Malam Yang Tak Terlupakan

4.1K 180 204
                                    

Sudah direvisi.

Let me tell you the story behind those precious keychain that I got, People

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let me tell you the story behind those precious keychain that I got, People.

Sekitar bulan Juli, tujuh tahun yang lalu, sekolahku mengadakan study tour di Bali. Saat malam terakhir di sana, kami dibolehkan untuk jalan-jalan di sekitaran hotel. Well, Stella and I did not wasting our  time just lying around, so we decided to exploring the beach.

Di sana aku melihat Dion dan Randi, saudara kembarnya, sedang duduk di salah satu bar sambil memegang botol bir di tangan mereka. Aku sengaja tidak ingin menghampiri mereka saat itu, tetapi Dion terlanjur melihatku dan dia segera mengeluarkan ponselnya, beberapa detik kemudian ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Dion: Setengah jam lagi kita ketemu di lobby hotel. Ada yang mau gue omongin.

Begitulah kira-kira isi pesannya. Dan aku hanya menjawab, okay.

Jam sembilan aku dan Stella kembali ke hotel setelah dia mengeluh capek dan harus tidur karena siangnya kami semua harus kembali ke Jakarta. Aku pamit untuk menemui Dion dan Stella dengan entengnya bilang, "jangan lupa pakai pengaman. Gue belum siap jadi tante,"

Satu detik kemudian, sebuah bantal berhasil melayang ke arahnya dengan sempurna, yang justru membuat dia tertawa terbahak-bahak. Aku segera meninggalkan kamar hotel untuk menuju lobi Aku melihat Dion duduk sendirian di lobi hotel.

"Let's go." Ia bangkit dari kursi lalu berjalan ke luar hotel. Saat aku tanya dia ingin membawaku ke mana, dia hanya bilang ke suatu tempat yang pasti akan kusukai. 

Tidak ada rangkulan ataupun gandengan tangan saat kami berjalan menuju mobil yang dia sewa, pun selama perjalanan dia hanya diam. Aku yang notabene bukan orang pintar basa basi juga tidak berusaha memecahkan keheningan malam itu. Hanya suara lantunan Frank Sinatra yang terdengar di dalam mobil yang disewa Dion saat itu. Baru saat dia menghentikan mobilnya di depan sebuah vila yang boleh dibilang cukup mahal dari segi arsitektur bangunannya, dia tersenyum ke arahku.

"Ini vila keluarga gue," jelasnya memecah keheningan.

"Oke … kenapa kita kesini?"

"Come with me, I wanna show you something." Dia keluar dari mobil dan menungguku melakukan hal yang sama. Setelah itu dia menggandeng tanganku untuk memasuki pintu utama dari villa itu.

"Lo yakin ini nggak papa?"

"Kenapa? Lo takut gue cekik di sini?"

"Hush, kalau ngomong suka asal," kataku, dan dia pun hanya terkekeh pelan.

Kami pun sampai dilantai dua di bangunan yang kental dengan ciri khas Bali itu. Saat Dion membuka sebuah pintu yang ternyata adalah kamar, aku menghentikan langkahku.

"What are we doing here?" Aku menahan tangannya sebelum Dion memasuki kamar itu.

"Calm down. Steph, I swear I won't do anything reckless, okay," ucapnya. "I promise I will never force you to do anything against your will, you just need to trust me."

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang