Kejujuran

618 35 45
                                    

"Terima kasih, Mbak," ucapku pada pelayan saat ia menyajikan ayam bakar dan es teh lemon yang kupesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih, Mbak," ucapku pada pelayan saat ia menyajikan ayam bakar dan es teh lemon yang kupesan. Ia mengangguk dan tersenyum ramah sebagai balasannya.

Segera kuminum es teh lemon tersebut sebelum menatap ke arah kakakku. "Kok kamu curang sih, Mas. Ngajak aku makan siang, tapi datang duluan. Udah gitu makan duluan lagi." Aku melirik sekilas iga bakar yang tinggal seperempat di piring Adrian.

"Kamu lama sih," balasnya sambil tersenyum jahil dan meneguk jus apel.

Sesuai rencana, kami berdua sekarang berada di sebuah restoran yang berada di seberang kantorku. Suasana di dalam sini cukup sibuk di jam makan siang. Memang di sekitar Louroose terdapat banyak kantor bisnis maupun kantor pemerintahan, jadi pastinya hampir semua restoran penuh saat makan siang.

"Hmm .... " Aku hanya bergumam sambil melahap ayam bakar di hadapanku. Di dalam kepalaku, terdapat susunan kata-kata yang sudah kupikirkan sejak tadi. Aku ingin sekali memberi tahu tentang hubunganku dengan Dion.

Tapi bagaimana?

Aku menhgela napas pelan dan memutuskan untuk menikmati makan siangku terlebih dahulu, sebelum mengatakan semuanya pada Adrian.

"Mm ... Mas?" Aku mendongak dari piringku untuk melihat ke arah Adrian. Ia sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Hmm?" gumamnya tanpa melihat ke arahku.

"Aku mau ... ngomong sesuatu sama kamu," ucapku dengan ragu.

Seketika Adrian mengalihkan perhatiannya dari ponsel itu dan menatapku. "Mau ngomong soal apa? Kayak serius banget."

Steph, ayo, harus berani!

"Mm .... kamu kan tahu kalau bentar lagi aku udah 24 tahun, bulan depan. Jadi, aku udah punya hak buat ambil keputusan buat aku sendiri kan, Mas?" Aku menggigit sisi dalam bibirku ketika menunggu respon dari Adrian.

"Dari kamu memutuskan buat punya usaha sendiri, itu artinya kamu udah dewasa. Bisa mempertanggungjawabkan keputusan yang kamu buat," jelas Adrian. "Emang ada apa?"

Oke. Kayaknya Adrian bakal kasih respon baik.

"Aku ... mm, udah ada cowok .... "

Sesaat setelah aku mengucapkan itu, seolah suara riuh di dalam restoran menghilang begitu saja. Seluruh atensiku terpusat pada Adrian yang mengernyitkan alis, ia meletakan ponselnya di atas meja lalu menggeser piring dan gelas yang ada di hadapannya ke pinggir meja.

Adrian mencondongkan dirinya ke arahku seraya melipat kedua lengannya di atas meja. Matanya menyipit saat melihatku. "Siapa?"

Aku menyandarkan punggungku pada kursi, mataku melihat sekeliling dan dalam hati aku sedikit menyesal telah mengatakan itu semua.

"Sejak kapan?" tanya Adrian lagi. "Steph, lihat aku! Kamu ini kenapa kayak panik gitu?"

Gimana enggak panik, Mas. Kamu aja enggak suka sama Dion.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang