Munculnya si kulkas berjalan

642 78 33
                                    

Tuh kan, kami pindah sekolah lagi.

Aku cuman bisa diem dengerin ceramahannya Mamatsukijah selama 3 jam penuh.

Telingaku gatel dengerin suaranya terus. Mending kalo suara Amatsuki seindah tokek kejepit, ini mah seindah cicak kepentok. Rasanya pengen gitu telingaku kugaruk, eh dia malah nyuruh aku diem dan dengerin ceramahnya sampe selesai.

Untung Amatsuki. Kalo orang lain pasti udah ilang mulutnya.

Aduh keceplosan kan.

Gak apa-apa sih sebenarnya. Dengerin ceramah Amatsuki itu sudah jadi bagian dalam hidupku//azekk, tapi yang bikin aku kesel itu perintahnya yang bikin aku gak boleh bergerak sesenti pun dari tempatku duduk. Iye, aku disuruh duduk terus setiap kali dia ceramahin aku.

Kalo kebelet aja harus kutahan, makanya ginjalku kuat banget sekarang, tapi setidaknya aku masih dibolehin capcus ke kamar mandi kalo kebelet boker.

Hush, topik kayak gitu ngapain dibicarain yak?

Pokoknya aku dan Amatsuki pindah lagi ke sekolah baru. Titik.

Setelah ceramahnya selesai, Amatsuki janji ke dirinya sendiri untuk tak jatuh cinta lagi setelah hari itu. Alasannya ada tiga katanya. Satu, udah fix kalo dia itu nggak lurus. Dua, dia takut ditolak. Tiga, dia gak mau aku "beraksi" lagi. 

Aku hanya bisa tertawa gugup saat mendengar alasan ketiganya.

Sekarang kami udah bikin taktik sendiri biar (semoga aja) kami nggak kena masalah lagi. Setiap kali aku dibuli, Amatsuki akan pura-pura cuek atau kabur ke tempat lain, dan aku tahan-tahan aja semua rasa sakitnya. Setelah keadaan tenang kembali, Amatsuki akan menghampiriku dan membantuku.

Dengan begitu aku tak akan "beraksi" lagi.

Rencana ini berjalan dengan super duper lancar loh. Serius. Buktinya aja aku dan Amatsuki akhirnya bisa lulus SD tanpa pindah-pindah lagi. Aku dan Amatsuki tau betul pembulian di SMP bisa lebih sadis, tapi kami bertekad untuk tetap menjalankan taktik kami.

Awalnya semua lancar, sampai "dia" membantuku...

.

Sore yang normal.

Langit oranye yang indah. Awan-awan putih tipis melayang di atas sana. Sekelompok burung terbang melewatinya. Angin sepoi-sepoi bertiup. Tinju mereka mengenaiku. Tawa menggema di sekitarku. Ejekan demi ejekan terlontar ke arahku.

Ah, sore ini damai sekali.

Aku terbatuk-batuk dan terjungkal ke belakang setelah salah satu pukulan mereka mengenaiku dadaku. Set dah, kayaknya tepat di paru-paru, aku susah banget nafasnya.

"Oi mahluk-mahluk kotor, lepaskan dia"

O emh jyih, tuh suara seksi banget--.

GAK GAK AKU NGGAK NGOMONG APA-APA KOK HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.

Siapapun lelaki itu baru ngomong satu kalimat loh, tapi para pembuli itu auto kalang kabut udah kayak ada guru BK ngintilin dengan penggaris kayu lejen. Dia menghampiriku yang tersungkur di lapangan sekolah dan mengulurkan tangannya padaku,

"Kau baik-baik saja?"

Lelaki di hadapanku...

Indah sekali.

Dan aku tak menyangka bahwa aku akan berkata "Indah sekali" pada sesuatu selain darah.

Dia memiliki rambut biru gelap acak-acakan, sepasang manik berkilau berwarna langit, tubuh tegap, dan wajah mengantuk yang membuatnya semakin tamvan. 

Beuh, sekalinya hatiku ditusuk, aku rela deh kalo itu dia~.

(mulai ikut-ikutan ngehalu dah ni cecurut putih satu)

"A- Aku baik..." aku menerima uluran tangannya. Gile, tangannya dingin banget kayak habis dimasukin ke freezer, tapi entah kenapa, rasanya juga hangat... Sudah lama sekali sejak aku merasakan kehangatan seperti ini dari tangan seseorang selain Amatsuki...

"Para kakak kelas brengsek itu, membuli orang aja terus kerjaannya..." dia menggeram kesal, dan aku langsung merona setelah nyadar kalo dia marah pada mereka karena aku.

Kulirik tanda kelas di lengan seragamnya. Kelas XI? Dia kakak kelas toh. Aku kira dia seangkatan, soalnya dia pendek sih.

"A- Ano, senpai... Arigatou..." ujarku malu-malu.

Dia mengganguk, "Lain kali jangan segan-segan untuk minta bantuan..." dia melirik name tag-ku sejenak, "Mafu-san. Hati-hati di perjalanan pulang" dengan itu dia beranjak pergi.

Setelah dia pergi, aku nyadar satu hal.

KAMI-SAMA AKU NGGAK SEMPET NGELIAT NAMANYA!!!!!

"Mafu-kun!" Amatsuki datang beberapa saat kemudian. Dia bingung karena aku bengong di tempat dengan pandangan ke arah senpai tadi pergi, "Mafu-kun~? Jangan bengong, ntar kesambet loh~" candanya.

"E- Eh?" aku pun kembali ke realita saat Amatsuki menjentikan jarinya di depan wajahku, "A- Ama-chan?"

Amatsuki terkekeh pelan, "Iya, ini aku. Tumben kamu bengong"

Pipikusegera memerah saat mengingat kembali tentang senpai yang telah membantuku, "Ku-Kuceritakan saat di rumah deh..."

.

"Bisa jelaskan lagi ciri-cirinya?" tanya Amatsuki sebelum mencomot kerupuk putih lagi dari kaleng biskuit Khong Gu*an yang ada di atas meja.

"Rambut biru gelap acak-acakan, maniknya safir, tubuhnya tegap, dan wajahnya ngantuk" ujarku sebelum mengambil rengginang lagi dari kaleng Danish Mon*de yang ada di pangkuanku, "Memangnya Ama-chan kenal?"

"Yah, dari deskripsimu sih... Palingan itu Soraru-senpai"

"Soraru? Wah, namanya bagus. Cocok sama matanya yang berwarna langit. Ama-chan tau darimana?"

"Lah, Mafu-kun nggak tau?"

Aku menggeleng. Dia memutar bola matanya.

"Soraru-senpai itu terkenal banget tau di sekolah! Dia jadi inceran hampir setiap cewek! Mau yang adek kelas, seangkatan, maupun kakak kelasnya dia pun juga ada! Hampir setiap hari lokernya penuh dengan surat cinta, tapi ada hal lain yang bikin dia terkenal selain wajah pangeran ngantuknya itu!"

"Apa itu?"

"Sifatnya, Mafu-kun! Dia tuh orangnya dingiiiiiiiiin banget! Udah gitu kadang ngomongnya suka kasar ke orang lain pula! Dia memang jarang bicara, tapi sekalinya dia ngomong palingan cuman ngasih komentar sarkas ato nggak komentar pedes! Eh tapi cewek-cewek malah makin demen sama dia!"

"Gile, tau darimana kau, Ama-chan?"

"Rumor lah, Mafu-kun. Telingaku ini tajam bener tauk!"

"Tajam darimananya, orang tumpul gitu"

"Nih anak kayak nggak pernah denger kata kiasan aja"

Aku tertawa kecil mendengarnya, walaupun otakku mulai berpikir bahwa nggak hanya cewek yang jatuh hati sama Soraru-senpai, tapi kayak aku juga deh...

~~~

A/N : Akhirnya author munculin juga si om Sosro!//ditebas Soraru.

Kamu munculnya lama banget om, masa tujuh chapter baru nongol?

S : "Serah gue. Lu bukan emak gue yang bisa ngatur-ngatur gue ye sori"

A : "Lah emangnya kamu nurut sama emak?"

S : "Nurut lah, nggak kayak lo"

A : *JLEB!* Se- Sembarangan kamu, Sor! Author mah anak baik-baik sama emak!"

S : "Baik-baik pala lo ketusuk penolakan doi"

A : *auto mingkem*

See you next time!

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang