“JANGAN LARI!!!”“SA BUNUH KAU!!!”
Allah, hidup dan matiku ada di tanganMu. Izinkanku untuk selamat dari mereka.
Aku tetap lari sekencang mungkin sambil teriak meminta tolong berharap ada yang mendengar. Setidaknya, biarkan aku keluar dari hutan ini dan menemukan sesorang.
“WOYYY!!!”‘Door!’
Salah satu diantara mereka menembakkan pistolnya ke arahku, namun beruntung tak mengenaiku.
Ya Allah, aku lelah. Rasanya semakin gelap penglihatanku. Jika ini adalah akhir, maka matikanku dalam keadaan yang khusnul khatimah.Astagfirullah, astagfirullah, astagfirullah. Aku lelah, aku pusing, aku butuh air minum. Aku lel ...”
Pandanganku gelap seluruhnya. Tubuhku lemas, dan aku pasrah dengan keadaan.“BERHENTI!!!” Aku mendengar suara lantang, tapi tak tau siapa. Saat ini aku benar-benar tak mendengar apapun lagi. Tubuhku seperti mati rasa.
***
“Risel, bangunlah. Kumohon.”
Telingaku menangkap suara, ternyata aku masih bisa mendengar. Alhamdulillah ya Allah.
“Bangun, ini Mas. Kamu nggak boleh tidur terus, murid-muridmu rindu.”
“Risel, ini Mas. Kamu nggak rindu?”‘Mas? Mas siapa?’
Perlahan, aku membuka mataku. Berat. Aku terkejut melihat Kak Azzam di sampingku dengan mata yang memerah.“Kak Azz ...Zam,” ucapku. Kak Azzam langsung mendongak, menatapku.
“Alhamdulillah ya Allah kamu udah bangun.”
“Tolong, minum,” ucapku lirih sekali. Dia langsung berdiri, mengambilkan minum untukku.
“Mas? Mas siapa?” tanyaku padanya. Dia membuang muka, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
“Mas ... ehm, Mas Rayyan.”
Deg ... Mas Rayyan?“Mas Rayyan? Kamu mengenalnya, Kak?” Dia hanya mengangguk. Aku semakin penasaran.
“Mas Rayyan, dimana? Hiks ... Aku kangen, aku pengen pulang, pengen ketemu Mas Rayyan.”
“Kamu cepat sembuh, nanti akan pulang.”
“Dimana Riri, aku mau pulang sama dia!”
“Dia sedang di depan, berbicara dengan dokter. Kamu yang sabar.”
“Mereka udah pergi? Aku takut.”
“Tenang, kamu aman. Ada Allah dan juga ada aku yang akan melindungimu.” Deg ... Kak Azzam kenapa kau berkata begitu? Kau membuatku semakin berharap, dan pada akhirnya menambah luka.
“Menangislah, biar kamu tenang.”
“Nggak, aku nggak nangis. Aku mau pulang.”
“Kamu pulang kalau kamu sudah pulih.”
“Bang Rayyan, temani aku dong!” Tiba-tiba mira muncul di pintu. Membuatku semakin sesak.
“Kemana, Mir?” tanya Kak Azzam dengan lembut.
“Aku mau ke rumah-rumah, ngecek kondisi kebersihan rumah mereka.”
“Sendiri saja, ya? Kasian Risel sendirian.”
“Ih, nggak mau. Aku takut, nanti ada OPM bunuh aku gimana.”
“Lah kan kamu nggak jauh perginya.”
“Ih, nggak mau pokoknya Abang anterin Mira. Kok sekarang Abang milih dia sih. Mira kan yang lebih dulu kenal Abang.” Ya Allah rasanya air mataku ingin segera terjun bebas di pipi. Sesak sekali.
“Hm... oke Abang antar.”
‘Kak, temani aku saja. Aku mohon,’ pintaku dalam hati. Tapi terlanjur, Kak Azzam sudah mengekori Mira keluar ruangan.
Ya Allah beginikah rasanya sakit mencintai sesorang yang hatinya sudah berlabuh?
Aku diam, ditemani oleh air mata yang enggan berhenti.
“Risel, sayangku. Akhirnya kamu bangun!” teriak Riri yang membuatku segera menghapus air mata.
“Alhamdulillah. Ceritain dong kenapa aku bisa selamat!” pintaku apadanya.
“Dengan izin Allah.”
“Ih, cerita lengkapnya, Ri.”
“Jadi, alhamdulillah tadi pagi Azzam operasi ke hutan. Dan tiba-tiba denger suara tembakan terus langsung disamperin. Taunya ada kamu pingsan di sana, orang-orang biadab itu pergi karna kalah jumlah pasukan. Terus kamu dibawa ke sini sama Azzam. Alhamdulillah tidak ada luka. Kamu hanya kelelahan karena lari kencang. Eh, Ris. Azzam khawatir banget sama kamu. Dari pagi dia nggak pergi, jagain kamu terus.”
“Bodok amat!”
“Kok kamu gitu? Bilang makasih dong, udah diselametin sama Azzam. Oh, iya dia kemana sekarang?”
“Tau, pergi sama mbak doktenya itu.”
“Mira?”
“Iyalah, siapalagi coba?”
“Akhirnya aku tau kebenaran. Yeay!”
“Ngapa kamu?”
“Aku tau kalo kamu suka sama Azzam. Kalian emang cocok, pepet terus, Ris!”
“Sok tau kamu!”
“Eleh, ngaku aja!”
“Hiks ... iya aku suka sama dia. Tapi percuma, Ri. Dia udah ada Mira. Apalah aku dibanding Mira yang seorang dokter, cantik pula.”
“Yah, kok nangis? Jodoh hanya Allah yang tau, Ris.”
“Entahlah ...”
TBC
Kasih komentar dong, biar bisa diperbaiki. Kritik dan saran sangat dibutuhkan dari kalian.
Peluk kasih untuk kalian😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Sersan, kau kembali(Completed)
Romance"Aku pengen jadi pejuang, pembela, dan pahlawan." ~Azzam Ar-Rayyan~ "Kalo aku pengen jadi guru, Mas. Keren gak?" "Kerenan tentara lah. Kamu tau Pak Imron yang pernah ke balai desa gak? Tentara tu kayak dia itu. Dia suka membantu orang-orang. Tenta...