Berterus Terang

654 29 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion menatapku dengan matanya yang merah dan sorotan lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion menatapku dengan matanya yang merah dan sorotan lelah. Ia melipat sebuah kertas, memasukkannya ke dalam amplop kembali, dan meletakan itu di atas nakas. Aku tidak bisa membaca isi kepalanya lewat gestur maupun ekspresi wajah yang ia berikan. Terlalu tenang.

Aku melipat kakiku dan mengambil sebuah bantal untuk kuletakkan di pangkuan. "So …. "

"What?"

"Apa isi suratnya?"

Ia tersenyum tipis. "Kepo ya?"

"Dion .... " Aku menepuk pelan perutnya yang terlapisi kaus biru dongker.

"Iya, Sayang," balasnya dengan suara lembut dan seringai tipis yang terukir di bibirnya. Ia menahan tanganku kananku. "Jangan pukul-pukul gitu dong. Kamu enggak ingat apa kalau perut aku masih sakit."

"Kamu sih .... " Aku berdecak. "Nameera bilang apa?"

"Kenapa kamu enggak baca sendiri?"

Aku menggelengkan kepala. "Ya udah, kalau kamu enggak mau kasih tahu."

Aku hanya ingin mendengar dari mulut Dion, bukan membaca suratnya.

Ia tertawa dan merengkuhku ke dalam pelukan hangatnya. "I bet you were jealous last night. It's okay, that means you love me." Sebuah kecupan ia daratkan di puncak kepalaku.

"Jadi, apa isinya?"

"Hmmm, dia cuma bilang kalau mau pergi ke Inggris. Ucapan selamat tinggal," jelasnya.

Jadi hanya begitu isi surat yang Nameera berikan pada Dion? Kenapa harus pakai surat, toh dia udah ngomong 'kan sama aku semalam?

"Kamu ... gimana rasanya Nameera pergi?" tanyaku dengan hati-hati.

"Biasa aja. Kenapa kamu nanyanya gitu?" tanyanya dengan bingung.

Aku mengangkat bahuku. "Oke. Anyway, kamu udah baca surat dari aku?" tanyaku sambil mendongak.

Ia terkekeh. "Belum. Bentar, aku ambil dulu."

Dion meraih surat dariku yang ada di bawah gelas dan membacanya dalam hati. Aku memperhatikan bagaimana mata hijaunya bergerak mengikuti setiap kata yang ia baca, sambil masih bersandar di dadanya. Sebuah senyuman lebar yang selalu membuat hatiku terasa hangat, hadir menghiasi wajah Dion.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang