Serigala yang lolos

405 57 23
                                    

"Apa kau kenal dengan seseorang yang bisa mencarikanku informasi?"

Oh, ini baru saja menjadi semakin menarik.

"Saya kenal seseorang. Apa informasi yang ingin anda cari tau?"

"Aku punya seorang anak, namun dia kabur dari rumahku 10 tahun yang lalu. Sejak itu, aku sudah berpergian kesana kemari untuk mencarinya, namun sayang hasilnya nihil. Aku kemudian dapat kabar dari kenalanku bahwa mungkin dia melihat anakku di sekitar kota ini. Jika benar temanmu adalah pencari informasi, bisakah dia membantuku?"

"Saya yakin dia bisa, Akatin-san"

"Bagus, maka tolong sampaikan pada temanmu itu untuk mencari anakku yah? Jika dia meminta bayaran, aku akan menyalurkannya melaluimu. Terima kasih, Licht-san. Oh, satu hal lagi" dia merogoh saku celananya dan menyodorkan Luz secarik foto, "Ini foto anakku. Kuharap temanmu bisa menemukannya, karena aku merindukannya"

Gidikan dalam tubuh Luz masih tak kunjung hilang, apalagi setelah dia melihat foto tersebut.

Secarik foto bergambarkan seorang anak bersurai salju dengan manik semerah darah yang berkilat penuh ketakutan.

Luz menggeram frustasi. Dia mencabut alat penyadap itu dari bawah meja, menyimpannya dalam sakunya, dan segera menghubungi seseorang.

"Moshi moshi, Luz?"

"Ayah, ada masalah yang kembali muncul di kota"

"Dimengerti, putraku. Apa yang kau butuhkan?"

"Soal itu aku belum yakin, dan bisakah ayah datang ke bar? Ada yang ingin kuberitau pada ayah"

Luz tersentak saat seseorang menepuk bahunya. Dia menolehkan kepala, dan menghela nafas lega melihat sebuah surai silver seperti miliknya, "Main lagi ya?"

"Biasa, nyari sensasi" ayahnya menjawab enteng seraya menurunkan hp-nya dan duduk di seberang putranya, "Jika kau mencari ibumu, tenang saja. Dia ada di meja judi, lagi nguras kekayaan seorang politikus dengan tawa manisnya itu~"

"Manis darimanya coba? Wong galaknya cem singa begitu"

"Ja, dia juga liar kalau di kas--"

"GAK MAU DENGER" Luz menyahut marah dengan wajah merona, sementara ayahnya hanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksi putranya. Luz mungkin udah biasa baca doujin yang hard, tapi kalo denger tentang orangtuanya sendiri dia juga eneg tauk!

Luz menghela nafas berat dan senderan ke kursinya. Dia mengeluarkan alat sadapnya dan menyodorkannya pada ayahnya, "Ini yang ingin kuberitaukan padamu, Hikari-san"

"Coba aku dengar terlebih dahulu, Luz-san" keseriusan ayahnya kembali, dan dia mengulang kembali rekaman di alat penyadap itu. 

Sebuah persetujuan tak terlihat tercipta di antara mereka bahwa setiap kali mereka membicarakan sesuatu yang serius di luar rumah, mereka tidak menganggap satu sama lain sebagai keluarga, melainkan hanya sebatas partner bisnis.

"Jadi begini, Licht-san..."

Wajah Hikari sedikit memucat mendengar suara Akatin, namun dia membiarkan rekamannya berlanjut sampai akhir, menyerap setiap kata-kata yang sang surai merah lontarkan. Setelah selesai, pria bersurai silver itu merengut, "Dia tidak gampang menyerah huh?"

Luz mengangguk, "Apa yang harus kita lakukan, Hikari-san? Perlukah kita memberitau Osora-san tentang ini?" tanyanya.

Hikari mengetukkan telunjuknya ke meja dan menutup mata. Keningnya mengerut saat dia berpikir keras, "Jangan beritau Osora-san. Dia dan keluarganya bisa langsung berserk jika mereka tau. Pertama-tama, kita beritau Kirihara-kun, kepalanya lebih dingin daripada Osora-san. Sebagai sahabat terdekatnya, dia juga pasti bisa menenangkannya. Biarkan Kirihara-kun yang memberitaunya"

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang