Semakin Dalam

1K 42 88
                                    

I didn’t know much about love
I knew nothing about it
‘Til I’m falling so hard into you
Quicker and deeper
Now I know what’s about love
I feel alright about it
‘Cause I’m falling so hard into you
Quicker and deeper

. . .

Sudah empat kalinya aku menghabiskan malam bersama Dion, tiga kali aku terbangun dengannya berada di sisiku. Pagi ini ketika aku membuka mata, aku mendapati kepala Dion bersandar di dadaku dengan satu lengan melingkar di pinggangku, sedangkan lengan lainnya berada di bawah bantal yang ia pakai. Selimut putih milikku tergulung tak beraturan di sekitar pinggangnya, menutupi miliknya yang bisa kurasakan di pahaku, tetapi selimut itu membiarkan bagian punggung dan pundaknya yang kokoh terlihat.

Jemariku menyapu dengan hati-hati goresan-goresan merah yang ada di sekitar pundak dan punggungnya, beberapa centimeter di bawah tengkuk dan ada juga di sisi tato singanya. Kuku panjangku yang belum sempat kupotong lah yang membuat goresan-goresan itu tanpa disengaja.

Bibirku membentuk senyuman bodoh saat aku membelai rambut cokelat milik Dion yang berantakkan, menampilkan wajah tampan yang terlihat tenang dalam tidurnya. Embusan napas hangatnya menyapu kaus yang kupakai. Tidak pernah kusangka jika aku berani mengambil keputusan seperti semalam dalam keadaan sadar tanpa pengaruh alkohol sama sekali.

Ingatan tentang semalam kembali berputar dalam otakku, bagaimana lembut dan sabarnya perlakuan Dion padaku. Bagaimana tangannya membelai setiap inci tubuhku, mulutnya yang membisikkan kata-kata manis … oh, dan juga kata-kata kotornya yang tidak kusangka bisa keluar darinya. Semua itu membuatku semakin melambung tinggi. Suara erotis yang ia keluarkan saat mencapai klimaks pun masih terngiang di telingaku. Sungguh melodi yang indah.

Meskipun ini pertama kalinya bagiku, tapi aku bersyukur karena tidak berdarah semalam. Mungkin karena dulu aku pernah jatuh saat bersepeda bersama Stella ketika SMA, atau mungkin juga karena olahraga yang kulakukan. Entahlah, bukankah setiap perempuan itu berbeda, benar kan? Aku sempat khawatir jika Dion berpikiran yang bukan-bukan, betapa beruntungnya aku karena ia paham akan hal tersebut.

Aku berhenti membelai rambutnya ketika mendengar Dion menggumamkan sesuatu yang tidak kumengerti, tangan kanannya tiba-tiba saja menyusup di antara pahaku, mengusap lembut kulitku. Aku menahan tangan itu untuk masuk lebih dalam lagi dan seketika suara kekehannya pun terdengar. Dion mendongak dan mengenggam tanganku yang tadi menghalanginya untuk menyentuh milikku, lalu ia mencium pergelangan dalam tanganku. Tepat di sekitar urat nadiku.

Aku tersenyum akan perlakukannya. "Good morning," sapaku sambil berbisik.

Dion membenarkan posisi tidurnya dengan beralih menyandarkan kepalanya ke bantal. Matanya menangkap milikku dengan tatapan menggoda. "Mm, it certainly is. Did you sleep well, Baby?"

"Yeah, I did."

"You okay?" Jari-jarinya mengusap kulit di sisi pinggulku.

"I feel great," jawabku singkat.

Tatapannya berubah menjadi serius. "No, for real. Was I too rough? You won't tell me last night."

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang