Selamat membaca, teteh-teteh🤗
Risel terduduk lemas di bangkunya. Setumpuk tugas murid di depannya langsung diabaikan. Lima detik yang lalu ia melihat berita di youtube yang diputar oleh rekan gurunya.
“Ya Allah, prajurit gugur lagi. Konflik wamena menelan korban. Semua dibakar, ini TNI sampe ditusuk pakai belati.” Begitulah ucap guru yang baru saja menonton berita.
Dada Risel bergemuruh, begitu nama Rayyan disebut dalam berita itu. Ia mengambil ponsel di wadah pensilnya, lalu menekan aplikasi youtube.
Telah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bakti
Tangannya bergetar, menyebabkan ponselnya jatuh di meja. Bibirnya mmengetap, sulit mengucap apapun. Matanya memanas, dadanya sesak. Akhirnya lolos juga air mata di pipi. Napasnya tersengal, merasakan sesak di dadanya.
“Bu Risel kenapa?” Pertanyaan dari rekannya diabaikan. Dia tak mampu menggerakkan lidahnya.
“Bu, kenapa? Istigfar!” Barulah Risel mampu menggerakkan lidahnya setelah beristigfar dalam hati. Ia mengepalkan tangannya, tangisnya semakin pecah.
“Minum, Bu!” kata guru lan yang telah membawakan segerLas air minum. Risel menolak, masih terisak.
“Innalillahiwainnailaihiraajiun,” ucapnya.
“Bu, siapa yang meninggal? Keluarga?” Risel menggeleng, lalu menunjuk layar ponselnya.
“Itu siapa?”
“Sahabatku, seperti kakakku sendiri,” kata Risel di tengah isaknya.
“Innalillahiwainnailaihiraajiun.”
Kerudung bagian depannya basah karena digunakan untuk mengelap air mata yang tak kunjung berhenti. Rasanya seperti dihantam batu besar di dadanya, sesak. Bayang-bayang wajah Rayyan menari-nari di otaknya. Sungguh, itu seemakin membuatnya sesak.
Diraihnya ponsel di meja, mencari nomor Rayyan lalu menghubunginya. Berdering. Dering ke lima, barulah panggilan itu terhubung. Risel diam, sampai suara wanita menyapa di seberang sana.
“Halo?”
“Risel? Diam aja kenapa, Nduk?”
“Ma-Ma, hiks.” Tangis Risel pecah mendengar suara Ani.
“Nduk, kenapa? Ada apa nelpon Rayyan?” Suara Ani bergetar, menahan tangis.
“M-Mas Rayyan, Ma. Di-dia …”
“Rayyan pulang, tapi bukan pada Mama. Dia pulang pada-Nya.”
“Hiks … aku nggak dikabarin?”
“Sayang, Mama minta maaf. Pikiran Mama terlalu kalut.”
“Jadi benaran, Ma? Aku ingin kesana!”
“Ini takdir sang Kuasa. Kamu yang sabar ya, Nduk. Mama mewakili Masmu Rayyan minta maaf kalau Rayyan pernah buat salah sama kamu.”
“Nggak. Mas Rayyan nggak pernah buat salah. Mas Rayyan baik, baik banget. Risel mau ke makamnya.”
“Apa kamu yakin? Mama nggak mau kamu ninggalin kerjaan kamu. Kalau kamu libur saja, ya? Rayyan pasti nggak suka kalau kamu lepas tanggung jawabmu di sana.”
“Yaudah, Ma. Risel bisa tahan kemauan Risel. Mama yang sabar ya, jangan lupa makan. Kesehatan Mama lebih penting.”
“Iya, Nduk. Makasih ya, udah jadi sahabat Rayyan.”
“Ma, Risel tutup ya? Assalamualaikum.”
“waalaikumussalam.”
Risel menyeka air matanya. Ia melengkungkan bibirnya. “Aku nggak boleh terpuruk. Semua udah menjadi ketetapan Allah. Sekarang, aku harus menjalankan tanggung jawabku sebagai guru. Mas Rayyan sudah tuntas menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai prajurit. Aku janji, semua untukmu, Mas.”
Setelah mencuci muka, Risel bercermin. Mengatur agar wajahnya tak terlihat sendu. Meski itu percuma. Karena kelopak matanya sudah membengkak, kebiasaannya ketika sehabis menangis. Ia meraih kaca mata, lalu memakainya untuk menyamarkan kelopak mata yang terlihat bengkak.
Ia berjalan santai, mengambil setumpuk buku muridnya di meja. Lalu melangkah keluar dari ruang guru untuk menjalankan kewajibannya serta tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik.Mas Rayyan, selamat jalan. Maaf aku tak bisa melihatmu di saat-saat terakhirmu. Maaf, aku pernah menghindarimu. Semua itu karena aku tak mau memupuk perasaanku. Mas Rayyan, Sersan, yang selalu bangga menjadi seorang prajurit. Kamu prajurit hebat. Semoga kepulanganmu termasuk syahid, Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sersan, kau kembali(Completed)
Romance"Aku pengen jadi pejuang, pembela, dan pahlawan." ~Azzam Ar-Rayyan~ "Kalo aku pengen jadi guru, Mas. Keren gak?" "Kerenan tentara lah. Kamu tau Pak Imron yang pernah ke balai desa gak? Tentara tu kayak dia itu. Dia suka membantu orang-orang. Tenta...