RYANO GEOVANO(1)

9.5K 427 6
                                    

Mengenalmu adalah takdir..
Tapi maaf, kita belum sedekat nadi
-------------------------------------------

Hari ini, adalah hari selasa di mana telah melewati hari kemarin yaitu senin.

Waktu sudah pukul 3 sore, dan wanita berambut hitam pekat sebahu masih asik dengan novel yang dia pinjam untuk baca di rumah, tapi dia malah membaca nya di tepi lapangan basket yang kebetulan ada kursinya.

"coba aja, karakter cowoknya ada di dunia nyata" gumam Eylin sambil memindahkan halaman berikutnya.

'Eylin Eleanor'

"nama lo bagus" seru seorang laki-laki yang sudah berdiri di depan Eylin sambil membaca name tag nya, tapi kurang lengkap, karna Eylin tidak menulis nama tengahnya.

Eylin mendongakan kepala menghadap sumber suara. Lelaki tampan berkulit putih dengan tubuh ideal dan rambut lurusnya yang sedikit tertiup angin membuat ketampanan nya makin nampak.

Dia adalah laki-laki yang sama, dengan kemarin, waktu Eylin tak sengaja menabraknya.

"ada apa? " tanya Eylin datar.

"lo yang kemarin? "

"to the point" perintah Eylin masih dengan nada datar nya.

Eylin akan seperti itu, kepada laki-laki yang ingin mengenalnya, karna Eylin tau semua laki-laki yang ingin mendekatinya hanya ingin modus, apa lagi yang sekarang di hadapannya adalah orang yang berpenampilan tidak menaati peraturan, yang pastinya Eylin akan menyebutnya 'bad boy'.

"jadi sahabat gue" lelaki itu langsung to the point seperti perintah Eylin barusan. Tapi bukan ini yang Eylin maksud. Dia tak mengira kalau lelaki ini yang baru saja mengenalnya langsung mengajaknya menjadi sahabat.

"maaf. Gue gak kenal lo" ujar Eylin sambil merapikan novelnya dan memasukan nya ke dalam tas.

"siapa bilang? Kita pernah ketemu kan, sebelum ini? Nama gue Ryano Geovano, bisa dipanggil, Ryan, Ana, eh ralat Ano maksudnya, atau Yayan juga boleh"

Eylin langsung tersenyum menatap Ryano, yang tiba-tiba langsung di balas senyuman itu.
Eylin yang sadar langsung memudarkan senyum nya menjadi datar kembali dan beranjak pergi.

"sebentar.
Kita sahabat kan? " cegah Ryano.

Eylin langsung duduk kembali, dan menulis sesuatu di kertas kecil.

Tanpa waktu lama Eylin sudah selesai menulisnya kemudian dia menyodorkan kertas berwarna biru itu ke tangan Ryano.

Ryano heran dengan kelakuan gadis ini. Kenapa tidak langsung berbicara saja, apakah dia sedang sariawan atau lagi mogok bicara?

"aneh. Kemarin aja bicaranya banyak kata. Kok sekarang irit kata. Lagi belajar bahasa indonesia kali" ralat Ryano yang langsung pergi sambil menaruh kertas itu di sakunya.

***

"Omaa.. " panggil Eylin yang baru saja tiba sambil menenteng tas miliknya.

Oma beserta kedua orang tuanya sedang asik mengobrol di teras luar, tiba-tiba berhenti karna kedatangan anak gadis yang omanya rindukan. Padahal baru kemarin Eylin menemuinya di Bandung.

"nah, itu Eylin" kata Bastian, sambil berdiri menyambut anaknya yang baru saja pulang.

Eylin kemudian menyalami tangan Bastian papanya, beserta Andien, dan kemudian langsung memeluk erat tubuh Omanya, Puspita.

"Eylin kangen oma" seru Eylin dibalik pelukan mereka, dan kemudian melepasnya.

"oma juga.
hari ini, oma nginep disini. Oma kesepian di bandung, gak ada yang nemenin."

Eylin mengangguk senang.
"yasudah, Eylin ganti baju dulu" pamit Eylin kepada Oma dan kedua orang tuanya.

***

Di sebuah rumah bernuansa modern, tampak seorang lelaki muda sedang membaringkan tubuhnya di atas kasur. Mungkin dia lelah, karna baru saja sampai rumahnya.

Wanita yang ia temui tadi masih terlintas wajah dan namanya di pikirannya saat ini.

"cantik, manis, tapi cuek, namanya indah. Eylinn... " ucapnya pelan dan menekan kalimat terakhirnya.

"siapa? "

Tiba-tiba seorang wanita remaja, usia anak sekolah menengah pertama sudah berdiri di samping ranjang Ryano. Sontak membuat Ryano sedikit terkejut dan bangkit dari rebahannya tadi.

"Asyaa... Kagetin aja.
Sapa dulu kek. mau abang mu ini jantungan" pekik Ryano sambil memasang wajahnya tekuk.

Dia adalah Asya Angelik Gefani. Adik kedua dari Ryano Geovano dan kakak dari Viola margareth Gafani.

Wanita cantik dan menggemaskan berusia 15 tahun kelas 3 SMP, dengan berpakian celana selutut dab baju kaos polos favoritenya. Alasannya, biar terlihat lebih manis.

"iyaa maaf.
Mmm.. Eylin siapa bang? " tanya Asya yang kemudian duduk disamping nya.
"gak.. Wanita misterius itu"

"oow... Bunda manggilin kamu dibawah bang. Ganti baju dulu tapi" ucap Asya sambil beranjak berdiri, dan di angguki paham oleh Ryano.

Ketika dia berjalan beberapa langkah, dia berbalik badan dan mendekati wajahnya didepan wajah Ryano dengan tatapan horor, dan membuat Ryano bingung.

"awas,kalau abang jatuh cinta" ucap Asya dengan berbisik yang masih bisa didengar Ryano.
Setelah mengatakan itu, Asya langsung berlari meninggalkan Ryano. Asya memang jail suka mengganggu kakaknya itu.

"ini lebih misterius dari Eylin.
Mimpi apa gue, bisa punya adik seseram dia" umpat Ryano.

Ketika Ryano sudah berganti baju setelah beberapa menit yang lalu, dia teringat sesuatu.

Kertas yang tadi di berikan Eylin belum sempat dia bacakan isinya membuat dia berbalik kembali mengambil baju seragamnya di keranjang kotor.

"nah, ini dia.
Nulis apa sih? Pake suratan segala" ucap Ryano sambil membuka kertas itu.

'aku gak suka, bergaul sama cowok'

Hanya ada tulisan singkat, padat dan jelas itu yang membuat Ryano mengerutkan dahinya.

"kalau gak suka, berarti dia jauhin Papanya dong. Kan papanya cowok" gumamnya.

"Ryanoo... " teriak bundanya, bernama Melani dari lantai bawah.

"iya bun, Ryan kebawah" jawab Ryan buru-buru menyimpan kertas itu di atas meja.

***

Tak jauh berbeda, seorang Eylin sedang menyantap makan malam bersama keluarga kecilnya. Terasa lengkap bila ada omanya. Tapi bagi Eylin semua ini kurang lengkap karna kurang Saudara laki-lakinya, Eylan yang sudah tiada.

Setelah berapa menit, keluarga kecil itu selesai menyantap dinnernya.
Eylin lebih memilih kembali kekamarnya setelah membantu menata piring kotor di dapurnya.

Eylin di sini sekarang. Dia sedang duduk di balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan indah di kota jakarta dengan beberapa gedung dengan lampu yang menyala indah ketika malam hari, dan tiupan angin yang membuat hidup Eylin lebih tenang. Setidaknya hari ini dia tidak terlalu banyak menangisi kepergian kakanya. Karna perlahan dia sudah mengiklaskannya.

Eylin mengambil sebuah gitar sambil mencoba memetik beberapa kunci gitar yang baru dia pelajari.

Di sela-sela petikan itu, dia teringat satu nama yang dari kemarin membuatnya agak canggung.

"Ryano..
Nama yang bagus seperti orang nya.
Ahh.. Apaan sih aku, gak boleh mikirin dia. Dia itu aneh, tiba-tiba ngajakin aku jadi sahabatnya" gumam Eylin yang sadar dari lamunannya tadi.

Dia kembali memetik gitar sambil berlatih beberapa kunci dan diiringi sebuah lagu untuk menemaninya dimalam ini.







.

Come back lagii.. Terima kasih sudah membaca :> cerita yang lumayan panjang menurutku.

Jangan lupa vote, vote itu gratis.
Tunggu part berikutnya yaa..

Salam manis dari aku, kakak nya Ryano Geovano, tapi boong, eh tapi pengen beneran sih :p

LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang