Yogyakarta dan Hati yang Terluka

965 56 145
                                    

Sudah direvisi.

Dejavu.

Itulah yang aku rasakan saat tiba di Jogja. Hiruk pikuk Kota Gudeg ini masih sama seperti yang aku lihat tujuh tahun yang lalu. Padatnya kendaraan yang lumrah terjadi setiap harinya menciptakan kenangan tersendiri. Kulempar pandangan ke luar jendela mobil dan tersenyum mengingat kembali bahwa aku pernah berada di kota ini bersama cinta pertamaku dulu.

Cuaca yang begitu cerah dan sedikit terasa dingin menyebabkan kegagahan Merapi dan Merbabu bisa di lihat dengan mata telanjang saat mobil rental kami melewati flyover Janti untuk menuju rumah kakek dan nenekku.

Cuaca yang begitu cerah dan sedikit terasa dingin menyebabkan kegagahan Merapi dan Merbabu bisa di lihat dengan mata telanjang saat mobil rental kami melewati flyover Janti untuk menuju rumah kakek dan nenekku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Papa dan mama sedang asik berbicara dengan Pak Yusuf, supir keluarga kakek dan nenekku. Mereka membahas soal berita apa saja yang terjadi di Jogja, sampai tempat wisata apa saja yang sedang ramai dikunjungi sekarang. Hanya aku dan Adrian yang duduk manis tanpa berbicara, kami sibuk dengan pikiran masing-masing untuk saat ini.

Sebuah senyuman tersungging di bibirku saat mengingat kembali voice note dari Dion.

Sedang apa ya dia sekarang?

Apa dia sedang berada di rumahnya?

Apa dia juga memikirkanku?

Ah ... manisnya suasana hati ketika sedang jatuh ....

Tunggu, apa aku jatuh cinta lagi?

Tunggu, apa aku jatuh cinta lagi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang