-o0o-
"Bahkan semuanya terasa tercampur sempurna ketika aku melihat wajahmu. Kesal, sedih dan bahagia. Perasaan apa ini?"
-o0o-
Beberapa hari berlalu. Lio terlihat terduduk di kursi taman kampus sendiri. Haluan angin menerbangi rambutnya nan lurus dan panjang. Sesekali ia membuang napasnya kasar. Ia tak tahu lagi hidupnya berjalan seperti apa. Seorang lelaki menghampirinya dengan tenang.
"Raja?" Raja ikut terduduk di samping Lio.
"Gimana kondisi lo?"
"Udah baikan."
Raja terus memainkan kakinya menendang dasar tanah dengan sepatunya. Ia terus melirik Liona seakan ingin berucap sesuatu.
"Lio?"
"Emm?"
"Lo mau gak dinner sama gue?" Pertanyaan Raja seketika membuat Lio tertegun kaget.
"Apa? Dinner?" Raja hanya mengangguk perlahan.
"Om gue baru aja buka restoran dan dia pengin gue makan di sana. Gue bilang, apa gue boleh ngajak temen, dan Om gue bilang itu ide bagus. Gue mau ngajak lo dinner malam ini. Lo bisa gak?" Pertanyaan Raja malah membuat jantungnya berdekup entah karena apa.
"Malem gue ada muay thai, terus minum kopi sama Rohani. Gimana ya?" batinnya berkata dengan kebingungan.
"Ya udah. Gue ikut. Makanannya enak kan?"
"Wih gue jamin deh. Makasih ya." Senyum terpancar dari wajah Raja begitu pekat terlihat.
Sementara di lain sisi, terlihat Zean tengah melamun di teras rumahnya. Ia baru saja mendapat kabar jika sang Papa terbang lagi ke Singapore untuk pekerjaan tanpa mereka bertemu lebih dulu sebelumnya. Bu Rosi menghampiri.
"Ma, Papa sebenarnya ke mana sih? Kenapa selalu gak ada di rumah kalau Ze ada di rumah? Ze kan mau ngobrol sama Papa."
"Ze, di sisi lain kamu kayak anak kecil. Ngobrol aja sama Mama. Tentang cewek kan? Jangan segan."
"Ah Mama. Nggak kok. Emm tapi, apa si yang Mama suka dari Pap?"
"Emm sebenarnya sedikit, tapi berarti."
"Apa itu?"
"Mama percaya sama Papa kamu."
"Gitu aja?"
"Walaupun dia keluar kota, negara dan selalu sibuk. Mama berusaha percaya sama Papa karena sebaliknya Papa pun percaya sama Mama. Artinya, dalam cinta itu kita cuma saling percaya buat lengkapin semuanya."
"Ze ... Ze gak percaya sama perasaan Ze Ma," ucap Zean membuat Bu Rosi melebarkan matanya bingung.
"Kenapa? Apa yang buat kamu gak percaya?"
"Ze gak tau, apa suatu saat nanti perasaan Ze akan terbalas dan Ze takut kalau perasaan Ze malah nyakitin orang yang Ze suka."
Bu Rosi terkekeh ketika Zean mulai curhat padanya.
"Percaya sama hati kamu bukan dengan mulut kamu. Terkadang, mulut sama hati itu berbeda, maka dari itu kamu harus percaya hati."
Malam dingin datang, Liona sudah cantik terlihat walaupun memakai pakaian kasual saja. Sungguh, ini adalah dinner pertamanya dengan laki-laki. Roy dan Hani lah yang mendorongnya untuk datang ke dinnernya Raja.
"Roy, perasaan gue mengatakan kalau ada sesuatu yang terjadi sama Lio sama Raja."
"WHAT? Lo mikir Lio sama Raja akan ...."
Hani mentakol kepala Roy sebelum Roy meneruskan perkataannya.
"Anjir jangan nethink bisa gak sih lo. Maksud gue, dinner ini tuh kayak isyarat dari Raja. Dan gue ngerasa Raja suka sama Lio."
"Apa salahnya suka? Wajar lah, Lio ngeselin, Raja itu kaya plus baik hati. Cocok tuh."
"Tapi hati gue berkata kalau Lio sukanya sama Zean."
"Zean bocah songong itu? Gak. Gak restuin gue. Dia tempramen anjir, kesel gue."
"Kan Lio yang jalanin bukan lo Pa'ul."
"Iya sih. Ah bodo amat ah. Urusan Lio juga mikut-mikut aja lo."
Di tengah malam, meja resto berbalutkan kain warna merah, di atasnya tertera segelas minuman anggur bersamaan dengan perlengkapan makan. Lio sudah merasa tidak enak sebelum makanan datang dengan Raja tersenyum di depannya.
"Kenapa mewah banget ya? Gue kira cuma makan biasa, kayaknya baju gue gak cocok."
"Nggak kok. Lo cantik kayak gitu."
Ya, lagi-lagi pujian Raja malah membuatnya mulai tidak nyaman.
"Lio. Sebenarnya gue mau bilang sesuatu sama lo."
"Soal apa? Eskul? Olimpiade? Atau Suardana Sport Day?"
"Bukan. Gue mau bilang, kalau gue ..."
Belum sempat Raja meneruskan perkataannya, ponsel Liona berdering begitu nyaring."Eh, April. Oh seragam yang lo pinjem. Lo di mana? ... Apa? Di deket resto freshstar?"
Mata Lio memencar mencari plang nama resto.
"Gue ada di resto. Bentar gue keluar sebentar, tunggu ya."
Lio mematikan ponselnya, sementara Raja terlihat aneh.
"Raja, gue boleh gak ambil baju sebentar di luar? April lagi nunggu gue, dia gak bisa lama." Ucapan Lio membuat Raja menatapnya aneh.
Mata Lio memencar canggung dan ia mulai melangkah keluar pintu.
"Gue suka sama lo!" Satu kalimat membuat Liona menghentikan langkahnya. Ia melotot dan menoleh balik pada Raja.
Ponsel berdering, dan April ternyata sudah pulang karena Liona berdiri terlalu lama di depan pintu resto. Raja menghampiri perlahan, jantung Liona semakin tak karuan.
"Gue suka sama lo Liona. Dari awal ketemu sama lo, gue suka sama lo."
Mata Raja begitu serius menatapnya.Sampai pada pandangannya teralih pada kedua insan yang melangkah menuju pintu resto. Ya, itu Zean dan Delisa. Sungguh, momen itu sangat tidak tepat dan membuat mereka canggung satu sama lain.
"Liona?" Zean membuka suara kaget.
"Raja baru aja ungkapin perasaannya sama gue. Tapi kenapa rasanya sakit ketika Zean muncul sama cewek lain? Liona, lo bodoh," batin Lio.
Raja mencari perhatian penuh ketika Zean mulai bingung melihatnya bersama Liona di resto yang terbilang mewah.
"Gue suka sama lo Li!"
Dengg.
Tiba-tiba saja Raja spontan mengungkapkan perasaannya lagi ketika Zean dan Delisa masih berada di tempat.
"Apa?" Delisa kaget terlebih lagi Zean yang melebarkan matanya begitu bulat. Dan Lio, ia seperti tersambar petir. Awalnya biasa saja ketika mereka hanya berdua, dan jantung Lio mulai berdekup tak karuan ketika Raja mengungkapkan langsung di depan Zean dan Delisa.
"Chahh. Serius lo Ja? Nembak cewek di sini? Mana romantisnya?" Delisa melirik sinis Liona.
Sementara Zean masih terdiam, ekspresinya sumringah ketika bertemu Lio, sekarang terlihat datar.
"Gue suka sama lo. Mau jadi pacar gue?" Mata Raja terus melirik Zean.
"Ma-- maaf Raja. Kayaknya gak tepat kalau kita omongin di sini. Gue cabut dulu." Liona berlari pergi tanpa Raja mengejarnya.
"Hah? Ditolak? Ja, cewek anak kedokteran masih banyak, kenapa harus Liona?"
"Karena Liona itu berbeda sama lo!" Raja melangkah pergi tanpa pamit. Matanya sungguh menakutkan ketika ia menatap Zean dan Delisa.
Sementara Zean masih terdiam, tangannya terasa begitu lengket karena keringat. Delisa lantas menggandengnya untuk segera mencari kursi.
"Ayo makan."
VOMENT GESSS. THX
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...