Bonus Chapter #2

507 51 95
                                    

"A- Ah! Soraru-san--!"

Sang surai biru gelap hanya memutus kontak antara bibir mereka untuk sementara sebelum dia meraupnya lagi dengan kasar. Wajah sang albino semakin memerah, dan seluruh desahannnya dihalangi oleh mulut Soraru yang menolak untuk berpisah darinya bahkan setelah mereka terjatuh di atas kasur sang surai biru gelap.

Bibir Soraru beralih untuk mencumbu lehernya, menghisapnya sampai meninggalkan bekas keunguan, dan menggigitnya dengan keras. Cengkraman Mafu mengencang di baju Soraru, dan air matanya terkumpul di sudut matanya oleh betapa nikmatnya seluruh perasaan ini. Desahan-desahan nakal terselip dari bibir Mafu, dan tampaknya akan sulit untuk berhenti.

"Manis sekali..." Soraru menggumam di atas bahu Mafu, sebelum mengunci rahangnya lagi.

"Hyaaah!" Mafu memekik oleh rasa sakit yang membuat candu tersebut. Dia mengalungkan lengannya di leher Soraru dan menariknya ke arahnya, berusaha menipiskan jarak di antara tubuh mereka yang panas. Soraru sedikit mengangkat kepalanya untuk mengagumi albino di bawahnya, yang wajahnya merona hebat dan yang bibirnya mengalirkan darah.

Pemandangan itu saja sudah membuatnya menyeringai penuh nafsu pada Mafu, dan ketika Soraru memandangnya seperti itu, Mafu tak ingin apapun lagi selain Soraru untuk melakukan itu dengannya sekarang.

"So- Soraru-san... Hayaku..."

"Sungguh tidak sabaran"

Soraru mengunci bibir Mafu yang bengkak dengan miliknya, sementara tangannya mulai melepas kancing kemeja Mafu satu per satu. Setelah dia sukses melepas kemeja Mafu, Soraru memutus ciuman mereka supaya dia bisa melepas bajunya sendiri. Mafu menatap tubuh Soraru yang dihiasi otot dari latihan karate-nya selama 10 tahun lebih dengan penuh nafsu, dan menjilat bibirnya sendiri dengan seduktif.

"Tubuh Soraru-san bagus sekali~"

"Teruslah berkata manis seperti itu, Mafu, dan mungkin aku tak akan bisa menahan diriku lagi"

Maka bibir mereka kembali bertemu, merobek kulit tipis yang menyelimutinya saat mereka berbagi ciuman yang kasar dan basah oleh darah.

.

Kalian tau aku, seorang stalker Soraru-senpai tingkat professional, pasti akan masuk ke kampus yang sama dengannya bukan? Ehehe~. Begitulah, setelah aku dan Amatsuki lulus SMA, aku menyeret ibu-- eh sahabatku ke kampus yang sama seperti Soraru-senpai. Amatsuki juga mau gak mau ngikut denganku, kan dia ibu yang baik, ehehe~.

Oh ya, mungkin di kuliah, aku tidak perlu memanggilnya Soraru-senpai lagi walaupun secara teknis dia memang kakak kelasku. Jadinya mulai sekarang aku akan memanggilnya dengan Soraru-san saja! 

Aku mengambil jurusan Musik karena itulah keahlian utamaku (selain membunuh orang-- ehem), dan Amatsuki mengambil jurusan Kedokteran. Sementara dari yang kudengar-dengar, Soraru-san mengambil jurusan Teknik. Aku sedikit tidak menyangkanya, namun setelah kupikir-pikir lagi, mungkin itu penting untuk kehidupannya sebagai mafia.

Tentu saja, karena kami beda jurusan, aku jadi pisah kelas sama Amatsuki. Aku acuh tak acuh dengan orang-orang yang melihatku dengan tatapan aneh karena rambutku atau mataku. Buat aku peduli dengan pendapat mereka? Lebih baik aku dengerin ceramah Amatsuki aja.

//cie yang udah dewasa mikirnya uhuq--

Saat istirahat, aku langsung lari ke kelas Amatsuki berada dan mengejutkannya dengan memeluknya dari belakang. Dia memekik kaget, namun menghela nafas dan mengacak-acak rambutku dengan penuh kasih sayang.

"Mafu-kun, kita bukan anak SD lagi loh. Lain kali sapa aku dengan cara yang tidak bikin aku kaget deh" ujar Amatsuki, tersenyum hangat padaku.

Aku mengangguk, dan melepaskan lenganku dari tubuhnya. Kami berjalan ke sisi lain gedung untuk nyari makan siang, dan kami disambut oleh pemandangan yang sangat kubenci.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang