Ayo pulang (2)

422 64 46
                                    

Tidak seperti Kashitarou yang rumahnya dekat sehingga dia tinggal jalan kaki, Soraru harus naik kereta selama 30 menit, baru deh sampai ke rumahnya. Kalian mungkin berpikir, emangnya bocah dengan muka ikemen kayak gitu nggak bakal diincer bangsa om-om dan tante-tante kalo naik kereta sendiri? Apalagi ini kan udah mau malam.

Soraru mah bisa pertahanin diri sendiri.

Author ceritain dikit, mumpung si om tumben-tumbennya ngebolehin author.

Sekitar 2 minggu yang lalu, Soraru naik kereta saat hujan, tapi untungnya dia bawa payung. Dia pegang itu payung saat dia berdiri sambil pegangan ke tiang yang dekat pintu keluar itu loh. Soraru kan orangnya nggak suka keramaian, jadinya dia cari gerbong yang paling sepi. Susah sih, tapi setidaknya dia ketemu gerbong yang gak terlalu sumpek-sumpek amat lah.

Nah kan udah tuh, dia berdiri diem, mandangin keluar jendela kereta dengan raut wajah bosan (cuman di depan Kashitarou doang dia senengnya). Tiba-tiba aja ada seorang pria bertubuh bongsor berdiri di sebelahnya. Soraru merasa risih, karena itu dia berniat cari tempat lain, eh tapi tanpa peringatan pria itu menggengam tangan kecil Soraru.

Para penumpang yang sadar pun melihat mereka dengan was-was. Salah satu dari mereka baru mau manggil petugas yang ada di gerbong satu lagi, namun terhenti oleh Soraru yang menusukkan ujung payungnya ke selangkangan pria itu.

//author masang SFX telur retak.

Lalu dengan santainya Soraru berdiri di atas tubuh pria itu yang ambruk, saking nggak kuatnya nahan sakit dari serangan tak terduga Soraru. Dalam hati, bocah itu berpikir saat dia ngeliat pantulan dirinya di jendela kereta,

"Wah, aku jadi lebih tinggi"

Tapi sayangnya nggak setinggi Kashitarou--//plak///maaf om.

Para penumpang cuman bisa bengong, dan saat petugas kereta datang dan nanya kenapa ada pria tiduran di lantai dan dengan seorang bocah berdiri di atasnya, seorang wanita menjawab dengan gugup bahwa pria itu ingin menarik Soraru pergi, tapi Soraru langsung menusuk selangkangannya dengan ujung payung yang dia bawa.

Petugas itu kemudian meminta Soraru untuk turun dari tubuh pria itu, lalu dia menepuk bahu si pria, "Karma is real, bung"

Bener banget tuh pak!//suara author yang se7 banget sama si petugas.

Oke, kita sudahi flashback-nya karena Soraru udah turun dari kereta.

Soraru hanya perlu jalan kaki 5 menit dari stasiun sebelum sampai ke rumahnya yang sebenarnya lebih mirip sebuah mansion daripada "rumah". Megah, gede, luas, tinggi, penuh estetik, mewah, dan pastinya, muahal!//paan sih.

Soraru memasuki mansion-nya, dan disambut oleh kakak perempuannya yang lebih tua 3 tahun darinya, "Tadaima, Sora. Bagaimana harimu?" tanyanya.

"B aja, nee-san" jawab Soraru pendek, cuek, dan bodo amat. 

Sang kakak sudah biasa dengan sikap adiknya. Wong dia tuh sebelas dua belas sama kakaknya, sama-sama kulkas berjalan. Bedanya kakaknya itu kawaii, sementara adeknya ikemen.
//ini gak penting woi.

Mereka kemudian berjalan bersama ke ruang makan, dimana kedua orangtua mereka sudah menunggu, bersama beberapa pria lainnya. Soraru sudah terbiasa makan malam dengan orang-orang yang bukan satu darah dengannya. Tapi tetap di matanya, mereka itu keluarga.

Karena baginya, selama mereka bersumpah setia, maka mereka adalah keluarga.

Makan malam mereka kurang lebih penuh dengan pembicaraan random. Mulai dari cuaca selama seminggu ini, hari-hari sekolah Soraru dan kakaknya, berita yang lagi viral di kota, bahkan sampai bisnis yang dijalankan oleh keluarga Soraru.

"Soraru boleh ikut ngebantu nggak?" Soraru bertanya dengan polosnya, walaupun nadanya penuh tekad. Dia sudah sering bertanya, tapi semuanya ditolak oleh ayahnya yang mengatakan bahwa Soraru masih terlalu muda untuk ini. 

Lagi, ayahnya membantah permintaannya, tapi tiba-tiba ibunya angkat bicara, "Anata, cukup. Biarkan Sora membantu kita sesekali. Pada akhirnya, dia yang akan mewarisi bisnis ini. Kau tidak mau dia telat untuk belajar kan? Kau juga pernah bilang padaku bahwa orangtuamu pertama kali mengajakmu ke pertemuan antar klien saat kau berumur 7 tahun kan? Sora sudah 7 tahun sekarang, sama sepertimu saat itu. Maka kenapa tidak?" ujarnya tegas.

Ayahnya Soraru auto mingkem. Nah, gini nih, tipe suami yang manut sama istri ehey.

"Tou-san, aku akan tinggal di rumah kali ini" gantian kakaknya untuk angkat bicara, "Pengiriman bulan ini hanyalah narkoba, bukan hal yang berat. Aku yakin Sora dapat mengatasinya, lagipula Sora kan tertarik dengan kimia dan semacamnya"

"Saya setuju dengan Soraruko-san" ujar salah satu pria yang ada di ruang makan, "Dari yang sering anda ceritakan pada kami, Soraru-san tampaknya bisa melakukan banyak hal"

"Anda juga pertama membawa Soraruko-san saat dia baru awal kelas 1 bukan? Seperti kata istri anda, maka kenapa tidak?" celetuk pria lainnya.

Tidak seperti pemimpin keluarga lain yang pernah Soraru dengar, ayahnya merupakan pemimpin yang turut mendengarkan ucapan anggotanya dan mempertimbangkannya dengan serius, karena dia tau opini mereka bisa berguna untuk satu keluarga dan bisnisnya.

Pada akhirnya ayahnya Soraru menurut, dan yang lain bersorak senang. Segitunya kah mereka ingin Soraru ikut bersama mereka?

Soraru menyikut lengan kakaknya pelan, membuatnya menoleh ke arahnya yang duduk di sebelahnya, "Tumben ngebelain, biasanya ogah"

Kakaknya menggerutu, "Diem lu, Sor. Udah baik-baik nee-san mau bantuin. Untung adek, kalo bukan pasti udah gue bolongin pala lu"

"Serah. Untung kakak, kalo bukan pasti udah gue copot jantung lu" tukas Soraru tajam, sebelum mengikuti para pria berjalan keluar ruang makan.

//tolong hiraukan ancaman sadis kakak-beradik ini.

"Ruko-chan" sang kakak mengalihkan perhatiannya pada sang ibu, "Kau ada PR besok?"

Putrinya menggelengkan kepala.

"Kau mau coba merakit bom? Kaa-san rasa kau terlalu sibuk dengan sekolah sehingga kau melupakan latihanmu"

"Ah, sudah saatnya kah? Baiklah"

Dua perempuan itu lalu meninggalkan ruang makan menuju suatu ruangan di dalam mansion, yang temboknya terbuat dari baja yang bisa menahan gempa serta ledakan, dan memiliki meja penuh dengan senjata-senjata berbahaya.

~~~

A/N : Kadang kalo nulis Soraru dan Soraruko tanpa keterangan siapa yang ngomong, author susah bedain. Cara ngomongnya mirip sih. Dingin dan datar gitu deh. Kalo soal sadia ya maklum lah. Kan mereka berdua sama-sama S//heh.

Nah, menurut kalian, keluarganya si om itu bisnisnya apa? Dari petunjuk-petunjuk yang sudah author sebutin, kalian pasti bisalah nebak. Kan kalian pintar :3

See you next time!




One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang