Kehilangan atau kematian?

384 55 32
                                    

"Bagaimana jika dia bertanya tentang lokasi Mafu-kun dirawat?" ujar Amatsuki, mencengkram kuat boneka Masamune yang tidak sempat dia bawa pulang ke rumahnya, "Alamat rumah mungkin bisa kita palsukan, tapi rumah sakit tidak akan bisa. Dia pasti akan mengecek rumah sakit yang Luz-senpai beritau" jelasnya lirih.

Semua orang yang di kamar itu terdiam. Bahkan Kashitarou yang biasanya punya solusi untuk berbagai hal diam tak bergerak dari tempatnya. Ruko menggigit kuku jempolnya, mirip-mirip adiknya yang kalau gugup akan menggigit bibirnya. Luz menutup matanya untuk membiarkan otaknya berpikir, dan Soraru mencengkram baju rumah sakitnya sendiri.

"Beritau saja dia kebenarannya"

Semua menoleh pada Mafu dengan wajah terkejut sekaligus tak percaya, apalagi Soraru yang langsung membentaknya.

"Jangan bercanda! Mana mau gue ambil resiko itu! Sadar, bego! Dia itu pria yang dulu membelah dada lu cuman buat jantung elo!"

"Memangnya senpai dan yang lain punya ide yang lebih baik?" Mafu membalas ucapan senpai-nya dengan tajam. Tak ada keraguan sama sekali dalam manik merah darah tersebut, "Katakan padaku jika senpai punya ide lain. Ayo. Bicaralah"

Soraru menggigit bibir bawahnya, seluruh wajahnya penuh kegugupan yang sudah menggantikan keterkejutannya.

"Aku... Tak punya ide lain..."

"Menurut teman saya, dia ada rumah sakit terbesar di kota. Menilai dari betapa parahnya aritmia-nya, dia diperkirakan keluar dari rumah sakit 2 hari lagi" ujar Luz. Di luar dia terlihat tenang, namun di dalam hatinya berdenyut kesakitan memikirkan apa yang bisa Akatin lakukan pada Mafu dengan informasi ini.

Akatin tersenyum simpul. Dia kemudian bangkit dari kursinya, mengejutkan sang surai silver, "Terima kasih atas informasinya, Licht-san. Kau sudah banyak membantuku" dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah gulungan uang, "Aku mempercayakanmu untuk memberikan bayaranku pada temanmu itu. Dia luar biasa. Arigatou gozaimasu"

Dengan itu, dia beranjak meninggalkan kasino.

"Otou-san, apakah kita perlu menyuruh anak buah Osora-san untuk mengikutinya?" tanya Naruse pada ayahnya yang berdiri di sisinya.

Ayahnya Naruse meraih teleponnya yang sedari tadi tersambung ke Osora dan bertanya pada sang pemimpin mafia, "Osora-san, apa kau mau aku mengunci kasino supaya kau bisa menangkapnya?" tanyanya.

"Tidak perlu. Serahkan ini pada anak buahku. Aku sudah banyak merepotkanmu dan keluargamu malam ini. Namun Hikari-kun meminta bantuanmu untuk mengantar Luz-san pulang karena dia masih harus sekolah besok" ujar Osora dari sisi lain telepon.

"Aku mengerti, Osora-san" sambungannya terputus, dan ayahnya Naruse menyuruh putrinya untuk membawa Luz pulang dengan mobilnya. 

"Pastikan dia selamat sampai rumahnya. Jangan seenaknya terobos lampu merah. Ngerti?"

"Hai, otou-san!"

"Dan juga lupa untuk bilang pada ibumu bahwa gelas Akatin-san harus diserahkan pada keluarga Itou untuk dicek"

"Mm-hmm, wakatta!"

.

Kuwahara sedang mengecek keadaan seorang pasien saat seorang suster mengetuk pintu kamar pasien tersebut, "Kuwahara-sensei, ada seseorang yang mencari anda di lobby"

"Maaf, tapi bisakah kau bilang padanya untuk menunggu sebentar lagi? Aku belum selesai disini" balas Kuwahara dari balik pintu.

"Kuwahara-sensei, Osora-sama bilang ini penting"

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang