Kesadaran

1.5K 98 118
                                    

Sudah direvisi.

Sesuatu seperti menarik kakiku yang membuat aku terbangun dengan kepala berdenyut di bagian belakang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sesuatu seperti menarik kakiku yang membuat aku terbangun dengan kepala berdenyut di bagian belakang. Samar-samar terdengar suara laki-laki yang sedang berbicara tidak jauh dariku. Suaranya pelan, seperti berbisik.

"I know. Yeah, it's been two hours now … What? Of course not, what would I do that … yo what the fuck ... you Dickhead, I'm not like you … Wait, I gotta. Talk to you later, Man."

Aku berusaha membuka mata walaupun sepertinya menambah rasa sakit di kepalaku. Sebuah erangan keluar dari mulutku. Saat mataku sedikit terbuka, pertama yang kulihat adalah gelap. Ya, sebuah dinding berwarna gelap. Ada sedikit cahaya dari lampu di sisi meja tempat tidur.

Tunggu, aku berada di sebuah kamar?

Kamar siapa ini?

"Hey, you're awake. Thank God." Suara laki-laki itu terdengar sangat keras dan membuat kepalaku semakin berdenyut.

"Kenapa harus teriak?" Aku memejamkan mataku kembali dan menutup telingaku.

Sebuah tangan menyentuh lenganku. "I didn't. Hey, you alright?"

Aku menyipitkan mataku. "Oh my God. Kamu? Kok bisa ada di sini?"

"Kamu ini ngomong apa?" Dia terduduk di pinggir tempat tidur, hanya beberapa jengkal jaraknya denganku yang masih berbaring. Ia melihatku seolah aku ini alien.

Mana mungkin Dion ada di Jakarta sekarang?

"Aku mimpi lagi ya?" Tanganku menyentuh wajahnya, lalu jemariku menyusuri rahangnya yang kokoh.

Bagaimana mungkin aku bisa merasakan seperti nyata di dalam mimpi?

"Kamu ini kenapa?" tanyanya dengan bingung. Lehernya bergetar saat dia berbicara.

"Aku lagi ngecek kamu ini nyata apa cuma khayalan," bisikku saat ujung jariku menyentuh bibirnya. Tangan Dion menahan tanganku untuk lebih jauh membelainya.

"You aren't sober yet, are you?" gumamnya lalu menghela napas. "Come on, get up. You need to drink milk to get you sober."

"I hate milk. It makes me nauseous."

"Okay, water then. Come on," ucapnya. Dia membantuku untuk duduk dan menyodorkanku segelas air. Aku hanya menyesap sedikit, lidahku rasanya seperti kebas.

"Ayo lagi," pinta Dion. Aku mengelengkan kepala yang membuatnya mengela napas. Kemudian ia meletakkan gelas tersebut di nakas, lalu mengamatiku.

Aku tersenyum dan kembali menyusuri wajahnya dengan jemariku. Dia tidak banyak berubah, hanya lebih terlihat dewasa tentunya. Tanganku menyentuh lehernya dan bergerak menyusuri kerah kaos hitam yang ia pakai. Aku mengeluarkan kalung yang masih ia kenakan, kalung pemberian mendiang kakeknya.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang