Epilog

760 62 89
                                    

"Soraru-san... Aku minta maaf kau ikut terseret dalam hal ini karena aku..."

"Tak apa, Amatsuki-kun. Aku tidak masalah kok"

"Ta- Tapi Soraru-san kan--"

"Kalian berdua diamlah!!"

Dua tamparan keras mendarat di pipi sang surai biru gelap dan sang surai coklat bermata merah. Amatsuki meringis oleh rasa sakitnya, tidak seperti Soraru yang tidak menunjukkan reaksi apapun. Orang di depan mereka berdecih kesal, dan meneriakkan suatu perintah pada anak buahnya yang berdiri di dekat pintu. Mereka pun segera beranjak keluar ruangan.

"Daijoubu ka, Amatsuki-kun?" tanya Soraru.

"U- Un... Hanya terasa perih, itu saja" Amatsuki memaksakan sebuah senyum kikuk pada sang mafia. Dia ingin mengelus-elus pipinya untuk mengurangi rasa sakit, namun sayang tubuhnya terikat oleh rantai yang tebal dan keras.

Soraru juga dalam keadaan yang sama. Walaupun dia terlihat datar dan dingin sejak tadi, Amatsuki sadar akan gerakan gelisahnya. Dia tau Soraru punya trauma terhadap rantai sejak kejadian dimana mereka masih SMA itu. Mungkin tidak seburuk dulu, tapi itu masih membuat keringat dingin mengucur dari kening Soraru.

Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan dari luar, membuat mereka tersentak. Orang yang tadi menampar mereka kemudian menyunggingkan sebuah seringai lebar, "Kalian dengar kan? Itu adalah jeritan para polisi yang sudah macam-macam di daerah kami. Kau juga cari mati sekali, Soraru-san, untuk berulah di daerah kami"

"Kok gua anjir? Yang salah pertama kali kan anak buah elo yang seenaknya nyuri komoditas gua beberapa bulan yang lalu. Wajar aja kalo gua bakal balas perbuatan dia lah. Tapi sampai nyulik ahli teknologi terbaik gua? Kesalahan besar" tukas Soraru tajam.

Amatsuki tak tau harus bereaksi apa sekarang. Di satu sisi, dia malu karena dipuji sebagai ahli teknologi terbaik Crimson Sky, tapi di sisi lainnya, dia malu karena begitu lengah dan lemah sehingga dia bisa disergap oleh kelompok mafia lain. Satu mafia tau betapa protektif Soraru terhadap anggotanya, alhasil Soraru juga kena tangkap karena berusaha untuk menyelamatkan Amatsuki seorang diri.

Kenapa sendiri? Ya katanya dia gak mau anak buahnya ikut ketangkep sih. 

"Oh? Kesalahan besar apanya?" dia mendengus, tak menyangka Soraru masih bisa berusaha melawan padahal hidupnya bergantung padanya saat ini.

"Dua kesalahan besar, sebenarnya" Soraru melanjutkan, menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya sendiri karena rantai yang melilit tubuhnya entah kenapa rasanya seperti sedang menarik-nariknya, "Dengan menculik Amatsuki-kun, elu udah ngebuat marah dua orang tertentu, tapi dengan menculik gue sekalian, elu hanya bakal melipatgandakan kemarahan dua orang tersebut"

"Tepat sekali" Amatsuki memutuskan untuk ikut bicara supaya Soraru tak merasa sendiri dalam melawan orang di depan mereka ini. Manik merah cerahnya berbinar-binar penuh kelicikkan, dan senyum kecilnya yang mencekam menghiasi wajahnya yang lebam dan ternodai oleh darah, "Aku ingin saja berdo'a demi keselamatanmu, tapi ini kan salahmu yang menculik kami berdua duluan. Tampaknya do'a tak akan bisa menyelamatkanmu dari mereka"

Orang itu menggertakkan giginya, "Memangnya siapa sih dua orang ini?! Memangnya mereka dewa kematian yang akan mengambil nyawaku?! Kalian hanya membual!!"

"Halah, jangan sok deh" akhirnya berhasil memunculkan sebuah seringai remeh, Soraru memandang orang itu dengan tatapan merendah, "Kami hanya membual? Lucu sekali. Jangan senang dulu cuman gegara elo bisa nangkep gue dan Amatsuki-kun. Malahan, harusnya elu sekarang mulai siap-siap kabur, pengecut"

BUAK!!

Nafas Amatsuki tercekat saat tendangan orang itu melayang mengenai wajah Soraru, menciptakan lebam yang lebih ungu di wajah sang surai biru gelap, dan membuat darah menetes dari bibirnya yang robek. Soraru sedikit terbatuk-batuk untuk mengeluarkan darah dari mulutnya, sebelum terkekeh.

One, Two, Three, Slash!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang