Merindukan mu

2.9K 122 6
                                    

Kau tahu? Selama ini aku angkuh. Aku rasa aku mampu selalu membuat mu kuat. Ternyata hatiku sombong.
Aku kira sudah menjadi sumber tenagamu, ternyata sebaliknya.
Aku disini tanpa kamu tahu

~RyanoGeovano
-----------------------------------------------------------

Hari ini adalah hari minggu, hari dimana semua sekolah dan pekerjaan lainnya libur.

Sudah seminggu lamanya Leader dari METEOR itu tidak melihat senyum gadisnya. Eylin masih belum bangun dari komanya selama seminggu ini.

Setiap hari, dia selalu mengunjungi gadisnya dirumah sakit, selalu membawa bunga, novel terbaru yang pastinya dia suka dan tak tahu sudah berapa banyak disana.

Ingin jujur, kalau menunggu itu lelah. Tapi tidak bagi Ryano, yang sekalu sabar dan selalu membawa namanya dalam Doa.

lelaki itu berjalan gontai dengan malas menuju ruang makannya untuk sarapan. Mood nya begitu tidak baik sekarang, dan semua tau penyebabnya apa.

"Ryano, sini sarapan dulu sayang" suara wanita paru baya itu memanggilnya. Siapa lagi kalau bukan Melani.

Ryano menarik kursinya tanpa mengatakan apa-apa.

Raymond yang melihat sikap Ryano berubah akhir-akhir ini hanya menggeleng kepalanya.
"kamu kenapa? Mogok bicara? Biasanya paling cerewet" cibir Raymond sambil meminum kopi panas di atas meja.

"Bunda tau. Ini semua karna Eylin yang belum sadar kan? " pertanyaan yang sangat tepat dengan perasaan Ryano sekarang.

Hanya ada anggukan kepala yang mampu mewakili jawaban itu.

Melani menatapnya penuh arti begitupun dengan Raymond yang duduk berpindah disampingnya.
Tangan kekarnya menepuk bahu milik Ryano dengan pelan seolah menenangkan.

"kamu gak boleh kayak gini. Jadilah laki-laki yang kuat, lawan rasa rindu kamu, dan buang perasaan buruk. Ayah yakin, kamu bisa. Dan dengan begitu, Eylin pasti akan cepat pulih karna doa kamu setiap hari"

Sudah tugas seorang Ayah untuk membimbing anaknya. Begitupun seorang Ibu. Lelaki itu tampak tersenyum walaupun Melani tau, senyum itu dipaksa olehnya untuk meyakinkan kedua orangtua nya.

"udah dong. Kita sarapan yuk, kasian sarapannya nganggur.
Vio.. Asyaa, sarapan dulu, baru main nak" Melani begitu antusias memanggil kedua anaknya yang sedang bermain diruang atas sepagi ini.

Dua wanita cantik dan menggemaskan itu turun dan menghampiri mereka.

Asya langsung memeluk tubuh lelaki yang ada disampingnya. Wanita yang satu ini lebih memahami keadaan kakak lelaki nya sekarang.

"selamat pagi abangku yang ganteng sejagad rayaaa.... " Asya memuji Ryano dengan suara lembut dengan menarik panjang kata terakhirnya.

"pagi" Ryano hanya menjawab singkat tanpa mengulas senyum.

Asya yang merasa di abaikan langsung memasang wajah cemberutnya dan tangannya beralih mencubit kedua pipi Ryano memaksa agar tersenyum.

"senyum donggg.. Datar amat tuh muka udah kayak tripleks. Senyum bang, smileeeee" tangannya mencubit pipi Ryano dan menariknya membentuk senyum yang menjadi lucu jika semakin di cubit.

"Asya, jangan gituin ah abangnya. Sini makan dulu" perinta Melani.

Akhirnya Ryano mengekus rambut Asya dengan kasih sayang.
"gak nyangka kamu udah besar?! Udah jadi gadis yang hobby gangguin orang. Tapi paling pandai bikin orang ketawa" Ryano mencubit kembali pipi Asya dengan gemas dan meninggalkan bekas merah disana.

"gak papa deh, kali ini Asya harus sabar dicubit sekeras ini" Asya mengelus dadanya sabar.

Mereka kini menikmati sarapan mereka dengan hening.

***

Waktu begitu cepat berputar hingga sekarang sudah sore.

Ryano sedang bersiap-siap dengan cepat. Sepertinya dia akan kesuatu tempat yang hampir didatanginya setiap hari.

Disinilah, Dea. Dia sedang menemani sahabatnya yang masih setia tidur dengan nyenyak dengan selang oksigen yang masih menemaninya disana. Dia tak sendiri, melainkan disini sudah ada Kevin, Danil, Radit, dan kedua orangtua Eylin.

Mereka sudah janjian hari ini akan menjenguk Eylin lagi. Semua itu karna diminta Dea agar dia tak sendiri.

Ceklek..

Suara pintu kamar rumah sakit terbuka menampilkan sosok lelaki dengan jacket hoodie coklatnya.

Dia berjalan dengan wajah yang dipaksa senyum karna harapannya salah. Gadisnya belum bangun-bangun dari komanya.

Kali ini bunga mawar putih yang dibawanya. Sebuket bunga itu mampu mewakili perasaanya yang rindu akan wanita itu.

"asalamualaikum.. " Ryano memberi salam kemudian mencium punggung tangan kedua orang tua Ryano.

Andien dan Bastian begitu menerima baik kedatangan Ryano yang hampir setiap harinya membawa bunga. Mereka sudah tau bahwa Ryano dan Eylin sudah menjalin hubungan selama sebulan lebih ini. Dan mereka tak menolak soal itu.

Bunga itu di letakannya di atas nakas rumah sakit. Setelah itu, matanya menatap wajah gadisnya dengan sayup.

Andien, Bastian dan yang lainnya menyadari kalau Ryano butuh waktu untuk sendiri bersama kekasihnya. Mereka memutuskan untuk keluar dan mencari makan sebentar.

"hai, Lin.. Aku kira kamu udah bangun" gumamnya.

"Hari ini aku datang dan kamu belum sadar juga. Aku bosan menunggu dengan lemah. Eylin... Cepat bangun." ryano menatap  gadisnya dan berbisik.
Ryano berpikir. Apakah dia harus mengeluarkan kalimat memohon, agar Eylin tiba-tiba terbangun.
Heh, ini konyol.
Ryano Sedikit tersenyum sinis dengan mata yang berkaca kaca.

"Apa kamu ingin menjadi putri salju sekarang? Hah.?" Sambil berpikir, ryano perlahan menggerakan tangan nya mencoba membelai rambut eylin yang masih terbaring.

Rautnya yang menegangkan menatap tajam ke wajah eylin, ryano perlahan mendekatkan wajah nya ke wajah eylin, Sampai berjarak 3 senti meter saja. Ryano merasakan aura eylin yang amat sangat dekat, dan membuat hatinya berdebar.

"Bangun eylin,"

kali ini ryano pertama kalinya merasa menjadi seorang Leader namun  tunduk lemah dihadapan seorang Wanita selain Bundanya.
Lelaki itu tak kuasa membendung air mata nya, ia berkedip dan airmata nya menetes perlahan semakin deras tanpa suara.
Air mata itu jatuh tepat di sekitar pipi gadis pecinta novel itu.

Tiba-tiba, pelupuk mata eylin bergerak. Ryano kaget ketika memperhatikan kelopak mata eylin yang bergerak.

Dan airmatanya berhenti mengalir sebelum ia benar-benar mengecup kening eylin.
Gemetar namun berhasil ia bernafas lega.

Ketika dia menggenggam tangan mungil itu, tiba-tiba ada pergerakan disana. Ryano menjauhkan wajahnya dan buru-buru memanggil dokter.

Ia menghapus air matanya, lalu berdiri tegak seolah tak punya kesedihan sama sekali. Sambil terus menggenggam tangan wanita itu hingga dokter datang bersama suster.

Apa mungkin gadisnya akan sadar sekarang? Harapan yang begitu dinantikan Ryano sejak seminggu ini. Dia sudah lelah dengan semua ini, dan omong kosong bahwa dirinya kuat didepan semua orang. Nyatanya dia terlihat lemah didepan Eylin.







Haii semuanya, mohon maaf nih buat yang udah nunggu lama. Gimana part ini menurut kalian?  Jangan lupa coment di sini ya. Jangan lupa vote dan share juga. Tunggu part selanjutnya.

Aku sayang kalian~♥~

LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang