Kembali ke Awal

797 46 136
                                    

. . .

Dion menyenderkan punggungnya di kursi dengan satu kaki bertumpang di lulutnya dan tangannya bermain dengan korek api yang ada di meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dion menyenderkan punggungnya di kursi dengan satu kaki bertumpang di lulutnya dan tangannya bermain dengan korek api yang ada di meja. Dengan bibir yang sedikit terbuka, ia memperhatikanku sudah lebih dari lima menit tanpa berkata apapun dan itu membuatku salah tingkah.

"Kamu kenapa lihat aku kayak gitu?" Dengan wajah yang memanas aku menyelipkan anak rambut yang terlepas dari ikatan di atas kepalaku.

Dion terkekeh. Mata hijaunya berbinar di bawah pantulan cahaya lampu yang tergantung di tengah payung besar ini. "Aku cuma lagi mikir, kok bisa kamu tetap cantik padahal tadi udah panas-panasan terus kehujanan lagi?"

Kami sedang makan malam disebuah kafe di daerah Jl. Bantul. Kafe dengan model outdoor dan terdapat live music, rasanya pas sekali untuk mengakhiri hari ini. Aku memesan spaghetti carbonara dan hot green tea, sedangkan Dion memilih sup udang dan lemon tea dengan taburan daun mint.

"Bisa banget nge-gombalnya. Orang aku lecek kayak gini."

Ia tertawa. "Tetap cantik kok. Tapi romantis kan pakai motor kayak tadi? Kamu bisa peluk aku dari belakang."

Giliran aku yang tertawa sekarang. "Sejak kapan kamu jadi cringe kayak gini?"

"Sejak kamu setuju buat ada di hidupku lagi," ucapnya, lalu meneguk minumannya.

"Jangan senang dulu. Kamu masih punya hutang buat buktiin semuanya," ucapku.

"I know, Gorgeous. Thank you." Ia tersenyum. Kedua sorot matanya menyiratkan kesungguhan.

"Okay." Aku mengangguk lalu mengalihkan pandangan ke kantong belanjaanku yang di dominasi oleh-oleh untuk Stella dan beberapa untuk karyawanku di Louroose. Aku melakukan ini hanya agar aku bisa menghindar dari tatapan itu.

Aku masih belum yakin dengan semua ini. Bukan tidak mempunyai kepercayaan terhadap Dion, hanya saja perjodohan itu melibatkan nama baik perusahaan sekaligus citra keluarga Mahardika. Banyak hal yang bisa saja keluarga Nameera lakukan untuk menuntut Dion jika ia menyudahi perjanjian yang sudah disepakati. Walaupun Dion sudah memberitahuku jika kedua orang tua Nameera yang ingin mereka menikah dan Nameera menolaknya, tapi masih terdapat kekhawatiran di dalam diriku. Aku pun belum pernah bertemu dengan Nameera secara langsung, bagaimana bisa aku tahu jika ia juga benar-benar menolak perjodohan itu.

Hati manusia bisa dengan mudahnya berubah dan itu yang aku takutkan.

"Kamu pasti enggak tahu lagu ini kan?" tanyanya saat sebuah lagu terdengar dari band yang bernyanyi secara langsung di panggung kecil samping pintu masuk.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang