Ngerumpi di rumah sakit

432 64 22
                                    

Soraru ada di atas, dan Mafu ada di bawahnya. Sudah menjadi kodrat yang tak bisa diganggu gugat--//plak. Sang surai biru gelap seenaknya duduk di punggung Mafu, sementara sang surai salju berusaha menahan berat senpai-nya dengan tangan dan kaki yang bergetar, keringat yang bercucuran, dan rintihan pelan (menikmati) dari mulutnya.

"Senpai apain anakku?!" Amatsuki nyaut panik.

Soraru turun dari punggung Mafu, dan sang surai salju merengek pelan saat dia sengaja menjatuhkan diri di lantai rumah sakit, kecewa karena beban di punggungnya hilang. Sang surai biru gelap menguap cuek seraya merengangkan kedua lengannya ke udara, "Cuman ngehukum dia suruh push up doang kok, anakmu bandel amat sih"

OALAH LAGI PUS AP DOANG TOH. NGAJAK GELUD EMANG NI ANAK.

"Kirain kalian lagi maen beneran!" Luz ikut menyahut tak terima. Kan siapa tau dia bisa melihat suatu "aksi" di rumah sakit pagi-pagi kan? Emang lucknut ni jerapah satu//lu yang lucknut ogeb, "Emangnya apa salah Mafu-kyun?!"

...

...

...

...

...

...

"Gak tau, lagi pengen ngehukum dia aja"

Dia bener-bener seorang S huh..., batin Luz, masih sensi.

Sang dokter, Kuwahara, berdehem untuk memulihkan dirinya yang masih shock, "Maafkan aku yang telah berprasangka, Soraru-san. Aku datang untuk melakukan pengecekan rutin"

"Ya, silahkan saja" Soraru kemudian menepuk kepala Mafu dengan kakinya//gak sopan banget yawla--, "Heh curut, bangun dulu, gue mau diperiksa"

"I- Iya, senpai..." dengan lemah Mafu bangun dari posisinya dan membanting diri di sofa. Amatsuki segera duduk di sampingnya dan mulai membombardirnya dengan sejibun pertanyaan menyangkut hilangnya dia dari kamar kemarin malam. Sementara itu, Luz dan Kashitarou hanya menonton saat Kuwahara mengecek luka pada Soraru.

"Kau pulih dengan cukup cepat, Soraru-san. Itu hal baik, atau nggak aku pasti bakal ditanyain habis-habisan oleh Osora-sama..." Kuwahara memelankan suaranya di akhir, mengiringi tawa hambarnya oleh pemikiran ayah sang pasien akan mendelik tajam padanya.

Setelah itu, Kuwahara permisi untuk kembali bertugas pada mereka dan beranjak keluar ruangan. Awalnya keadaannya hening, sampai...

Pluk.

"Oh? Mafu-kun?" Amatsuki menoleh pada sahabatnya yang tertidur, kepalanya terjatuh perlahan ke bahunya. Senyum tipis menghiasi wajahnya yang masih basah oleh keringat bekas hukumannya tadi dengan Soraru, dan dengkurannya memenuhi suasana ruangan yang hening.

"Masih lucu aja dia~, akoeh gak kuat~" Luz nge-drama sendiri.

Soraru tersenyum kecil seraya memakai bajunya kembali, "Amatsuki-san, ayahmu adalah Amanogawa Kakeru-san, benar?"

Amatsuki menegang, tak menyangka ada yang akan menanyakannya tentang orangtuanya, "Itu benar. Kenapa senpai tiba-tiba bertanya?"

"Dia tidak benar-benar meninggal, bukan? Dia dan istrinya. Mereka hanya menyembunyikan diri karena takut musuh mereka akan menyakitimu"

Amatsuki memalingkan pandangannya ke arah lain, "Luz-senpai memberitaumu?"

Luz menggeleng, "Soraru-san memang sudah tempe dari dulu. Apa jangan-jangan kau tak tempe kalo ayah kita semua dulu berteman?"

"Eh? Tempe...?" butuh waktu bagi Amatsuki untuk mengerti maksud dari kata itu, "Oh... Tunggu, benarkah itu?"

"Mungkin kau tidak ingat, tapi kita semua pernah bertemu, Amatsuki-san" Kashitarou tersenyum cerah, "Ingatkah kau? Kau ada di sebuah danau jernih dan bersih, dengan beberapa anak lelaki dan satu gadis di sekitarmu. Para pria berbincang dengan akrabnya, dan kau entah kenapa terus menempel padaku. Kau ingat, Ama?"

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang