Undangan

1.3K 111 59
                                    

Sudah direvisi.

"Baik, nanti akan saya sampaikan ... terima kasih kembali." Nadia baru saja menutup sambungan telepon saat aku berjalan melewati meja kerjanya.

"Selamat pagi, Mbak Stephanie," sapa Nadia dengan senyum kikuknya.

Aku berhenti sebentar di depan mejanya. "Pagi, Nad. Stella udah datang?"

"Sudah, Mbak."

"Oke." Aku mengangguk. "Siapa tadi yang telepon?"

Nadia menggaruk kepalanya yang sudah kuyakini tidak gatal sama sekali. Itu hanya kebiasaannya jika sedang grogi.

"Oh iya … itu tadi ada telepon dari Mahardika Resort and Spa, Mbak. Mereka menanyakan apa bajunya sudah siap apa belum."

Aku salah dengar kan ini?

"Atas nama siapa?" tanyaku untuk menyakinkan diri.

"Mahardika Resort and Spa, Mbak."

Aku menelan ludahku. "Siapa yang terima pesanan mereka?"

Aku yakin sekali Randi dan istrinya waktu itu memesan atas nama mereka, bukan MRS. Lagi pula, baju mereka pesan baru akan jadi akhir minggu ini.

"Sebentar, Mbak, saya cek." Nadia menggerakan tangannya di atas mouse komputer. "Mm, Mbak Stella yang menerima pesanannya, Mbak. Waktu itu Mbak Stephanie baru keluar dan ada orang dari MRS datang, lalu konsultasi dengan mbak Stella."

"Kok kamu enggak bilang sama saya?" tanyaku kepada Nadia.

Raut wajahnya berubah ketakutan dan itu cukup membuatku merasa bersalah. "Oke, ini bukan salah kamu. Enggak papa, nanti saya konfirmasi ke Stella dulu ya."

"B-baik, Mbak."

"Kenapa lo enggak bilang kalau MRS pesan baju ke kita?" tanyaku tanpa basa-basi setelah memasuki ruang kerjaku dan Stella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lo enggak bilang kalau MRS pesan baju ke kita?" tanyaku tanpa basa-basi setelah memasuki ruang kerjaku dan Stella. Aku menemukan dia sedang duduk bersantai sambil menikmati secangkir teh yang masih mengepul.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang