Pencarian

383 57 40
                                    

"Uso..."

"Uso janai yo, Mafu-kun..."

"Ama-chan..." Mafu mencengkram kedua bahu Amatsuki, menguburkan wajahnya di dada sahabatnya, "Tolong katakan bahwa kau hanya bercanda... Soraru-senpai ada disini kan... Jangan bercanda denganku..."

Amatsuki meraih kedua tangan Mafu, menariknya mundur darinya supaya dia dapat mengangkat kepala sang albino dan mengecup keningnya dengan lembut, "Maafkan aku, Mafu-kun... Tapi aku tidak berbohong... Aku ikut bersama beberapa anak buah Soraru-senpai saat mendengar tentang kecelakaan itu. Tomohisa-san dan dirimu berhasil kami tarik keluar dari mobil dari terbalik, tapi kami tak menemukan Soraru-senpai dimana pun..."

Pecah.

Seluruh emosi Mafu pecah saat itu juga.

Jeritan serta tangisan menggema di ruangan tersebut. Amatsuki tak bisa melakukan apa-apa untuk menenangkan sahabatnya yang hancur selain memeluknya erat dan mengelus-elus surai saljunya, tak peduli jika bajunya basah terkena air mata sahabatnya. Mafu melingkarkan lengannya di figur Amatsuki sekencang yang dia bisa, tak ingin Amatsuki pergi darinya seperti halnya Soraru yang terselip dari genggamannya.

Andaikata aku tau ini akan terjadi, aku pasti akan membiarkanmu menciumku lebih lama lagi.

.

Wanita itu berdiri di samping mobil Tomohisa yang terbalik dan melirik mobil sedan yang menabraknya, mempelajarinya dengan teliti. Dia menoleh kanan-kiri, sedikit mendecakkan lidahnya melihat sekumpulan orang berkumpul di luar garis polisi, penasaran akan apa yang terjadi. Dia segera menyuruh anak buahnya untuk meminta mereka pergi.

"Ini TKP polisi. Warga tidak seharusnya berada disini" ujarnya tegas.

"Baik, Inspektur Rahwia"

Rahwia menghela nafas berat. Sejauh ini dia belum menemukan jejak-jejak keberadaan putra sang pemimpin mafia. Dia bukan polisi korup, tapi dia telah disuruh Osora untuk mencari putranya. Rahwia menerimanya, tentu saja. Tak ada orang waras yang berani menolak permintaan Osora, apalagi ketika dia sedang marah.

Lagipula, Soraru kan sahabatnya Luz, seorang informan yang sering bekerja sama dengan kepolisian untuk membantu menangkap beberapa penjahat. Rahwia menghitung ini sebagai balas budi atas jasanya bagi kepolisian.

"Inspektur Rahwia! Kami dapat sesuatu!"

"Apa itu?"

Rahwia menghampiri salah satu orang dari bagian forensik yang sedang berlutut di tanah. Dia menyerahkan sebuah tabung kecil yang isinya berisi suatu cairan merah yang terkotori oleh tanah, "Kami menemukan jejak darah ini mengarah ke luar mobil. Tampaknya pelaku menyeret salah satu korban, tapi jejaknya berhenti di sekitar 2 meter dari garis polisi. Kami beranggapan bahwa pelaku membawanya dengan mobil, namun sayang kami tak mungkin bisa menyelidiki jejak bannya karena sudah tercoreng oleh puluhan mobil yang lewat disini"

"Pelaku kita cerdik juga ya" gumam Rahwia, sebelum memutar kepalanya ke anak buahnya yang lain, "Kau, coba tanya orang-orang yang berada di sekitar TKP pada waktu kejadian. Jika pelaku kita menyeret salah satu korban ke mobilnya di tengah keramaian ini, tak mungkin tak ada yang melihatnya"

"Hai!"

Merasakan suatu getaran di saku jasnya, Rahwia mengeluarkan hp-nya dari sakunya dan menjawab telepon tersebut, "Moshi moshi, Osora-san?"

"Apa kau sudah dapat sesuatu?"

"Hai, tampaknya Soraru-san diseret dalam keadaan tak sadarkan diri oleh sang pelaku. Menurut ahli forensik, dia tampaknya dibawa pergi dengan sebuah mobil. Kami belum bisa menentukan jenis mobil apakah itu, namun aku akan memberitaumu jika ada perkembangan lebih lanjut"

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang