-oOo-
"Aku membenci tapi tak tau alasannya."
-oOo-
Kicauan burung berbunyi begitu nyaring di sebelah jendela Liona. Terdapat beberapa pohon besar yang mempunyai banyak cabang untuk para burung bertengger. Ia terbangun, menatap dirinya lewat cermin. Ia mengambil sikat gigi dan mulai menyikat giginya dengan cekatan. Tak sadar, bayang-bayang Zean bersama wanita selalu terngiang di matanya.
"Sial! Kenapa bisa?" Liona memuntahkan beberapa air dari mulutnya ketika ia menyikat giginya. Ia sudah terlihat rapih hendak pergi untuk eskul. Tas olahraga besarnya sudah ia soren di pundak.
Roy datang. Liona pun langsung saja menaiki motornya tanpa aba-aba. Sampai di kampus, banyak sekali yang memadati lapangan tempat mereka akan berkumpul sesuai dengan forum masing-masing.
"Besok bikin laporan. Minta tanda tangan Pak Rt. Pulang eskul gue gak bisa nganter. Gue ada tanding futsal sama Denis."
"It's Ok. Gue bisa pulang sendiri. Udah sana lo ke lapangan. Pelatih udah nunggu lo noh."
"Sip. Gue tinggal ya. Awas aja lo kalau masih nemuin cowok yang namanya Zean."
"Kenapa emangnya?"
"Gue gak mau lo jadi bullyan orang-orang kampus."
"Tenang, udah sana lo!" Liona menepuk beberapa kali punggung Roy sebelum ia mulai bergabung pada forumnya.
Hani sudah berada di forum badminton. Dan Liona mulai memasuki perkumpulan para mahasiswa eskul Tenis.
Beberapa menit latihan, Liona terduduk di tribun penonton. Ia juga memperhatikan Roy dari kejauhan, memberinya semangat dengan terus meminum sebotol air mineralnya.
"Gue buka tugas dulu deh, besok harus ke Pak Rt. Kelasan Roy juga sama lagi."
Liona membuka laptop di tribun. Ia mengerjakan tugas di senggang waktu eskulnya.
Bughhh.
Sebuah benda bundar menimpa laptopnya hingga monitor laptop Liona mati.
"Anjir! Laptop gue!"
Mata Lio memencar mencari sumber arah datangnya bola. Tak sadar, bola basket itu berasal dari Zean bersama temannya tengah asik bercanda menggunakan bola lewat di depan tribun.
"Ze. Lo berurusan lagi sama tuh cewek. Mampus lo!"
"Heh?"
Bola mata Lio serasa ingin keluar. Ia menatap tajam Zean tanpa mengedip sedikit pun. Mata Zean memencar bingung. Kali ini, Zean memang terlihat sangat bersalah.
"Laptop gua mati, gara-gara lo!" Liona memasang wajah melas depan mereka. Ia tak tahu bagaimana nasib tugasnya kala itu yang belum tersave karena ia menulis bagian baru.
"Siapa suruh ngerjain tugas di tribun? Ngerjain tugas itu di kelas, di rumah, di cafe, di mana kek."
"Tapi bola itu punya lo. Kenapa sih lo selalu bikin masalah?"
"Heh, yang bikin masalah itu lo! Lo bikin gara-gara aja sama gue."
Liona tertunduk sendu ketika Zean mulai meninggikan suaranya. Tak sadar, di celah mata Liona terdapat air mata yang ia sembunyikan depan para pria tampan di depannya.
"Nangis tuh Ze. Mampus lo. Gue gak mau ikut campur ah, cabut Gi!"
Yuda dan Gion meninggalkan Zean yang kebingungan. Ia melotot menatap Liona yang tertunduk menahan tangis dan kesal.
"Kenapa lo nangis?"
"Gue gak nangis!" Liona menghindari tatapan Zean.
"Kek anak SD lo. Sini gue benerin."
Zean mulai mengutak-atik laptop milik Liona. Liona melotot karena tindakan Zean yang begitu gegabah.
"Don't touch my laptop!"
Liona berusaha menyingkirkan tangan Zean dari laptopnya.
"Gue benerin, gue lulusan SMP tehnik mesin. Lo tenang aja!"
Zean begitu fokus untuk membuka bagian baterai laptop Liona. Sementara Liona terdiam heran. Ia pun tak tahu apa yang harus dilakukannya saat itu.
"Rusak lo gantiin!"
"Emang itu kan yang lo mau?"
"Sial."
Beberapa menit Zean mengutak-atik laptop Liona, laptop itu pun berhasil menyala lagi.
"Tugas gue!" Liona segera menghampiri laptopnya, menyingkirkan tubuh kekar Zean untuk menghindar dari tempatnya.
"Syukurlah! Tugas gue aman."
Zean tersenyum tipis melihat Liona yang kegirangan. Ia hendak melangkah pergi, namun Liona menghentikannya. Liona mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Nih, thanks buat benerin laptop gue."
Zean menyeringai aneh menatap bingung uang yang disodorkan Liona untuknya.
"Gue ikhlas. Simpen duit lo!"
"Terima!"
"Udahlah, gue gak butuh duit lo."
Liona terus saja egois dengan memaksa Zean untuk mengambil uangnya. Setelah memberikan uang pada Zean, ia lantas pergi membawa laptopnya. Zean menatap pekat lembaran uang pemberian Liona. Ia pun menatap jauh Liona yang pergi darinya. Sebuah senyum simpul pun ia keluarkan. Lantas, ia menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Dasar cewek bodoh. Emangnya semuanya bisa diseleikan pake duit gitu?"
Don't forget to Voment.
Thx💙
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...