-o0o-
Cinta itu gak bisa diumpetin. Lo lagi main petak umpet sama hati?
-o0o-
Di kamar, pikiran Liona selalu tak nyaman. Ia terus melamun dengan pensil yang ia pegang, duduk menghadap jendela kamar di lantai 2 tempat ia tidur. Angin menerpa rambutnya yang terurai panjang nan halus.
"Kenapa Zean ngelakuin itu semua buat gue? Dan sekarang, mungkin gak ada alasan lagi buat gue membenci Zean. Gue rasa Zean dan Abi mereka berbeda, walaupun mereka orang yang sama. Abi menjaga gue di sekolah, dan memukul semua teman yang ngejek gue. Sedangkan Zean, melindungi gue secara diam-diam dan ngerasain sakit sendirian. Duh, kenapa sih tuh anak?" Liona melemparkan pensilnya ke lantai. Ia menjatuhkan kepalanya ke meja sampai dahinya menyentuh keras meja belajarnya.
Di sisi lain, seorang lelaki tengah asyik menopang kepalanya dengan tangan. Tertidur di atas kasur empuknya dengan terus menatap kosong atap langit.
"Gue gak mau Lio di D.O kampus cuma gara-gara kelicikan Delisa. Kenapa dia bisa punya pikiran kayak gitu? Sumpah, gue gak mau terjadi apa-apa sama Lio. Tuhan, perasaan apa ini? Semakin lama semakin dirasa dan semakin riuh juga risih sendiri," gumamnya. Ia bahkan terus menekan kotak musik yang ia pegang di tangan kanannya. Musiknya terus berbunyi hingga Zean terlelap di atas kasurnya.
Pagi itu, Lio tak terlihat bersemangat untuk mengawali hari di kampusnya.
"Ngapa lo? Diomelin lagi sama Bu Lani karena lo main futsal sama gue malem-malem?" tanya Roy yang tengah seru memakan bulatan demi bulatan bala-bala di kantin belakang kampus tempat ternyaman mereka.
"Iya Li. Lo sakit? Gak semangat banget diliatnya," tukas Hani, bahkan mulutnya penuh dengan makanan saat berbicara.
"Gue gak apa-apa," jawab Liona agak malas.
"Gue tau, lo mikirin Zean kan? Udah deh, kalau cinta itu gak usah namanya diumpetin. Lo lagi main petak umpet sama hati?" Roy terus memberi cercaan cinta pada Liona.
"Roy, bukan saatnya gue mikir tentang perasaan. Tapi ini juga kemanusiaan, karena Zean rela ngelakuin apapun demi gue." Liona meringis bingung depan Roy dan Hani yang tertegun menatapnya lama. Kemudian, Roy dan Hani saling menatap dan berlanjut untuk saling tertawa. Sangat keras suara ketawa Roy saat itu, membuat Liona layaknya orang gila yang ditertawakan.
"Zean suka sama lo!" Ucapan Roy malah membuat wajah Liona bersemu merah. Matanya memencar canggung dan melihat sekitar dengan was-was.
"Kecilin suara lo anjir!" Liona kesal karena ucapan Roy yang memang suaranya sudah seperti speaker yang baru dibeli, terlebih lagi katanya sungguh frontal.
"Kenapa emangnya Li? Zean kan, orang yang udah lo kenal 10 tahun lalu. Dia perfect dari ujung kaki sampe kepalanya, juga ke dalam-dalam otaknya. Masa sih lo nolak kalau Zean suka?" tanya Hani memberi pemikiran sama seperti Roy.
"Gue-gak-mau-pede-tingkat-dewa," ucap Lio menjeda setiap perkataannya untuk menyangkal setiap pemikiran kedua manusia benalu itu.
Lio lantas pergi ke kelas. Ia melewati koridor untuk sampai ke kelasnya. Baru sampai depan pintu, terlihat Zean bersandar pada tembok di samping kelasnya.
"Zean?" Sungguh terkejut Lio, karena memang ia sudah lama tak tatap muka dengan Zean. Terlebih lagi mereka sekarang jarang sekali membalas pesan LINE seperti pertama mereka saling menyadari pertemuan itu adalah pertemuan kedua.
"Lo udah mulai?"
Lio menoleh pada kaca, terlihat seorang dosen sudah terduduk di ruang kelas Liona.
"Udah ada dosen, ada apa? Kenapa lo ke sini?" Liona masih canggung, ia seakan membuang semua kejadian saat ia bicara dengan Delisa.
"Gue-- gue--"
"Apa?"
"Gue abis musyawarah sama anak sosiologi. Jadi ini kelas lo? Gue santai aja bentar. Kalau gitu, gue pergi dulu." Zean melangkah pergi, ia bahkan salah arah dan berbalik untuk melangkah keluar koridor tanpa menoleh lagi pada Liona.
"Kenapa tuh anak? Kok aneh gini rasanya pas ketemu Zean ya." Lio menepak dadanya, tepatnya jantungnya yang sedang gemetar. Bahkan tangannya saja ikut tremor.
"Woooo. Baru masuk! Lama lo! Jadi lama kan ke jam kedua." Seruan teman kelas Lio.
"Maaf pak maaf." Lio segera duduk untuk mengisi kelasnya.
"Gue denger, panitia eskul kita mau ngadain showcase gitu. Rata-rata kan anak eskul kita pada suka musik, terlebih lagi ada beberapa orang dari jurusan musik ikut eskul juga," ujar Hani di sela mereka sedang nongkrong di salah satu kedai dekat kampus.
"Showcase dari anak jurusan musik?" tanya Lio.
"Iya, katanya sih buat ngerayain kemenangan team basket Zean waktu di turnamen. Lo tau sendiri kan, Zean itu ketua eskul kampus kita."
"Lo salah!" Ucapan Lio membuat Roy dan Hani menoleh cepat padanya.
"Apanya yang salah?" tanya Roy.
"Zean bukan lagi ketua eskul kita. Semua jabatan udah diserahin ke Marion."
"Marion yang lo tampar itu?"
"Tau dari mana lo?" Roy mendekat pada Lio dengan mata memicing tajam.
"Ada salah satu mahasiswi yang bilang sama gue."
"Gue gak percaya. Buktinya Zean masih bulak-balik ke kantor eskul kampus," ucap Hani.
VOTE! tengkiyu :')
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...