-oOo-
"Tak pernah ku pungkiri, kenapa aku selalu berpikir tentang orang lain?"
-oOo-
Liona berjalan di koridor kampus. Beberapa mahasiswa memenuhi mading di depan fakultas ilmu sosial.
"Ada apa tuh rame-rame?"
Rasa penasaran membawanya untuk melangkah menuju mading. Terlihat Hani dan Roy sudah ikut memadati mading.
"Han, aya naon atuh?" tanya Liona.
"Nih, pemilihan ketua BEM kampus. Si Oding, ternyata ikut jadi nominasi."
"Alah, ngapain sih BEM segala pake dipilih-pilih, tunjuk aja udah ribet banget. Toh tujuan mereka juga sama." Ucapan Roy membuat Liona mengernyitkan dahinya.
"Bener sih Roy. Bukannya si Zean mantan ketua BEM kata lo? Kenapa dia gak nyalon lagi?"
"Gak tau! Padahal mah, gue berharap dia selalu jadi panutan kampus. Mimpi banget gue bisa kalau kencan sama dia," ucap Hani seraya melamun membayangkan sosok Zean.
"Dih, najis dah. Lo sama dia, bagai air di daun talas. Hahaha!" Roy lagi-lagi membuat halusinasi Hani menjadi ambyar.
"Menurut gue, situasi anak sosiologi sama kedokteran lagi panas-panasnya. Eh malah segala ngadain pemilihan ketua BEM. Malah makin panas sih."
Tapi terkadang, komentar Roy memang selalu benar. Ia selalu mengatakan apa yang ia inginkan, namun selalu sesuai dengan fakta. Liona tertunduk membuat Hani dan Roy heran atas sikapnya.
"Ada apa sama lo?" tanya Hani.
"Kalian duluan aja ke kelas. Gue ada urusan," jawab Liona dengan canggung membuat Hani penasaran.
"Jangan nyembunyiin apapun dari gue. Gue ada kelas, gue duluan."
Hani dan Roy pergi ke kelas. Liona pun melangkah, namun bukan kelas yang ia tuju. Ia pergi ke lapangan tenis yang memang terlihat begitu sepi. Tak tahu tujuan Liona, saat itu matanya memencar seraya mencari sesuatu.
"Woy!" Gebrakan seorang lelaki membuat Liona terpingkal kaget. Ia langsung menoleh ke sumber suara.
"Gue gak mau ada yang tau tentang ini," ucap Liona depan Gion, Yuda juga Zean.
Liona memang mempunyai hutang budi dengan mereka. Syarat yang Gion katakan ketika Liona menumpang mobilnya membuat Liona harus datang menemui mereka sesuai perjanjian.
"Kenapa? Ngajak tanding tenis?" Pertanyaan Liona terlihat begitu malas menimpali mereka.
"Kalian gak ada kesibukan apa? Lo kan mantan BEM. Kenapa sih selalu ngelakuin hal yang gak penting?"
"Belum apa-apa mulut lo ngerocos aja. Mau mantan ketua BEM ke, BOM ke itu urusan gue. Gue males sebenernya, nih 2 kurcaci gue aja yang pengin banget nemuin lo!" Ucapan Zean membuat Yuda dan Gion mengernyit heran.
"Ze. Kan lo yang ..." Ucapan Yuda terpotong kala Zean menyenggol lengannya canggung.
"Apa mau kalian?"
"Gue mau lo bawa ketua organisasi kampus ilmu sosial ke ruang meeting kampus. Gue akan bicarakan hal soal perseteruan antar anak kedokteran waktu tanding basket," ucap Gion.
"Kenapa harus gue?"
"Anak sosiologi yang gue kenal cuma lo! Gue udah bicara sama mereka, tapi mereka gak dateng ke musyawarah."
"Tunggu, dari mana lo tau gue anak sosiologi?"
"Almet," celetuk Zean membuat Liona bingung. Ia baru ingat, ketika studi banding berlangsung ia memakai almet fakultas ilmu sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...