Insiden Di Louroose

1.9K 143 98
                                    

Sudah direvisi.

Setelah berjuang di tengah kemacetan pagi ini, aku akhirnya sampai di Louroose dan langsung disambut oleh pak Yanto, satpam yang sudah menjaga Louroose selama 3 tahun terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berjuang di tengah kemacetan pagi ini, aku akhirnya sampai di Louroose dan langsung disambut oleh pak Yanto, satpam yang sudah menjaga Louroose selama 3 tahun terakhir.

"Selamat pagi, Mbak Stepani," sapanya dengan logat Jawanya yang kental saat membukakan pintu mobilku.

"Pagi, Pak. Terima kasih," balasku dengan sopan. "Oh iya, Pak, di dalam masih ada laki-laki yang rambutnya cokelat nggak Pak?"

"Oh, yang mas bule itu ya, mbak? Masih kok. Padahal datangnya sudah lama, dari tadi pagi loh, Mbak."

Masih ada disini ternyata dia. Padahal ini sudah sekitar 1 jam lebih dari Stella meneleponku tadi pagi. Apa mereka menungguku ya?

"Ya sudah, saya ke dalam dulu, Pak."

"Baik Mbak. Monggo, silahkan."

Baru saja aku membuka pintu kaca di butikku, suara gelak tawa Stella sudah terdengar nyaring dari sini. Aku menduga mereka sedang berbincang di ruangan samping kantorku - ruangan rapat. Aku berjalan dengan antisipasi dan menghentikan langkahku saat berada di depan pintu.

Just act like a normal person, Steph. You got this.

"Oh, there she is," celetuk Stella saat aku membuka pintu ruang ini. Seringai jahil terpancar nyata di wajahnya yang selalu terpoles dandanan elegan.

Aku menyapu pandangan ke dalam ruangan itu, memang benar masih ada Randi dan istrinya di sana. Oh, anak mereka juga ikut ternyata. Randi yang masih mempertahankan karismatiknya itu memakai kaos putih dan celana jeans hitam serta jaket kulit. Sedangkan istrinya memakai dress selutut warna nude dan mereka berdua memakai Converse, yang membuat mereka semakin tidak terlihat jika sudah memiliki anak yang berumur 4 tahun.

Sabrina, anak Randi dengan tenangnya duduk di salah satu kursi dan asik sendiri melihat-lihat hasil karyaku yang terpajang di tembok maupun yang bertebaran di meja.

Randi berdiri dan menghampiriku yang masih terdiam di ambang pintu. Dia menyambutku dengan pelukan hangat yang membuatku sedikit terkejut.

"Hi," sapanya.

Aku mengernyit. "Hi?"

Ia hanya terkekeh pelan. "Oh iya, kenalin, ini Farah istri gue. Kemarin belum sempat kenalan kan waktu di bank."

Aku tersenyum dan berjalan ke arah Farah. Baru saja aku akan mengulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya, namun Farah langsung memelukku yang membuatku kaget tentunya.

Aku pribadi bukan tipe orang yang senang memeluk saat berkenalan dengan orang baru. Jadi, ini terasa sangat canggung.

"Senang akhirnya bisa ketemu langsung sama kamu, Stephanie." Ia memelukku seperti kami sudah kenal lama dan tidak bertemu selama bertahun-tahun.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang