Sample of Love

462 46 65
                                    

Agari sagari

Hakuchuumu ni ki ga fureru

Sono subete wo daresore ga ai to yonda

.

.

.

Lagi-lagi aku kembali ke titik ini, dimana seluruh hidupku bagaikan roda yang tak pernah berlaku adil padaku. Sekalinya aku ada di atas, poros akan berputar tanpa ampun, menjatuhkanku ke tanah yang dingin dan penuh keputusasaan.

Dan akan butuh waktu lama sekali untukku naik lagi ke atas.

Kenapa seperti ini? Saat aku merasa Kami-sama mulai berbaik hati padaku, dia membuangku seakan aku adalah binatang pengganggu di kuilnya. Tangga yang menuju ke berkahnya bahkan dikelilingi oleh jebakan dan rintangan.

Sungguh, kenapa engkau memperlakukan aku seperti ini?

Apa engkau tidak pernah puas melihat dirku disiksa?

Apa engkau tidak pernah puas melihat diriku tumbang?

Apa engkau tidak pernah puas dengan segala penderitaanku?

Kemudian sebuah tangan terulur padaku. Tanpa menunggu izinku, dia menarik tubuh lemahku dari tanah ke posisi duduk. Dia berjongkok di hadapanku, dan aku dapat melihat dua manik safir yang segelap langit malam. Dia berkata sesuatu, tapi aku tak tau apa yang dia katakan. Aku terlalu terfokus pada suaranya.

Dia memiliki suara rendah yang menenangkan, seperti hembusan angin di pagi hari yang sejuk. Rasanya aku bisa tertidur hanya karena mendengarnya berbicara. Aku pun melirik tanganku sendiri yang baru saja dipegang olehnya. Ada... Perasaan aneh di kulitku saat kulitnya bersentuhan denganku.

Hangat.

Sentuhannya begitu hangat. Aku tiba-tiba menginginkan lebih.

"Hoi, kau mendengarkanku atau tidak sih?"

Aku akhirnya mengangkat kepalaku. Dia terlihat kesal karena aku telah menghiraukannya, "Ah sudahlah. Capek kalau aku harus mengulangi seluruh perkataanku lagi, kau tau? Kenapa kau masih disini? Gerbang sekolah hampir ditutup, bodoh" tegurnya.

Aku menyapu mataku ke arah langit yang dilukis oleh goresan oranye. Ah, sudah sore rupanya. Kurasa aku terlalu lama merenung disini sehingga lupa waktu.

"Hmm? Setelah kuperhatikan lebih baik, tampangmu menyedihkan sekali" pasti yang dia maksud adalah bajuku yang robek dan basah, tubuhku yang lebam, dan penutup mata kananku yang hampir lepas dari tempatnya. Dia bangkit dari posisinya, dan tiba-tiba mengangkatku berdiri kembali.

"Ikut aku dulu ke UKS. Aku akan merawat luka-lukamu. Ayo"

Dia menautkan tanganku dengan miliknya, dan aku terus memandang tangan kami saat kami berjalan kembali memasuki gedung sekolah.

Hangat. Benar-benar hangat.

Renunganku menyeretku. Aku tersesat dalam sebuah gumpalan emosi yang rumit. Perasaan hangat yang menjalar di seluruh tubuhku hanya karena sentuhan ringannya membuatku ingin merasakannya lagi. Perasaan apa ini?

Jika aku ingat betul, seseorang menyebut perasaan ini dengan satu kata.

Cinta.

Aku menatap pada sosok punggungnya yang tegap, mulai merasakan pipiku yang menghangat ataupun jantungku yang berdegup kencang.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang