Suatu malam di kasino

348 53 16
                                    

Ucapan Kakeru menangkap perhatian mereka semua. Melihat ketiga sahabatnya yang terpaku di kursi mereka masing-masing, Kakeru merasa dia telah mengatakan suatu hal yang tidak seharusnya. Itu pun, sampai suara Hikari memecah keheningan.

"Itu bisa jadi..." ujar sang pengumpul informasi lirih, "Maksudku, aku juga bisa tau dari penjelasanmu bahwa Akatin-san adalah pria yang punya banyak cara. Aku juga terbingung saat Luz cerita padaku bahwa Akatin-san meminta bantuannya. Tampaknya aku terlalu fokus pada fakta bahwa orang itu kembali sehingga aku tak memikirkan hal lainnya"

"Aku tidak mengerti" sang pemimpin mafia mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk, "Jika dia benar ingin memancing kita, seharusnya dia melakukannya dengan lebih tersembunyi. Tidak dengan sepolos itu meminta Luz-san untuk mencarikan informasi untuknya"

Sang pemimpin yakuza menutup dan menurunkan kipasnya, menampakkan raut wajah dingin pada ketiga sahabatnya, "Apakah Akatin-san bahkan mengenal Luz-san? Jika dia mengenal Luz-san, kecil kemungkinannya bagi dia untuk berbicara dengannya, karena dia pasti tau bahwa Luz-san akan melapor padamu, Hikari-shi"

"Mungkin itu juga bagian dari rencananya" tukas sang pengedar senjata, "Bisa saja dia berusaha bermain-main dengan pikiran kita, membuat kita berpikir bahwa dia tak mungkin melakukan itu, padahal sebenarnya itulah yang diinginkannya. Seperti yang kubilang, bermain dengan pikiran manusia adalah hobinya"

"Hikari-kun, kapan putramu akan menemui Akatin-san lagi untuk menyampaikan informasi mengenai Mafuyu untuknya?" tanya Osora.

Hikari berpikir sejenak, membiarkan asap rokok mengaburkan wajahnya sebelum dia menjawab, "Luz bilang dia akan menemuinya malam ini, dengan harapan informasi palsu yang dia siapkan sudah cukup. Dia bilang bahwa mereka telah sepakat untuk bertemu lagi di kasino di tempat yang sama seperti tempat mereka berdiskusi sebelumnya"

"Kasino itu milik orangtuanya Naruse-san, desho?" tanya Kirihara, "Bisakah kita meminta kooperasi mereka dalam hal ini?"

"Sepertinya bisa. Kami memiliki hubungan yang cukup baik, jika aku boleh berpendapat" Hikari mengangguk, "Akan kutelepon mereka nanti"

"Aku akan coba memasuki database Jepang untuk mencari berkas Akatin yang lebih lengkap. Yang tadi kuberitaukan pada kalian hanyalah permukaannya" Kakeru tersenyum kecil pada mereka, "Serahkan peretasan jaringan pemerintah padaku"

Osora melipat lengannya, sebuah gestur puas yang hanya dikenali oleh keluarganya dan ketiga sahabatnya, "Aku percaya pada kalian. Untuk sekarang, aku minta Hikari-kun untuk membantu Luz-san dan sahabatnya mengacak-acak fakta mengenai mantan anak angkatku. Bubar"

"Hai, Osora-shi"

"Verstehen, Herr Osora"

"Understood!"

Kirihara dan Hikari bangkit dari kursi mereka, sementara Kakeru memutus koneksi video call-nya. Kirihara menepuk bahu partner-nya dengan kipasnya, tersenyum menenangkan padanya sebelum mengikuti Hikari keluar ruangan.

.

Mafu baru saja mandi di kamar mandi kamar 311 saat dia mendengar suara Soraru dan seorang wanita berbincang di luar. Sang albino mengangkat sebelah alisnya saat dia menempelkan telinganya ke permukaan pintu.

Itu suara siapa ya? Kok kayak kenal?

Mafu membuka pintunya sedikit dan mengintip keadaan di luar. Soraru sedang ada di ranjangnya bersama seorang wanita yang identik dengannya di sofa di sampingnya. Mereka lebih mirip sedang berdebat daripada sedang berbincang. Melihat wanita tersebut, kedua manik merah darah Mafu melebar.

"Ruko-neechaaaaannn!!!"

Ruko memekik saat dirinya dipeluk oleh mantan adik angkatnya yang seakan-akan muncul entah darimana. Memfokuskan pandangannya pada mata Mafu yang berbinar, Ruko tersenyum lebar dan mulai mencubit pipi sang albino, menarik-nariknya ke samping sambil menghiraukan rengekan darinya.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang