Kabar Buruk

658 43 113
                                    

. . .

Jantungku berdetak lebih cepat rasanya. Hatiku terpanah akan hal kecil yang ia lakukan untukku. Bagaimana mungkin ada lelaki yang rela bangun lebih awal hanya untuk mencuci pakaian kotorku? Aku belum pernah di perlakukan seperti itu sebelumnya, bahkan Adrian pun kadang harus berdebat denganku tentang siapa yang mendapatkan tugas mencuci pakaian hari itu. Saat ini juga, aku merasa seperti wanita yang paling beruntung di muka bumi karena perlakukan manis yang Dion berikan.

Tanpa pikir panjang, aku mengalungkan lenganku di leher Dion, menarik kepalanya turun agar sejajar denganku dan menciumnya dalam-dalam sebagai tanda terima kasih. Ia merespon dengan cepat, mendorong tubuhku ke kasur dan membuatku berbaring di bawahnya. Kakiku dengan sedirinya terbuka, mengapit tubuhnya sehingga tidak ada lagi jarak di antara kami. Hangat tubuhnya dan aroma sabun yang begitu maskulin adalah kombinasi yang memabukkan untukku. Aku menarik pelan kalung yang melingkar di lehernya, menuntunnya kembali untuk menciumku.

Kecupan yang tadinya biasa, sekarang berubah panas ketika lidahnya bertaut dengan milikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecupan yang tadinya biasa, sekarang berubah panas ketika lidahnya bertaut dengan milikku. Jemari Dion tiba-tiba saja sudah menyusup ke dalam kausnya yang kupakai, mengusap-usap kulit di sekitar perutku tanpa melepaskan ciuman kami. Rasanya aneh sekali, tangannya terasa dingin, namun meninggalkan jejak panas di kulit tubuhku. Kedua tanganku berada di tengkuk dan rambutnya, menariknya pelan, membuat ia mengerang. God, how I love the sounds that he makes.

Kini bibirnya beralih memberikan kecupan basah di sekitar leherku, dan menyesap bagian sensitif di ujung tulang rahangku, tepat di dekat telinga.

No hickeys please.

Jutaan kupu-kupu seakan tak henti-hentinya menari di dalam perutku ketika mendengarnya mengerang, sensasi itu bisa kurasakan hingga di sana. Saat tangannya merambah ke atas, berada di bagian sensitif milikku, kedua mataku terbuka dan segera kudorong pundaknya.

"Dion ... " panggilku sambil masih terengah. Aku menangkup wajahya agar ia melihatku. Saat mata kami bertemu, aku bisa melihat lautan hijau itu di selimut oleh gairah yang juga sama kurasakan.

"Ya?" Ia menatapku bingung dengan bibir merah yang terbuka. Tangan kanannya masih membelai kulitku, membuatku menggigit bagian dalam bibirku untuk menahan desahan. Ketika ia menyadari apa yang membuatku menghentikannya, ia segera menarik tangannya keluar dari kaus yang kupakai.

"Aku-"

"Oh... God, I'm so so sorry," ucapnya dengan cepat sebelum bangkit dan terduduk di sampingku. Ia mengusap wajahnya dengan mata tertutup sambil mengatur napasnya.

God, this so awkward.

Ada sebagian dari diriku yang sangat menginginkannya saat ini juga, namun sebagian yang lain masih mencegahku untuk melakukan itu. Aku bangun dan mendekat ke arahnya, memeluknya dari samping. "I didn't mean to..."

Ia membuka matanya dan menatapku. "No, Baby. I get it."

"But I made the first the move and then decided to stop you," bisikku.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang