Selamat datang kembali!

470 55 57
                                    

Yang pertama bangun kala itu adalah sang albino.

Merasakan sebuah panggilan mendadak nan sakral ke kamar mandi, Mafu segera bangun dari futon-nya dan mengambil langkah seribu ke kamar mandi. Yeah, setidaknya dia selamat dari malu-maluin dirinya sendiri di hadapan sahabat-sahabatnya.

Melangkah keluar dari kamar mandi, sedikit menggemeletukkan giginya oleh udara dingin yang menusuk tangan dan telapak kakinya yang basah, Mafu berniat balik lagi ke futon dan lanjut tidur, namun dia melihat seseorang di ranjang kamar 311.

Soraru.

Senpai-nya berbaring tak sadarkan diri ranjang, dengan selimut putih yang menutupinya sampai ke bahunya dan sebuah perban yang membalut kepalanya. Mafu mengurungkan niat untuk tidur di futon lagi untuk sisa malam itu dan memutuskan untuk menaiki ranjang Soraru, masuk ke dalam selimut di sisinya.

Sang albino melingkarkan lengannya dengan hati-hati di figur sang surai biru gelap, menikmati kehangatan yang familiar darinya. Sebuah helaan nafas senang berhembus dari bibir pucat Mafu, dan dia mengangkat kepalanya untuk mengecup pipi Soraru sebelum menutup matanya.

"Oyasumi, senpai"

.

Pada pagi harinya, Amatsuki menepuk-nepuk futon di sisinya dengan mata bertutup, mengharapkan tubuh sang albino di sampingnya. Saat dia tak merasakan apa-apa, dia langsung bangun dan terduduk. Dia berdiri dari posisinya dan menolehkan kepalanya ke sekelilingnya. Kekhawatirannya sirna seketika melihat Mafu tertidur di ranjang Soraru.

"Ya ampun, Mafu-kun" Amatsuki menggelengkan kepala seraya tersenyum. Dia kemudian membangunkan Luz dan Kashitarou setelah menyadari cahaya matahari yang memasuki jendela kamar 311. Sang surai silver duduk dengan mata tertutup, sementara Kashitarou menutupi mulutnya yang menguap lebar.

"Guten morgen..."

"Ohayou gozaimasu..."

"Selamat pagi, Luz-senpai, Kashitarou-senpai" Amatsuki membalas sapaan mereka dan berjalan ke meja yang terdapat sebuah teko elektrik, beberapa botol air, dan beberapa gelas. Amatsuki menuangkan air ke teko tersebut dan memanaskan airnya, "Akan kubuatkan air hangat untuk kita, jadi kalian kumpulin nyawa kalian dulu, oke?"

Mereka berdua mengangguk dan bangkit dari futon. Luz menunggu di samping pintu kamar mandi saat Kashitarou cuci muka dan gosok gigi, barulah sang surai silver masuk untuk melakukan hal yang sama setelah sang bertopeng kitsune selesai.

Kashitarou melirik Ruko yang seluruh tubuhnya tersembunyi di bawah selimut futon. Hanya surai biru gelapnya yang terlihat menyembul dari selimut. Berpikir logis untuk tidak membangunkannya, Kashitarou duduk di sofa sebelah ranjang Soraru dan senderan, melayangkan satu lengan di atas matanya, menghela nafas berat.

"Ada apa, senpai?" Amatsuki yang "tumben" lagi peka segera bertanya.

"Aku hanya berpikir kenapa Akatin-san sampai tega membedah Mafu-san hanya untuk organnya. Apakah pikirannya terlalu termakan oleh keserakahan sehingga dia rela mengorbankan anaknya sendiri demi bisnisnya?" ujar Kashitarou lirih.

Amatsuki menuangkan air yang sudah hangat ke tiga gelas sekaligus, dan membagikan salah satunya pada senpai-nya, "Pikiran manusia adalah sistem terumit yang pernah ada, senpai. Tak ada satu teknologi pun yang dapat menandinginya. Kita tak mungkin bisa tau persis apa yang ada di pikiran Akatin-san"

Kashitarou hanya menggumam sebagai balasan, tidak berkata apa-apa lagi dan meneguk air yang diberikan adik kelasnya padanya.

Sekitar jam 10 pagi, Soraru akhirnya membuka matanya. Sang albino yang menyadari pergerakan dari tubuh yang dia peluk segera terbangun. Dia tersentak saat manik merah darahnya bertatapan langsung dengan manik biru langit malam milik senpai-nya, yang melebar perlahan dan meraih kilauan indahnya kembali.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang