-oOo-
"Hentikan setiap pemikiran bodoh itu, manusia A dan manusia B jelas-jelas berbeda."
-oOo-
Liona berjalan melewati toilet kampus belakang yang sudah tak terpakai. Ia mendengar gaduh suara layaknya orang bertengkar di sisi toilet bekas tersebut. Liona melirik sekilas, terlihat dua orang pria asing yang tak dikenalnya tengah memarahi satu mahasiswa.
"Nih bayaran lo."
"Bazeng! Licik tau gak kalian. Balikin hard disk gua!"
"Bacot! Nanti biar si Rizal yang urus!"
Liona mengernyit heran kala ia mendengar nama Rizal keluar dari mulut dua laki-laki itu. Liona bersin dan terdengar oleh ketiga pria tersebut. Matanya memencar was-was dan segera meninggalkan tempat.
Ketiga sejoli sosiologi pembuat onar, Roy, Hani dan Lio terlihat tengah makan bersama di warung belakang kampus. Ponsel Liona berdenting.
"Raja?"
Keempat mata memandang heran Liona.
"Guys, gue ada janji sama Raja. Gue ke perpus dulu bentar."
"Apa? Lo sama Raja?" Mata Hani membulat sempurna.
"Alah gak usah lebay, pake kaget segala. Lio mau pacaran, lo jangan buntutin dia terus." Roy bicara saat Lio sudah berlari jauh dari tempat.
"Apaan sih lo, komen mulu apapun yang gue lakuin. Semua itu bukan urusan lo!"
"Mau sampe kapan lo ikut campur urusan orang? Hayo? Sampe kapan?" Pertanyaan Roy membuat Hani tertunduk canggung.
"Gue kan peduli sama Lio Roy. Lio belum pernah pacaran, sekalinya dia punya pacar kayak Raja yang mukanya cetakan muka Oh Sehun, kan gue ngeri dia cuma dimanfaatin."
"Disamping lo peduli sama orang lain, lo sendiri gak peduli sama diri lo, dan gak peduli kalau gue tuh begini karena peduli sama lo, ah."
Roy melangkah meninggalkan Hani yang tertegun karena ucapan terakhir Roy.
"Roy? Peduli sama gue?" Mata Hani memencar canggung.
Lio berjalan di koridor fakultas kedokteran dengan menggunakan masker untuk menutupi setengah wajahnya. Entah dia malu atau apa, ia hanya berjalan dengan tertunduk. Raja datang dengan senyuman.
"Lama ya?"
"Nggak kok."
"Buka aja maskernya, gak apa-apa."
Mereka langsung melangkah ke perpus. Mata Lio terbelalak, sudah berapa lama ia tak menginjak ruangan penuh dengan buku bernama perpustakaan. Lio sibuk dengan eskul dan tugas kampusnya, ia mana mungkin telihat memasuki perpus saat IPKnya pun masih dibawah rata-rata.
"Gue malu Ja. Lo tau kan gue orangnya bodoh, jarang baca."
"Gak ada orang bodoh, adanya orang malas."
Pesona Raja saat mengatakan hal itu membuat Lio semakin kagum dengan pria berparas tampan tersebut.
Setiap buku Raja perkenalkan pada Lio. Ruang khusus praktek pun ada di sana."Lo tau gak, mahasiswa kedokteran harus menghapal minimal 100 jenis obat-obatan, tergantung minatnya itu apa. Di sini ada beberapa jurusan, keperawatan, kebidanan, juga lainnya. Gue kaget, lo pernah ikut tes masuk jurusan ini."
"Hehe, belum rezeki." Liona tersenyum malu depan Raja.
"Setiap mahadiswa harus bisa minimal melakukan pertolongan pertama, ketika mereka nemuin pasien kritis mereka harus tau apa yang harus dilakuin. Gue tau ini untuk sarjana tingkat yang lebih tinggi, tapi di sini udah diajarin kok."
Pintu masuk terbuka, terlihat Zean menggunakan kacamata bening dan membawa buku lantas terduduk tenang di kursi perpus. Lio lantas memakai kembali masker mulutnya membuat Raja keheranan.
"Ada apa? Lo takut sama Zean?"
"Bukan, gue gak mau dia liat gue."
"Kenapa? Kalian saling kenal? Atau lo salah satu paparazi Zean?"
"Najis! Pokoknya jangan sampe gue liat dia, ayo pergi."
Belum sampai melangkah, Lio menyenggol buku dan terjatuh membuat bising satu ruang.
"Heh Raja, mending lo bawa keluar aja tuh pengacau." Ucapan Zean menegangkan beberapa mahasiswa yang ada di dalam.
"Siapa bilang gue pengacau?" Lio ngegas membuka masker mulutnya menatap Zean kesal.
"Sssutttttttt!" Beberapa penghuni perpus terganggu akan suara lantang Liona.
"Lo gak apa-apa? Ini perpus loh," ucap Raja.
Lio malu sendiri. Ia segera meninggalkan perpus dan meninggalkan Raja sekaligus.
"Lo kenapa Lio? Zean emang selalu gangguin cewek, lo baru tau?"
"Genit banget!"
"Dia emang gitu, tapi dia baik kok."
"Baik diliat dari sedotan? Kenapa dia selalu ganggu gue dengan kata-katanya yang nyeleneh?"
"Oh atau mungkin dia tertarik sama lo?" Ucapan Raja membuat Lio melotot kaget.
"What?"
Raja terduduk di kursi taman. Ia sejenak membahas tentang Zean yang memang teman sefakultasnya juga sejurusannya.
"Dulu ketika dia lagi tertarik sama Delisa, tiap hari Delisa digangguin terus. Menurut gue itu cara Zean ungkapin rasa tertariknya. Delisa gak sejutek lo. Dia ramah, senyum ke semua orang, dan Zean ... tertarik karena hal itu. Dan gue denger mereka sampe sekarang deket sih." Ucapan Raja membuat Lio malah berbalik penasaran.
"Apa mereka pacaran?"
"I don't know. Gue gak pernah mau tau urusan orang. Atau jangan-jangan lo suka sama dia? Lo tau dia kan famous."
"Dih, nggak. Cuma nanya doang gue."
"Em, syukurdeh."
"Apa lo bilang?"
"Maksud gue su ... suara lo tadi nyaring banget di perpus, haha."
"Lo sendiri, kenapa lo ngajak gue? kalau ada yang marah gimana?"
"Lagipula, siapa yang mau sama gue?"
Lio malah jatuh canggung karena ucapan Raja, menurutnya itu hal privat yang ia dengar dari mulut Raja.
"Gue balik ke fakultas gue ya?""Biar gue antar?"
"Gak usah, lo ada kelas jam segini. Yang lain udah pada masuk, sana gih."
"Lo gak apa-apa?"
Lio mengangguk senyum depan Raja.
Jangan lupa tinggalkan VoTe-Coment
I'll feedback u, if u ask me.
Tengkiyu💙
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Roman pour AdolescentsHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...