12. Nebeng Boy!

521 58 6
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

"Kesalahanku adalah berharap untuk hal yang tidak mungkin."

-oOo-

Sebuah jam masih berdetik selaras. Alarm sudah beberapa kali berbunyi begitu nyaring hingga menyakitkan pendengaran Bu Lani. Ia mencari sumber suara, terdengar suara itu dari dalam kamar Liona.

"Liona, cepet bangun nanti kamu telat studi bandingnya."

Kamar Lio terlihat kosong. Terdengar suara keran air dari dalam kamar mandi.

"Tumben banget dia udah mandi jam segini?"

Liona mentas, terlihat rambut yang masih basah.

"Gimana studi kamu? Ke mana perginya?"

"Gak jauh bu, cuma ke salah satu universitas di Bandung kok. Paling nanti sore pulang."

Beberapa mahasiswa berkumpul di lapangan. Sebelum keberangkatan memang ada baiknya mengucap do'a terlebih dahulu.

"Studi banding doang. Syukurlah gak terlalu jauh!" Roy terlihat sibuk membersihkan kaca matanya.

"Gue males banget pergi." Liona terlihat memang begitu malas, ketika Bus sudah datang menjemput mereka.

"Guys, gue ke toilet dulu, mau setor nih!" Di menit-menit sebelum keberangkatan, Lio pergi ke toilet tanpa mendengar aba-aba dari para pembimbing.

"Ayo berangkat semuanya!"

"Kak, temen saya di toilet." Hani mengangkat tangannya untuk berteriak meminta jeda waktu.

"Udah waktunya. Cepet kamu susul dia."

"Bukan Liona kalau gak bikin masalah. Gue duluan ah, males banget nungguin orang boker."

Tak peduli dengan Liona, akhirnya Roy naik ke Bus lebih dulu.

"Li ... Lio ... lo di mana sih? Masa seluruh toilet kampus lo gak ada!"

Hani mulai panik, ketika tak menemukan Liona di pelosok toilet manapun. Ponsel Liona pun tak aktif membuat Hani semakin panik.

"Duh pembimbing nelpon lagi. Liona, maafin gue. Lo bisa nyusul kan nanti?"

Hani berlari ke tempat berkumpul. Bus sudah berjalan setengah jalan, Hani lantas menaiki pintu Bus sesegera mungkin. Bus berjalan tanpa berhenti lagi. Seorang gadis mengejar hingga berlari.

"TUNGGU WOI, GUA MASIH DI KAMPUS! HEY, HANI ... ROY!"

Percuma, itu kata pantas untuk Liona saat ini. Ia tertinggal untuk pergi ke salah satu kampus di Bandung untuk studi banding. Liona menelpon Hani segera.

"Anjir, kenapa gue di tinggal? Gimana nasib gue?" Wajah Liona sudah panik, keringat sudah banyak mengucur dari pelipisnya.

"Tadi lo ke mana? Gue diomelin pembimbing karena lama nyari lo. Lo susul aja ya pake angkot!"

"Sialan, balik lagi pokoknya. Roy, gue benci Roy. Gue benci sama lo! Kenapa sih?"

Liona meringis kebingungan. Ia mengumpat Hani lewat sambungan teleponnya. Ia tak mengerti lagi, sungguh. Bahkan sahabatnya pun tak peduli padanya ketika ia sangat begitu kesusahan.

"Gimana nasib gue?"

Liona berkonsultasi ke ruang kaprodi.
"Ga bisa kalau gak ikut Pak?"

"Maaf studi ini wajib. Kalau kamu gak ikut, kamu cari kampus sendiri buat bikin karya ilmiah. Lagian kenapa bisa ketinggalan?"

Liona lagi-lagi meringis, ia tak sanggup lagi untuk mengatakan pada ibunya. Jika itu terjadi, ia akan habis dapat cacian di rumah karena kecerobohannya.

Sebuah mobil melaju depan kampus. Liona luntang-lantung berjalan kebingungan arah. Ia tak tahu lagi harus apa.

"Naik angkot? Harus berapa kali gue naek angkot baru bisa sampe? Hemm!"

Tttiiiinnnnnnnn.

Suara klakson mobil mengejutkannya. Ia menoleh ke sumber suara. Terlihat mobil sungguh mengkilap yang tak asing dari penglihatannya.

"Hei? Bukannya lo studi banding? Kenapa masih di kampus?"

Ya, Gion terlihat menyapanya lewat jendela mobil. Sementara Zean kaget, ia begitu penasaran dengan Liona yang masih berdiri kokoh di kampus.

"Gue rasa dia ada masalah tuh," ucap Yuda di dalam mobil.

"Bukan urusan lo!" Liona berjalan perlahan dengan mobil Gion terus mengikutinya.

"Lo ketinggalan ya?"

"Udahlah, ayo pergi. Ngapain lo gangguin cewek, nanti telat Gi!" Zean sudah mendumal dalam mobil membuat Liona semakin jengkel mendengarnya.

"Kita bawa aja dia, kasian juga kalau harus ketinggalan di kampus. Kalian tau studi banding kan wajib!" Ucapan Yuda membuat Gion dan Zean keheranan.

"Gak! Awas aja kalian sampe bawa tuh cewek masuk." Zean sudah mengancam Gion lebih dulu, namun Gion tak mengindahkan Zean.

"Heh cewek jersey, lo mau ikut gak? Kita susul mereka studi banding." Ucapan Gion membuat Liona menoleh secepat kilat.

"Lo serius?" Ia bertanya antusias.

Liona sudah pikir panjang, jika ia menumpang lewat mobil Gion pasti sangat-sangat menghemat waktu juga uang sakunya.

"Gi, lo gila? Gue gak mau ah!"

"Mobil-mobil gue. Lo selow aja. Dia gak bakalan gigit kok."

Ah, sangat menyebalkan bagi Zean. Ia harus satu tempat duduk dengan Liona, cewek bermulut duri yang ia kenal dan menjengkelkan jantungnya.

"Boleh gue nebeng?" Tanpa malu Liona meminta pada Gion.

"Boleh kok, masuk aja."

"Ada syarat gak? Gue harus bayar?"

"Nggak bayar kok. Tapi gue minta satu hal sama lo."

"Apa?"

"Nanti aja kita omongin. Sekarang lo masuk aja. Gue jamin lo bakalan ikut studi banding kok."

Liona tanpa malu masuk ke mobil Gion. Zean sudah mojok dengan jengkel di dalam mobil. Yuda pun tak ingin berganti posisi dengannya, membuat kejengkelannya semakin menjadi.

"Minggir lo!"

"Dih, gak tau diri lo. Udah numpang juga!"

Liona melirik sinis Zean di sampingnya. Kali ini, Lio memang harus membuang gengsinya demi ikut studi menyusul Roy dan Hani yang menjengkelkan batinnya.

"Awas aja kalian. Gue mutilasi kalau ketemu," batin Lio.

 Gue mutilasi kalau ketemu," batin Lio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍DON'T FORGET TO VOMENT

THX❤

OFFICIALLY MISSING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang