-o0o-
Bertemu dengan orang baik yang bisa mencintai kita seumur hidup, sepertinya menjadi salah satu cita-cita kebanyakan orang di masa depan.
-o0o-
Matahari hampir tenggelam, Liona tengah asik mengobrol seraya berjalan menuju parkiran bersama Roy dan Hani.
"Mau ikut pulang sama gue gak? Atau sama pacar baru lo?" tanya Roy membuat Hani terkekeh.
"Ciye balik sendirian sekarang, nasib jomblo," tukas Hani meledek Roy.
"Heh hantu, lo kira lo bukan jomblo gitu? Eh ngaca dah lo."
Tiiinnnnnnn
Suara klakson mobil memecah pembicaraan mereka. Sebuah mobil BMW melintas di sisi mereka terdiam. Mata Lio memicing aneh mengarah pada mobil itu.
"Kan, panjang umur untuk pacar baru Liona," ucap Roy.
Zean membuka kaca jendela mobilnya, menyapa Roy dan Hani.
"Roy? Lio pulang sama gue aja ya sore ini. Ayo naik," ucap Zean pada Liona.
"Mau ke mana?"
"Heh curut, namanya pacar ngajak main itu ya pasti mau ngedate. Gini nih, orang yang sepuluh tahun cuma tau temenan gak pernah pacaran," tukas Roy membuat mata Liona melotot. Ia memukul keras lengan Roy.
"Mulut lo kayak bajaj abis di servis, nyerocos terus."
"Kalau bukan gitu bukan Roy namanya Li. Udah sana gih, Zean nunggu tuh. Ze, jagain temen gue ya, jangan diapa-apain, berani bikin Lio kesel gue bakal minta perhitungan sama lo."
"Minta perhitungan atau minta imbalan?" ucap Roy lagi-lagi membuat kedua wanita itu jengkel. Lio memasuki mobil Zean perlahan.
"Han, Roy, gue duluan ya. Roy, jangan bilang macem-macem ke ibu gue, dia pasti mikirnya lebih-lebihan."
"Selow. Eh kapan-kapan ajak gue dong jalan-jalan naek mobil BMW lo."
"Dih norak!" Hani menimpali ucapan Roy dengan sinis.
"Apaan sih lo nyambung aja kayak listrik.
"Siap. Setelah gue lulus. Gue janji akan ajak kalian ke suatu tempat."
"Anjir, serius lo? Budget lo yang tanggung kan?"
"ROY!" Liona sudah jengkel dengan Roy yang banyak bicara tanpa berpikir itu.
Di tengah perjalanan, Lio sedikit agak canggung. Bahkan, ia duduk di kursi belakang mobil Zean.
"Kenapa lo duduk di situ?"
"Gue nyaman di depan," jawab Lio datar.
"Kita mau ke mana? Kenapa masuk ke komplek? Jangan-jangan, lo mau bawa gue ke rumah lo ya?" Mata Lio memencar was-was melihat sekitar luar jendela mobil.
"Jangan nethink dulu. Maafin gue, Mama pengin banget nemuin lo."
"Hah? Mama lo? Mama lo tau semuanya?"
"Bahkan sejak 10 tahun yang lalu." Ucapan Zean membuat Liona terdiam, terlebih lagi ia terkejut. Zean bahkan curhat tentang Liona pada sang Mama sejak kecil. Zean sungguh menjaga perasaannya selama 10 tahun ia beranjak menjadi lelaki dewasa saat ini. Lio tak pernah menyangka akan semua itu.
"Kenapa lo bisa punya perasaan sama gue. Yang gue tau kita kan teman."
"Dan gue mau tanya sama lo juga, kenapa lo juga punya perasaan ke gue, terlebih lagi kita kan emang teman. Apa yang lo jawab, itu adalah jawaban gue. Gue udah komitmen sama diri sendiri juga Mama, kalau gue gak mau bermain-main lagi terlebih lagi dalam soal perasaan. Gue rasa, menyimpan perasaan ini aja udah cukup dan gue senang kalau akhirnya ini jadi kenyataan," ucap Zean seraya memainkan stirnya dengan fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
OFFICIALLY MISSING YOU
Teen FictionHilang dan Rindu. Dua kata berbeda, tapi memiliki makna yang sama. Kehilangan. Itulah yang dirasakan Liona, mahasiswi Sosiologi yang tengah merasakan kilas balik saat bertemu dengan mahasiswa calon dokter bernama Zean. Pingsannya Liona di lapangan b...