-Mas Rayyan, aku yakin aku akan bertemu denganmu. Entah seperti apa keadaanmu, aku tetap ingin bertemu kembali denganmu. Sekalipun hatimu sudah memilih.-
Tidak genap satu tahun, Risel dipulangkan. Dia sediri, tidak bersama Riri. Segala kenangan berhasil dibawa pulang dalam wadah memori. Suka, duka, semua telah dibawa pulang oleh Risel. Termaksud kenangan dengan Azzam.Sehari setelah kepulangannya ke Lampung, ia semakin yakin bahwa ia menaruh hati pada tentara bernama Azzam itu. Harinya seperti tak genap bila tak ada obrolan dengan Azzam. Tapi, ia segera menepis perasaan itu. Ia tahu, dia dan Azzam tak mudah untuk bertemu lagi selepas kepulangannya dari tugas. Berita dari Riri, Azzam segera kembali ke kampung halaman pasca penugasan.
Tentang perasaannya untuk Azzam, tak perlu diberatkan. Ia tahu perihal mencintai yang sesungguhnya. Melalui doa, ia sampaikan inginnya. Tentang Mira, ia pun akan ikhlas jika Mira lah pelabuhan terakhir Azzam.
“Kamu nggak akan balik ke Bandung lagi, kan?” tanya Ibu Risel dengan secangkir kopi susu untuknya.
“Risel mau ke Bandung lagi. Banyak mimpi yang belum tercapai,”
“Nggak ada jadi relawan apapun lagi titik!”
“Ibu ... plisss,” kata Risel memohon Sang Ibunda.
“Pertama dan terakhir, Ibu nggak mau sesuatu yang buruk bakal terjadi lagi. Cukup cerita kamu kemarin yang buat Ibu merinding ngeri.”
“Bu, aku pernah baca di salah satu novel. Katanya, ‘Jika kamu menjaga negaramu, maka Tuhan akan menjaga dirimu’. Percayalah, Bu aku ingin bermanfaat untuk negeri dimana aku dilahirkan.”
“Kamu ini ngotot seperti Rayyan saja. Minggu lalu Mamanya mampir ke sini, cerita kalo Rayyan lagi tugas di perbatasan terus disuruh pulang tapi nggak mau.”
“Hah? Mama Rayyan ke sini?”
“Iya. Entah ngurus apa, terus sekalian mampir ke sini.”“Bu, Mas Rayyan jadi TNI?” Siti, Ibunya mengangguk.
“Yah, Mama Rayyan sedikit aneh, anaknya tugas masa disuruh pulang. Nggak bisa lah.”
“Ntahlah. Eh, Mama Rayyan nanyain Risel. Katanya kalo sempet, suruh main ke sana. Apalagi kamu sekarang kan sering di Bandung.”
“Risel juga sebenernya kangen sama mereka. Apalagi Mas Rayyan, bahkan sejak dia pindah aku nggak pernah saling kabar sama dia.”Siti memilih duduk di samping Risel, sesekali menyeruput kopi susu yang diberikan pada Risel. Malam dengan balutan hujan seperti saat ini, keduanya asik mengobrol perihal masa lalu. Di teras rumah, terasa nyaman untuk berdiskusi ditemani kopi susu hangat yang menjadi candu.
“Mungkin si Rayyan makin ganteng ya hehehe,” kata Siti setelah meletakkan gelas kopi di meja. Risel langsung menoleh ke arah Ibunya. Menatap Ibunya dengan penuh tanya, tanpa suara penjelasan.
“Ibu juga nggak tau tuh gimana dia sekarang. Kalo tentara kan gagah, ya mungkin dia juga gagah.”
Risel menyeruput kopi susu hingga sisa ampasnya. Ia berdiri hendak mencuci gelas kopi susu itu.
“Yaudah, Bu. Ibu minta nomor Mas Rayyan aja tuh terus minta fotonya,” kata Risel sembari berlalu.
Selama mencuci gelas bekas kopi susu itu, pikirannya berputar saat bersama dengan Azzam. Lelaki yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Jatuh cinta saat usia kepala dua. Baginya, ini bukan hal biasa. Pasalnya ia sudah berumur 23 Tahun, tak ada lagi cinta monyet dalam jadwal hariannya.
“Kak Azzam, biarlah mengalir apa adanya. Kalo kita jodoh, sejauh apapun aku lah yang kau jadikan tempat pulang nanti.”
Malam ini larut bersama obrolan hangat dengan Ibunya. Sejak hampir sepuluh bulan ia tak kembali ke kampung halaman, akhirnya malam ini menjadi pengurai rindu. Meski kampungnya menyakitkan, tetap saja jiwanya pernah merindu untuk kembali pulang. Kelak, akan ada tempat nyaman untuk menetap, menikmati tua dengan damai, mengukir cerita dengan orang yang tepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/206149055-288-k879337.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sersan, kau kembali(Completed)
Любовные романы"Aku pengen jadi pejuang, pembela, dan pahlawan." ~Azzam Ar-Rayyan~ "Kalo aku pengen jadi guru, Mas. Keren gak?" "Kerenan tentara lah. Kamu tau Pak Imron yang pernah ke balai desa gak? Tentara tu kayak dia itu. Dia suka membantu orang-orang. Tenta...