LNE✓✓||kembalinya Anneth

29 5 0
                                    

Pertikaian antara Anneth dan Nasya terhentikan dengan datangnya Bu Sila. Mereka berdua harus ikut bersama Bu Sila untuk ke ruang BK, entah siapa orangnya yang melaporkan.

"Mengerti kalian?"

"Mengerti Bu" Jawab Nasya dan Anneth  bersamaan. Mereka diperbolehkan untuk kembali ke ruang kelas.

💫💫

"Jangan berteman dengan anneth!"  Tegas Diego seraya menarik tubuh gadisnya ke dalam pelukannya.

Hujan turun dengan derasnya sore ini, mereka terjebak hujan saat berada di warung ketoprak Pak Slamat. Dengan permintaan ines untuk menerobos derasnya hujan.

Diego tidak masalah jika tubuhnya basah kuyup, yang ia khawatirkan hanyalah ines jika jatuh sakit. Ternyata benar, demam ines kembali naik sangat cepat.

Ketoprak yang sempat mereka beli pula belum dimakan. Setelah mengganti seragam sekolahnya yang basah, ines berjalan lemas untuk menemui Diego.

Diego yang berada di dapur, langsung melangkahkan kakinya dengan cepat melihat ines yang berjalan sempoyongan.

"Bentar, aku telfon dokter dulu" Ines mencekal tangan Diego yang hendak meraih ponselnya. Gadis itu menggeleng lemah.

"Nes kamu itu sakit!"

Gadis itu kembali menggeleng. Diego hanya menghembuskan nafasnya pelan, dia merasakan sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya.

Lelaki itu membiarkan ines mencari posisi nyaman baginya."Makan yuk, aku suapin"

Ines menggeleng."Kenapa sekarang bandel banget sih"

Diego hendak berdiri untuk mengambil makanan, namun ines semakin mengeratkan pelukannya. "Kamu harus makan, nes"

Diego meraih tangan ines untuk tidak memeluknya kembali, ia menatap ines. Poni panjangnya menutupi wajah ines sebagian.

Tanpa harus berkata lagi Diego turun dari ranjang dan diikuti dengan ines yang terduduk."Diego,aku nggak mau"

Diego membalikan badan menatap ines dalam-dalam,"Kamu maunya apa sih nes? Kamu itu lagi sakit!!"

"Aku nggak mau apa-apa" Ujar ines dengan suara lirih.

"Hiks hiks a-aku mau pulang" Diego tercengang mendengar ucapan gadisnya."Di rumah nggak ada orang, bunda nggak ada di rumah"

Ines memegang kepalanya yang terasa sakit membuat Diego was-was. Gadis itu sangatlah lemah, sering sakit-sakitan tentunya.

Dan ia tahu, jika ines sangat membenci dengan hujan. Karenanya, ia menjadi kedinginan.

Ines mengusap hidungnya saat merasa cairan yang keluar dari hidungnya, cairan kental merah yang justru keluar. Rintihan demi rintihan yang dapat Diego dengar, ya gadis itu menangis.

Dengan cekatan, Diego mengambil tissue lalu mengusap hidung ines yang terus menerus keluar darah.

Dengan sabarnya, Diego terus mengelap darah yang keluar."Aku panggilan dokter ya?"

Tanpa memberitahu ines, Diego langsung meraih ponselnya untuk menelepon dokter.

"Kepala aku sakit" Rintih ines memejamkan kedua matanya lama.

"Sabar ya"

Usai Diego menelepon dokter untuk ke rumahnya, ia kembali membersihkan darah yang lagi-lagi keluar tak hentinya.

"Jangan nangis" ujar Diego menyentuh pipi gadis dihadapannya dengan tulus.

Sambil menenangkan ines, bel rumah berbunyi menandakan ada seseorang yang menekannya. Ia tahu pasti itu dokter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Never Ends✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang