I Said Yes

711 42 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekehan Dion tiba-tiba terdengar, disusul dengan kedua tangannya yang memelukku erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kekehan Dion tiba-tiba terdengar, disusul dengan kedua tangannya yang memelukku erat. "Jangan nangis dong."

Aku menarik dua lembar tisu yang ada di pangkuan untuk menghapus air mata yang mengalir deras. "Kenapa harus kayak gitu sih?" tanyaku dengan serak.

Pertanyaanku membuat kekehan Dion berubah menjadi tawa. "Ya, mana aku tahu. Emang udah jalannya gitu kali. Kamu ada-ada aja deh, nangisin film."

Meskipun sudah tahu akan ada adegan menyedihkan, aku tetap saja menonton film yang sedang diputar di layar televisi pintarku itu. Bukan bermaksud menyiksa diri sendiri, tetapi aku hanya suka dengan ceritanya hingga tidak masalah jika harus menangis.

Sebuah kecupan hangat mendarat sempurna di pelipisku. Tangan kiri Dion mengusap-usap pundakku yang tidak terlapisi kain, sedangkan tangan yang lain memegangi gelas kecil berisi minuman bening. "Menurut kamu, itu cewek tetap bisa bertahan gak ya?" tanyanya.

"Hmmm, ikatan mereka kayaknya kuat, walaupun belum lama sama-sama. Aku yakin, selama cowoknya ada, dia akan bertahan hidup."

Ia menyesap minuman itu lalu bertanya, "Jadi, menurut kamu, cowok itu kehidupannya dia? Dunianya dia?"

"Iya," jawabku singkat sambil menghapus air mata yang membasahi pipi. Aku merapatkan tubuhku pada Dion dan memeluk pinggangnya. Kedua kakiku berada di pangkuannya, sedangkan miliknya diluruskan di atas meja.

Film dengan genre romantis yang mampu membuatku menangis tersedu-sedu ini menjadi pilihan kami untuk teman menikmati minuman asal Korea. Saat filmnya telah usai dan diakhiri dengan perpisahan, aku kembali mengeluarkan air mata.

"Aku kenapa jadi cengeng gini sih? Capek ...," keluhku setelah membersihkan cairan bening yang keluar dari hidung akibat terlalu banyak menangis.

"Lagian juga cuma film. Kamu tahu itu gak nyata 'kan?" Dion mengambil remote untuk mematikan televisi, lalu membuang tisu bekas yang kupakai ke tempat sampah dekat dapur.

Aku menuang minuman beralkohol dengan aroma leci itu ke dalam gelas kecil dan meneguknya hingga habis. Rasa yang terlampau hangat memenuhi tenggorokan hingga dadaku karena efek minumannya. Aku yakin, mungkin besok atau lusa pasti aku akan terserang flu atau batuk.

Steph & DionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang