Rain After the Rainbow

114 11 0
                                    

"Selamat ya, Mbak Stephanie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat ya, Mbak Stephanie."

"Selamat ya, Bu."

"Bagus banget loh, mbak konsepnya kemarin. Calon suaminya ganteng banget lagi."

"Semoga lancar sampai hari H ya, mbak."

Ucapan seperti itu kuterima sejak kakiku melangkah memasuki Louroose. Karyawanku satu demi satu bergantian memberi ucapan selamat atas pertunanganku dan Dion. Aku mengucapkan terima kasih sembari tersenyum kepada mereka dan meminta maaf karena tidak mengundang mereka. Bukannya apa-apa, tetapi kembali lagi, ini masih pertunangan dan aku hanya ingin keluarga inti saja yang menghadiri. Syukurlah mereka semua mengerti dan memahami alasanku.

Beberapa buket bunga dengan berbagai macam jenis dan ukuran yang beragam pula telah singgah di dalam ruanganku. Rupanya ini berasal dari orang-orang yang sudah bekerja sama denganku selama beberapa tahun belakangan. Aw, mereka sangat perhatian rupanya.

Tak henti-hentinya mata ini memandangi jemari manis yang tak lagi kosong. Kilauan pelangi terpancar dari batu berlian merah yang memantulkan sinar indah nan menawan. Ketika pertama kali melihat cincin ini satu minggu sebelum acara, aku sempat bertanya mengapa ia memilih batu ruby sebagai pemanisnya.

 Ketika pertama kali melihat cincin ini satu minggu sebelum acara, aku sempat bertanya mengapa ia memilih batu ruby sebagai pemanisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena ini melambangkan kekuatan dan keberanian sebuah hubungan. Kekuatan untuk tetap saling mencintai walaupun kita terpisah selama tujuh tahun. Keberanian kita berdua dalam mengambil langkah besar untuk menyatukan cinta kita…," jelas Dion seraya menatapku dengan hangat. "Dan karena Ruby adalah nama tengah kamu. Jadi, aku pilih itu biar selalu ingat satu sama lain walaupun jarak akan memisahkan kita untuk sementara nanti."

Setelah ia selesai menjelaskan itu semua, tak kuasa aku menahan diri untuk tidak memberinya kecupan penuh syukur yang mana ia sambut dengan suka cita. Tidak sia-sia aku berharap dan berdoa setiap hari agar di manapun ia berada Tuhan selalu melindunginya dan suatu hari membawanya pulang kepadaku. Inilah jawaban itu. Bahkan tidak hanya membawanya pulang, tetapi ia datang dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya. Begitupun denganku.

Rona bahagia membuat kedua pipiku memanas, bibirku pun tak henti-hentinya tersenyum. Aku sangat bersyukur karena keinginan kami untuk melangkah menuju tahapan yang lebih serius dilancarkan tanpa halangan apapun. Argumen kecil yang kami lontarkan bukanlah apa-apa dibandingkan dengan kebahagiaan yang kini kami rasakan. Bukan hanya kami, melainkan juga kedua belah keluarga.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang