Setelah 2 hari menikmati libur yang begitu cepat, Eylin kini sedang menuntut ilmu di sekolah SMA Gemilang.
Sekarang kelas Xl sedang belajar mata pelajaran pertama yang sedikit lagi akan berakhir dan tentunya bagi beberapa orang yang tak sabar lagi untuk menikmati jajanan di kantin.
Selang 5 menit, jam pelajaran telah selesai dan para murid telah berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka.
"Lin, kita makan apa? " tanya Dea, dia adalah sahabat Eylin sejak SMP yang mengetahui semua sifat, dan tingkah laku Eylin.
"lo makan aja. Gue masih mau ke perpus" jawab Eylin datar. Pikirannya sedang dipenuhi dengan kakaknya sehingga perpustakaan lah yang menjadi tempat pelampiasannya.
"Eylin, lo yang sabar ya.. Gue tau kok lo belum bisa mengiklaskan kepergian kakak lo kan?
Tapi, lo gak boleh sering-sering larut dalam kesedihan, gak baik. Yaudah, selesai lo dari perpus, langsung ke kantin yaa.. Gue tunggu" Dea lah yang paling tau setiap raut wajah dan keadaan Eylin saat ini. Bagi Eylin, Dea seperti anak Indigo yang bisa membaca pikiran orang.Eylin hanya mengangguk sambil berusaha tersenyum.
***
PERPUSTAKAAN
kini, Eylin sedang memilih novel terbaru yang akan dia pinjam di perpus untuk membacanya di rumah.
Sambil nemilih novel, Eylin mendengar gelakan tawa dari meja baca dekat dia memilih buku. Dia pun menoleh.
"ahaha... Yan, yann..
Masa lo mau di kerjain sama adik lo. Kasian kan, muka Leader lo di corat coret pake spidol. Kan jelek" kata seorang laki-laki sambil tertawa melihat layar ponsel. Entah apa yang ada disana.Orang sedang di tertawakannya, sedang menunduk membaca buku sambil sesekali tersenyum. Entah tersenyum gara-gara buku itu, atau gara-gara ejekan temannya.
Yang jelas Eylin tidak mengetahui siapa lelaki itu, karna posisinya yang membelakangi tempat Eylij yang sedang berdiri."hehh.. Kalau mau ribut di luar sana. Ini tempat baca buku bukan ngelawak" tegur salah satu guru petugas perpustakaan yang terganggu dengan mereka.
"yeee.. Buk, tertawa itu sehat.
Gak baik kalau hidup terlalu datar, gak ada lucu-lucunya" timpal salah seorang dari mereka."iya, tapi liat tempat dong. Ini kan perpus, gangguin yang lain yang lagi fokus baca" ucap ibu tadi.
"yaudah, kita keluar aja yuk.
Kebetulan gue belum makan. Tugasnya buk Ani nanti aja kerjanya" ajak lelaki itu.Kemudian 3 orang itu berdiri bersamaan, sambil sesekali mengganggu Teman mereka lagi.
"bang yayan, vio mau es klim.. Es klim vio abiss, hahhaha" kata itu langsung di sambung tawa oleh orang yang mengejeknya.
Yayan..
Vio..."Kayak gak asing nama itu" batin Eylin. Tapi dia tak mencoba mengingatnya, toh nanti juga ingat sendirinya. Eylin memang sedikit pelupa dengan orang yang baru dikenalinya.
***
Sementara berjalan menuju kelas, sambil membaca novel kesukaan nya, Eylin tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang menunduk memainkan ponsel.
Lelaki dengan celana abu-abu, baju yang tidak disisip dan tidak menggunakan dasi. Eylin yakin dia pasti anak nakal. Namun wajahnya baru telihatan saat dia berhenti dari aktifitas memainkan gadget nya.
"lo..
Kayak gak asing. Tapi dimana ya? " tanya lelaki itu langsung."ehh, sory sory.. Gak sengaja." timpal Eylin buru-buru sambil mengambil novelnya yang jatuh.
"loh, Yang ditaman itu kan? " tebak lelaki itu.
"oh, iyaa. Lo abangnya vio kan?
Skolah disini juga? " tanya Eylin yang masih canggung, karna dia tak begitu suka berbicara dengan lelaki kecuali papanya dan Eylan."iya.. Lo aja yang jarang liat gue di skolah. Terlalu sibuk sama novel sih" katanya, sambil melihat benda yang dipegangg Eylin.
Eylin hanya mengangguk "gue kekelas" pamit Eylin yang kemudian beranjak pergi.
Sedangkan lelaki itu, masih mematung di tempatnya.
"dia yang di perpus tadi, bukan ya? "
***
"Eylin, dari mana aja? Gue nungguin lo di kantin, lo gak dateng" tanya Dea sambil memberi jalan untuk Eylin ke tempat duduknya.
Eylin memang duduk bersama Dea, dan dia memilih duduk dekat tembok, 'supaya lebih enak membaca' katanya.
"maaf ya.. Oh ia, lo udah tau belum. Geng motor di sekolah kita menang balapan loh. Dan yang ngejuarainnya LEADER nya. Hebat bangett deh mereka, jadi kepengen di bonceng sama mereka" puji Dea pada geng motor itu dengan antusias.Eylin tak suka geng motor. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak bergaul dengan geng motor dan dia paling tidak suka setiap LEADER dari geng motor yang ada.
"mereka gak pernah mikir, untung dari balapan itu apa? Palingan dapat uang, sama nama doang yang jadi terkenal. Mereka gak mikirin kesehatan mereka. Kalau mereka celaka gimana? " sentak Eylin dengan nada emosi yang masih bisa di kontrol.
Dea yang mendengar itu pun, mulai menenangkan Eylin dengan mengelus lengan nya pelan.
"Lin.. Lo gak boleh gitu. Gue tau lo gak suka sama geng motor apa lagi leader dari setiap geng motor. Lo bakal teringat terus kan sama kakak lo? tapi, gak semua geng motor itu jahat lin.. Mereka pasti punya hati yang baik kok" jelas Dea. Dia begitu paham dengan keadaan Sahabatnya itu.
"kalau punya hati baik, kenapa Kak Eylan di celakai sama Geng motor waktu itu sampai sekarang dia udah gak ada. Kalau gak, tiap kali jam istirahat pasti kak Eylan ngajakin aku ke kantin" protes Eylin dengan nada yang sedikit bergetar karna dia menahan air matanya keluar.
Pelukan hangat disalurkan Dea kepada Eylin dan berharap agar dia tak lagi larut dalam kesedihan.
Dea paham, Eylin belum bisa mengiklaskan dan menerima kenyataan, karna kakak nya baru saja meninggal 5 hari yang lalu.
'semoga cowok yang tadi bukan anak geng motor' lirih Eylin dalam hatinya.
.
Terima kasih sudah membaca:>
Maaf kurang menarik dan banyak kesalahan ejaan dan huruf.
Jangan lupa tinggalkan jejak :)Love you readers:*
KAMU SEDANG MEMBACA
LEADER
Teen Fictionwelcome new story! "Jangan mendekat.., " "Kenapa? " "Aku gak suka Geng motor, apa lagi LEADER nya," "Gak selamanya, Geng motor itu orang jahat" "Terserahh," "Aku janji, bakalan buat trauma itu hilang dari hidup kamu." Trauma yang dirasakan Seorang w...