15. Asing?

500 47 5
                                    

-oOo-

"Kenapa rasanya aneh?"

-oOo-

Sebuah mobil berjalan di depan rumah Liona yang bertingkat, bercat putih, juga desain sedikit ala Eropa.

"Ini rumah lo?" Zean menundukkan kepalanya. Matanya memencar ke rumah Liona.

Liona mengangguk sambil keluar dan menutup pintu mobil Zean. Zean masih terdiam menatap Liona yang terlihat memang agak sedikit canggung.

"Apa lagi?"

"Lo gak berterima kasih sama gue?"

"Tadi gue bilang."

"Kapan? Gue gak denger."

"Tuli." Liona memutar bola matanya malas.

"Gue serius, gue gak denger apapun selain angin." Perkataan Zean semakin menyudutkan Liona yang memang begitu gatal ingin masuk ke rumahnya.

"Thanks." Liona memutar badan dan segera melangkah ke rumahnya.

Sementara Zean hanya terkekeh kecil setelah mendengar ungkapan terima kasih walau terdengar begitu samar.

"I'm home." Liona membuang tasnya sembarang ke sofa, ia langsung menuju dapur dan membuka kulkas untuk mendapatkan air dingin penyegar tubuhnya.

"Ciye balik sama cowok!" Celetukan Rayan adiknya, membuat Liona seketika menyemburkan air dari mulut secara refleks.

"Rayan!"

Alis mata Lio sudah terangkat menatap pekat sang adik.

"Ekhemm. Gak mungkin Rayan ngomong kalau orangnya itu Roy. Siapa?" Kak Leo datang menghampiri Lio seraya membawa majalah remaja di tangannya.

"Gak kerja kak?" tanya Lio seraya membuka kaus kakinya.

"Jangan mengalihkan."

"Cuma temen."

"Mobilnya mengkilap banget tau kak."
"Rayan bisa diem gak sih. Dia cuma temen kampus. Mau kakak jejelin kaus kaki? Ngomong mulu!"

Di kamar, setelah melakukan aktifitasnya seharian di kampus, Liona terduduk di sebuah kasur dengan cemilan memenuhi kamarnya. Ia menarik sebuah kotak lumayan agak besar dari bawah mejanya. Dibuka oleh Liona, terdapat sebuah bola sepak dengan corak berwarna biru. Terdapat tulisan tangan juga gambar kedua manusia tengah bergandengan tangan dengan tinta berwarna hitam.

"Lio, ini buat kamu deh."

"Kenapa buat Lio?"

"Nanti Abi mah dibeliin lagi sama Papa, udah ambil aja. Liat, Abi bikin gambar kita di sini. Kita akan sahabatan sampe kapan pun."

"Walau umur kita 30,40,50 dan seterusnya?"

Anak laki-laki berusia 10 tahun itu mengangguk depan Liona.

Terlihat waktu sudah menunjukkan jam 8 malam. Lio membawa bola itu ke halaman rumahnya yang dijaga beberapa pagar. Ia menjatuhkan bolanya dan mulai memainkannya dengan kaki.

"Lio udah malem, masuk cepet!" Teriakan keluar dari mulut Bu Lani.

Ya, ingatannya lagi-lagi muncul bersama Abi. Teman masa kecil yang Lio cari-cari hingga saat ini. Walau kemungkinan kecil mereka bertemu, Lio sudah merasakan sesuatu ketika ia bertemu dengan Zean. Kemiripan wajah Abi pada Zean, serasa membekas untuk ingatan Liona terhadap Abi. Tapi, ketika bertemu mereka malah serasa asing. Kebaikan yang selalu Abi sodorkan padanya, membuat Lio semakin ingin terus mencarinya untuk mengatakan terima kasih.

OFFICIALLY MISSING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang