-kun" jawab Kain, menghela nafas kecil.

"Ini salahku, ini salahku, ini salahku..." Amatsuki terus mengulangi kata itu seperti sedang merapalkan suatu mantra. Soraru yang mulai terganggu oleh itu langsung terduduk di ranjangnya dan memotongnya.

"Baka, ini bukan salah lu sama sekali" ujar Soraru dingin.

"Tapi ini benar salahku!" sahut Amatsuki, air matanya menolak untuk berhenti, "Aku sudah curiga saat Mafu-kun dipanggil ke ruang guru, tapi aku tidak berbuat apa-apa untuk menghentikannya! Jika aku melakukannya, pasti ini tak akan terjadi!"

"Sekali lagi lu nyalahin diri sendiri, gue jadiin lu makanan rubahnya Kashitarou-kun juga nih lama-lama" geram Soraru, "Sekalipun lu ngecegah curut itu, lontong kuning itu pasti tetap akan membulinya saat elu lengah, jadi ini bukan salah lu, ngerti? Mau gue laporin ayah lu kalo lu terus-menerus menangis seperti anak kecil?"

"Tapi, senpai... Lebih baik kita menangis daripada memendam semua perasaan di dalam kita" Sou angkat bicara, "Kita bisa hancur kalau menahan semuanya terlalu lama"

Soraru terdiam, tak bisa membalas perkataan adik kelasnya yang satu itu. Dia mendengus dan membuang pandangan, kembali tiduran dengan tubuhnya menghadap jendela.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang