Balik ke sekolah

394 58 29
                                    

A/N : Author rada kangen sekolah gak boong--

(Mari kita mundur ke jam 4 sore, minna~)

Saat aku bangun, tau-tau Soraru-senpai sudah ada di sisiku, memelukku dalam tidurnya seakan-akan aku adalah gulingnya. Tangannya yang satu ada di punggungku, dan satunya lagi ada di atas kepalaku. Wajah merona melihat betapa tampannya dia dalam jarak sedekat ini. Udah gitu pipinya tembem pula! Ugh... Gemes aku tuh~.

Aku gatal untuk merasakan bibirnya yang membuatku candu itu lagi, namun tepukan seseorang di bahuku menghentikanku.

"Mafu-kun~, kalau kau udah bangun~, kita balik yuk~" Amatsuki bersenandung kecil, namun aku mengenali ancaman di balik nada cerianya itu.

"I- Iya, mak..." aku mengangguk takut. Lagi gak mau durhaka ke Amatsuki walaupun kadang kerjaanku bikin dia kesel mulu//hiya hiya tumben.

Dengan perlahan, aku berusaha menyingkirkan lengan Soraru-senpai dari diriku, namun tiba-tiba lengannya menegang dan dia menarikku kembali ke pelukannya, sampai wajahku terkubur di dadanya. A- Ahh, bau yang memabukkan ini... Aku gak kuat... Huweeehh...

"Kashitarou-senpai!" aku masih dapat mendengar Amatsuki merengek pada sang bertopeng kitsune di belakangku, "Soraru-senpai menahan anakku! Ini kan udah sore! Harusnya Mafu-kun pulang bersamaku!"

Tawa renyah serenyah kripik leys terdengar dari senpai tersebut, "Susah sih, Amatsuki-san, kalau Soraru-san sudah menahan Mafu-san dalam posisi seperti itu. Kau tau bantalnya, yang berwajah ngantuk itu? Pernah dulu Luz-kun iseng mau ngambil, dan hampir saja dia menerima tendangan di kepala. Kalau saja Kain-kun tidak menyeretnya mundur, Luz-kun mungkin sudah mokad" jawabnya ceria.

//Bersin dah tuh si Luz saat dia lagi nyiapin bar.

"Lalu aku harus bagaimana?" Amatsuki lanjut merengek. Sebenarnya aku juga ingin pulang sih, mau menonton acara kesukaan kami berdua, tapi lengan Soraru-senpai benar-benar memerangkapku, seperti tak ingin dan menolak untuk melepaskanku eaaaa.

"Mou, susah juga kalo dah begini..." Kashitarou-senpai menggumam pelan, sebelum aku mendengar suara jentikan jari. Setengah alam semesta pun berubah menjadi debu--//salah fandom oi.

"Senpai tau! Gini aja caranya!" aku sedikit mengangkat kepalaku saat Kashitarou-senpai memutari ranjang ke sisi Soraru-senpai. Dia membungkukkan kepalanya di dekat telinganya, dan membisikkan sesuatu padanya.

"Soraru-san~, kita ke Aokigahara yuk~"

"OGAH, OGAH!! GAK MAU!!!" Soraru-senpai ajaibnya langsung bangun dan mengangkat tangannya untuk menjitak Kashitarou-senpai. Untungnya dia meleset, dan Amatsuki spontan menggendongku keluar dari ranjang dan meletakkanku kembali di hadapannya, "Bagaimana tidurmu, Mafu-kun? Nyenyak?"

"Un! Nyenyak kok, Ama-chan!" aku tersenyum senang.

"Cih, bisaan aja lu taktiknya, Kashitarou-kun" bibir pucat Soraru-senpai mengerucut, dan dia membawa dirinya ke posisi duduk, menguap lebar tanpa peduli untuk menutupi mulutnya, "Ya udah lah, lo bertiga sana balik. Dah sore. Hush, hush"

Kami hanya tertawa oleh sikap kasarnya, kemudian pamit padanya. Aku adalah yang terakhir keluar, namun sebelum aku benar-benar melangkah melewati pintu, aku mendengar Soraru-senpai memanggilku, "Heh curut, sini dulu bentar"

"Iya, senpai?" aku berbalik dan menghampirinya. Tiba-tiba saja, bibirnya ada di bibirku, dan giginya dengan keras menggigit bibirku, mengundang darah untuk keluar. Rasa besi masih mengantung di lidahku bahkan setelah bibir kami berpisah.

"Gue mungkin gak suka darah, tapi..." dia menjilat sisa darahku yang ada di bibirnya dengan seringai lebar, "Jika itu darah lo, mungkin gue akan menikmatinya"

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang