5. Gara-gara Hujan

787 107 42
                                    

-oOo-

"Tak banyak yang aku tahu. Tapi aku merasakan sesuatu saat ini."

-oOo-

Lio berjalan bersamaan dengan Roy, Hani dan Denis beriringan menuju tempat parkir kampus setelah melakukan perkuliahan selama beberapa jam.

"Oh iya, gue belum bayar jersey. Gue sama Denis bayar dulu deh Li. Kalian bisa tunggu gue di sana."

Roy pergi ke kantor pusat olahraga. Sementara Lio dan Hani menunggu mereka di tempat parkir kampus. Tempat yang memang selalu ramai ketika jam-jam perkuliahan selesai. Ketiga pria berjalan menyusuri setiap jalan parkir menuju sebuah mobil berwarna hitam sungguh mengkilap.

"Zean. Tajir banget ya dia, mobilnya aja mengkilap."

"Itu karena abis disemir."

"Lo kira sepatu disemir. Gue dengar dia anak dari pengusaha kaya. Mobilnya aja BMW."

Lio menatap malas Hani yang terus saja membicarakan Zean di depannya.

"Gak semua orang kaya bisa lo liat dari apa yang dia punya."

Hujan tiba-tiba menghampiri, membuat mereka meneduh di suatu kursi tunggu dekat tempat parkiran. Tempat itu bisa membuat mereka berteduh walau tidak sempurna bisa kering sepenuhnya.

"Anjir, Roy lama banget dah. Gue rasa antri nih anak. Mana hujan lagi."

Mata Lio memicing menatap fokus gang untuk menunggu kehadiran Roy dan Denis. Akhirnya mereka harus menunggu beberapa menit dari mulai hujan gerimis sampai hujan yang membuat kubangan air di jalan yang berlubang. Hani maupun Liona melamun menatap kubangan di hadapan mereka. Sambil menatap derasnya hujan yang menetes ke tanah.

"Bete banget gue harus kejebak di sini Li. Enak mah kejebaknya di warung mie, bisa makan mie kuah pake krupuk sama telor."

"Halu!"

Liona sempat membuka plastik jersey dan coba memeriksa ukuran yang ia dapat.

"Ukuran M?"

"Kalau pilih S takut kekecilan. Putih warnanya, harusnya hitam aja biar gak kotor." Liona bergumam seraya melebarkan jerseynya dengan menatapnya pekat.

Sebuah mobil melintas di depan kursi tunggu dengan kecepatan normal.

Cretttttt.

Liona dan Hani melotot tajam pada jerseynya ketika jersey berwarna putih tersebut tersiram air kubangan hujan yang kotor karena cipratan ban mobil yang berjalan di depan mereka. Liona menatap kesal mobil itu. Bahkan jersey yang awalnya putih, terlihat ada noda tanah yang telah tercampur air pada bagian depan jersey.

"Woy!" Teriakan keras Liona menghentikan mobil tersebut.

"Anjir, jersey baru gue. Nih orang gak punya mata, udah tau ada kubangan juga." Liona menggerutu kesal. Tak sadar mobil itu berhenti. Sebuah sepatu turun bersamaan dengan sebuah payung hitam yang keluar.

"OMG! Zean?" Hani melotot menatap Zean yang keluar dari mobil.

"Li, udah Li. Mobil itu milik Zean. Lo gak usah berurusan deh sama dia." Hani berusaha menghentikan setiap omelan Liona.

Zean menghampiri mereka setelah mendengar Liona berteriak menghentikan mobilnya.

"Kalau nyetir bisa gak sih pake mata?"

"Nyetir itu pake pake tangan. Gue gak sengaja. Maaf!" Zean berusaha meminta maaf, walaupun begitu wajahnya masih terlihat menawan saat meminta maaf.

"Tapi lo kan tau itu hujan. Lo bisa hati-hati! Jersey baru gue penuh noda, ini putih, gue baru bayar tau."

OFFICIALLY MISSING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang