-oOo-
"Jika memang tak ada celah hari dimana aku bisa menemuinya, Tuhan, tolong beri orang seperti dia lagi di hidupku saat ini."
-oOo-
Liona telihat bercermin menatap dirinya, menengokkan wajahnya ke kanan dan kiri. Setelah latihan Muay Thai, ia sempat terkena pukulan teman saat latihan. Ia menuruni setiap anak tangga rumahnya. Telihat beberapa orang telah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Lio. Mama kan udah bilang. Kamu berhenti aja deh ikut latihan Muay Thai itu. Liat, masa wajah perempuan penuh lebam. Nanti kalau disangka kamu kdrt gimana? Siapa yang disalahkan? Ibu sama Ayah." Bu Lani memberi pernyataan tanpa jeda depan Lio, Pak Fendi, juga saudara-saudaranya.
"Bu, Muay Thai itu kan olahraga, jangan disalahkan. Kalau memar ya itu efek negatif tapi positifnya kan bisa sehat. Udah jangan ngekang anak terus ah. Ayo makan." Perkataan Pak Fendi membuat semua terdiam termasuk Bu Lani sendiri.
Leo dan Rayan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tahu betul sifat Liona sedari kecil. Bu Lani terus terheran, karena ia mungkin berpikir Liona adalah perempuan yang lahirnya terjepit antara kedua anak laki-lakinya, karena itu ia mungkin selalu terbawa sifat kakak ataupun adiknya.
Suara motor sudah terdengar depan gerbang rumah Liona. Roy sudah terlihat rapih dengan tas disorennya. Ia sangat rajin menjemput Lio karena memang rumah mereka berdekatan beberapa meter. Roy, dikenal akrab karena memang Roy adalah sahabat ternyaman yang Lio punya di SMA dan kebetulan sekali mereka masuk kampus yang sama. Kalau bisa dibilang, Roy adalah bestie Liona walaupun mereka laki-laki dan perempuan. Karena kata orang, laki-laki dan perempuan tak bisa berteman, pasti ada celah rasa yang akan disimpan. Namun, Lio dan Roy menyanggah hal itu dengan membuktikan kalau mereka serasa seperti saudara kandung dan telah bersama sedari lahir.
"Bu, Lio pergi dulu, Roy udah sampe tuh."
Liona menyalami semua keluarganya sebelum berangkat. Tak tertinggal, ia selalu membawa botol minum ke manapun ia pergi. Kebiasaan Lio layaknya anak TK. Menurut Lio, air minum beli di tempat umum tak seenak air mineral di dalam botolnya, padahal air itu semua sama. Aneh, itu yang selalu ia dapatkan ketika mulai dikenal orang saat masuk masa sekolah atau perkuliahan.
"Botol bayi dibawa-bawa mulu dah!"
"Apa sih, risih banget. Lo udah tau gue juga." Lio menatap sinis Roy, lantas dirinya mulai menaiki motor yang telag Roy tumpangi.
Di tengah perjalanan mereka ke kampus, mereka sempat berbincang.
"Roy?"
"Emm?"
"Menurut lo, gue cantik gak?" Pertanyaan Lio membuat Roy terkekeh. Ia terus tertawa seraya membawa motornya dengan kecepatan normal. Lio memukul pundak Roy dengan lumayan keras, membuat Roy menghentikan tawanya.
"Ih, gue nanya serius."
"Tumben lo nanya begitu? Lo dari dulu tetap aja gitu."
"Lo bilang gue gak cantik?"
"Cantik, tapi masih cantikan emak gue, hahaha."
Lio menggembungkan mulutnya di belakang Roy. Sesekali, ia memukul helm yang Roy pakai hingga berbunyi dan serasa membuat kepala Roy terpental.
"Apaan sih gak betah diem banget lo!"
"Muka kek cepot juga bangga banget."
"Bodo, yang penting ada yang suka."
"Siapa? Simpanse? Hahah."
Sampai mereka di kampus. Gedung fakultas ilmu sosial yang Lio tempati memang sedikit agak berdekatan dengan gedung fakultas kedokteran jika dilihat dari lantai 5 kelas Liona. Gedung kedokteran memang selalu memiliki fasilitas yang lebih bagus. Mereka serasa sangat terjamin dari segi apapun jika masuk gedung fakultas tersebut. Kebanyakan, memang orang berdompet tebal yang berada disana. Mereka di fasilitasi orangtua mereka yang memang banyak dari kalangan para pejabat swasta ataupun negara. Ada juga beberapa mahasiwa-mahasiswi yang beruntung mendapatkan beasiswa karena skill yang mereka miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...