18. Ketua BEM

466 41 5
                                    

-oOo-

"Penasaran berlebih secara tak langsung membuatku terobsesi."

-oOo-

Terlihat tiga orang tengah makan bersama di kantin kampus. Roy sibuk dengan makanannya, Hani sibuk dengan ponselnya. Sementara Liona, tengah sibuk melamun.

"Lo udah minta maaf ya sama Marion? Berita lo udah dihapus," ucap Roy.

"Eh iya gimana tadi Marion? Lo gak diapa-apain kan?"

"Iya gue udah minta maaf." Liona terlihat gugup dan melanjutkan makannya. Ia masih berpikiran, kenapa Zean harus melakukan hal itu untuknya, padahal mereka adalah asing. Zean orang yang baru dikenalnya setelah beberapa semester ia lewatkan di kampus. Dan satu hal, Lio tak pernah ingin berurusan dengan anak kedokteran, tapi ia terus berkeliling di fakultas tersebut.

"Hai guys!" Raja terlihat ikut duduk mengagetkan semua orang.

"Raja?" Lio kaget.

"Wey bro, duduk duduk bro." Roy terlihat lebih akrab dengan Raja setelah peristiwa traktiran Raja yang sepertinya membuat Roy malah ketagihan.

"Syukurlah, berita lo udah dihapus. Marion emang gitu, bertindak semaunya tapi nanti dia berhenti sendiri."

"Tunggu, di fakultas lo gak ada kantin? Kenapa lo makan di sini?" tanya Hani pada Raja.

"Oh, di sana bosenin. Makan bareng kalian, bikin gue nafsu makan. Boleh ikut nimbrung kan?"

"Boleh banget bro, apalagi kalau semua piring di meja lo bayarin. Upss!"

Liona menatap kesal Roy yang mata duitannya kambuh lagi.

"Anjir, bikin malu," bisik Hani.

"Em, gue denger lo pernah tes masuk kedokteran ya?"

"Dari mana lo tau?" Lio kaget karena pertanyaan Raja.

"Ah, ada beberapa anak kedokteran yang sebut-sebut nama lo waktu liat wajah lo di berita itu." Ucapan Raja membuat Lio tertunduk malu, sedangkan kedua sahabatnya menatap Lio cemas.

"Eh maaf, gue gak maksud nyinggung apapun. Kalau lo suka kedokteran, lo bisa ikut gue belajar banyak tentang itu, gue bisa ngajak lo ke perpus fakultas gue."

"Lo serius? Gue penasaran tau."

"Mau ikut gue besok?"

"Boleh?"

"Boleh kok."

Hani dan Roy terlihat canggung antara perbincangan Lio dan Raja. Mereka sama-sama melirik penuh makna melihat kedua makhluk yang tengah berbincang di depan mereka. Pulang kampus, mereka berusaha menginterogasi Liona.

"Raja suka sama lo!" Roy menekan nada begitu keras.

"Bener! Dia lagi ngejar lo!" Hani ikut menatap pekat Lio.

"Apaan sih kalian gak jelas. Raja itu anak baik, dia friendly ke siapapun."

"Lio, gak mungkin ada cowok sebaik apapun kalau bukan karena ada maksud," ucap Hani.

"Tapi kalau si King itu beneran suka Lio. Kita lebih sering di traktir cuk!" Celetukan Roy membuat Lio menjitak kepalanya dengan keras.

"Bazeng! Sakit pala gue!"

"Lagian. Mata duitan banget. Apus tuh segala nethink kalian, udah ayo balik, capek nih gue."

Angin masuk melewati jendela kamar seorang gadis yang tengah memainkan laptopnya dengan fokus. Rambut yang terurai terbawa haluan angin malam yang mendinginkan. Dahi Liona mengernyit dengan mata terfokus pada monitor laptopnya.

"Sial, dia gak punya foto masa kecil?" gumam Liona seraya mengstalking IG milik pangeran fakultas kedokteran bernama Zean.

Ya, dari awal matanya menatap lelaki itu, Lio langsung berasumsi bahwa Zean adalah Abi, teman masa kecilnya. Kemiripan wajah mereka membuat Liona memang sangat penasaran beberapa hari ini. Apalagi ketika Zean memohon pada Marion untuk menghapus berita Liona di blog kampus, hal itu membuat Liona semakin kebingungan. Untuk apa orang asing mau membantunya ketika ia tak saling mengenal jauh satu sama lain.

Matahari menyorot kaca jendela kamar Lio. Ia sudah terbangun beberapa menit yang lalu dan sudah merapihkan dirinya secantik mungkin. Tak ada pakaian khusus ataupun make-up khusus yang Liona pakai. Apapun hal yang nyaman untuknya itu sudah cukup.

Pemilihan ketua BEM kampus Suardana dilaksanakan. Baik Lio, Hani maupun Roy sudah memilih hak pilihnya di aula kampus. Pemungutan suara pun sudah dilaksanakan panitia ketika kegiatan belajar di kampus ditunda untuk menunggu hasilnya. Semua kamera memajang pas pada posisi Zean berdiri di depan mading pemungutan suara.

"Anjir, Zean udah melebihi Idol Korea tuh popularitasnya di kampus," ucap Hani.

Lio menatap pekat Zean dari kejauhan, Zean hanya melirik sekilas dan membuang pandangannya lagi.

"Gue tebak yang menang si Rizaldi." Roy bergumam kala mereka fokus pada Zean.

"Lo cenayang?"

"Dia aja kemarin dipanggil TV karena cuitannya itu, gue nonton di youtube."

Hak suara sudah terkumpul, dan hasilnya akan diumumkan oleh panitia. Dekan kampus pun sudah duduk tenang di dekat mimbar pidato BEM yang terpilih. Dari hasil pemungutan suara, perolehan suara terbanyak memang dimenangkan oleh Rizaldi. Rizaldi sendiri adalah mahasiswa jurusan ilmu hukum kampus Suardana. Ia memang sangat berprestasi dan talk aktive di kampus maupun di organisasi lingkungan masyarakat. Tak heran, jika ia bisa memimpin beberapa organisasi kampus juga mewakili para mahasiswa Suardana dalam menyampaikan aspirasinya.

Zean menatap pekat Rizaldi yang menatapnya balik dengan senyum menyeringai. Entah, ada apa dengan mereka berdua sebenarnya? Setelah Zean dicabut jabatan BEM, memang Rizaldi adalah sosok pengganti yang cocok untuk mewakili mahasiswa. Mereka juga memiliki perdebatan di masa itu, membuat para warga kampus menyebut mereka adalah DPR kampus. Tapi tatapan keduanya, memang seperti ada rasa tidak suka. Entah apa masa lalu mereka di kala itu membuat satu sama lain berkurang akrab.



Hayo ada apa sebenarnya?

Jangan lupa tinggalkan VoTe+Coment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalkan VoTe+Coment.
I'll feedback you, if u ask me.
Tengkiyu💛

OFFICIALLY MISSING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang